Part Fifty 🍃🌼

1.8K 150 26
                                    






Happy Reading

Eli tak hentinya terus berdoa untuk Arsyad yang sedang berjuang didalam,  jujur ia takut sekarang ia sangat takut dengan semua ini walaupun dirinya selalu mencoba berpikir positif.

Air mata sedari tadi tak hentinya mengalir dari kedua matanya, mengingat bagaimana perkataan Dini yang bahkan dia sudah melihat keadaan anak nya yang sekarat dan masih dengan mudahnya melontarkan semua perkataan buruk untuk anak kandungnya.

"Mah... Udah ya jangan nangis terus nanti kalo Arsyad liat bakalan sedih." ucap Lintang pelan seraya memeluk mamanya dari samping.

Eli menggapai tangan Lintang dan menggenggam nya erat dan mengangguk "Maafin Mama." Lintang menggeleng dan kembali meletakkan kepalanya dipundak sempit Mama nya.

Lintang sempat mendengar ucapan Tantenya pada Mamanya saat itu sungguh jika bukan wanita dan orang yang di hormatinya ia sudah menonjok bahkan menghabisi Dini saat itu juga.

Bagaimana mungkin ia bisa mengatakan itu semua dengan mudahnya dan seakan nyawa Arsyad tak ada harganya, otaknya larut terbawa air mungkin.

Dulu saat pertama melihat kembali Dini, Lintang merasa kehidupan Arsyad akan dapat sedikit berwarna karena dapat bertemu dengan Mama nya kembali setelah 12 tahun lebih tidak bertemu,  namun semua itu Lintang cabut dan tarik, ia merasa tak ada gunanya jika mereka bertemu kalau akhir nya hanya sakit dan tambahnya penderitaan adiknya itu,  Lintang tak rela.

Danu hanya bisa melihat anak dan istrinya dengan pandangan yang sulit diartikan,  disini ia harus dapat berperan sebagaimana mestinya,  menjadi tameng bagi keluarganya, bagi anak dan istrinya bagi kesembuhan keponakannya.

Tak lama terdengar langkah kaki yang berjalan dengan tergesa kearah mereka membuat Eli berdiri karena melihat Dini yang berjalan dengan tergesa dan juga seperti diliputi amarah.

Plakk...

"Mama... " pekik Lintang dan Bintang melihat Eli yang ditampar oleh Dini dengan cukup kencang hingga Eli tertoleh karena kuatnya tamparan wanita itu.

"Gara-gara kamu menghalangi Arsyad mendonorkan ginjalnya anak aku mati... CIO MATI! CIO MATI!GARA- GARA KAMU! KEMBALIKAN ANAKKU JALANG!"

"DINI!"  Sentak Danu melihat beringasnya adiknya itu Dini menoleh cepat kearah Danu "Mas seneng kan liat anak ku mati, anakku mati mas! kamu tau anak ku mati." lanjut Dini ke Danu seperti orang gila.

Plakkk...

"Sadar Dini... Arsyad juga anak kamu dia juga sedang berjuang didalam sana." ucap Danu sarat akan kemarahan.

Dini menggeleng "Sejak dia menolak memberikan ginjalnya untuk Cio dia bukan anakku... Dia matipun aku sudah tidak peduli tak ada gunanya dia hidup mas biar saja dia menyusul ayah brengseknya, AKU TAK PEDULI!" balas Dini seakan lupa daratan membuat Eli, Danu dan semua yang ada disana seolah tak mengenali Dini.

Kemana Dini yang selalu lembut dan sangat menyayangi Arsyad dahulu?

kemana Dini yang selalu memperhatikan setiap detil kecil dari anaknya itu.

"Din... Sadar, Arsyad anak kamu, dia juga sedang kesakitan disana Din." pecah sudah tangis Eli, wanita itu jatuh bersimpuh dibawah Dini.

ARSYAD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang