Part fiveteen 🍃🌼

2.8K 232 15
                                    






Happy Reading

Sorry for typo

Semilir angin menghembus di sore hari menerbangkan guguran daun kuning yang berserakan dijalan.

Arsyad berjalan seorang diri dengan kepala tertunduk, ia berjalan dengan gontai tanpa melihat sekitarnya .

Tak sadar ia sudah sampai didepan gerbang rumah pakdenya, ia berdiri didepan pagar tinggi berwarna coklat itu dengan pandangan sendu.

Ia melihat kembali amplop yang berada di genggamannya, dengan mata berkaca-kaca,bagaimana ia akan melanjutkan hidupnya jika begini.

Akan kah mereka akan tetap mau menerima nya setelah mengetahui kebenaran ini, Arsyad takut mereka akan meninggalkan nya seperti ayah dan bunda nya meninggalkan nya juga seperti dulu.

Flashback..

Seperti janji dokter 2 minggu lalu, Arsyad mendatangi kembali rumah sakit dan menemui dokter yang dulu memeriksanya.

"kamu datang sendiri? Tanya dokter itu melihat Arsyad duduk seorang diri didepannya.

Arsyad mengangguk "kenapa dok?"Dokter itu menggeleng "hanya saja ini pembicaraan yang cukup serius, saya harap kamu membawa wali kemari, bagaimana pun kamu masih dibawah umur"Arsyad tersenyum tipis "saya bisa kok dok"jawabnya penuh.

Dokter Riza mengangguk "saya tau, tapi..saya tetap butuh kedua orang tua kamu"

"mereka udah gak ada dok, saya udah lama gak ketemu mereka"Balas Arsyad datar ,Dokter Riza mengangguk "baik kalo begitu"balasnga lagi tanpa ingin mendebat Arsyad lagi.

Dokter Riza menyerahkan amplop putih yang sedari tadi dipegang nya kepada Arsyad, Arsyad menatap dokter Riza yang menatapnya dengan entahlah dia tak mau mendiskripsikan nya.

Arsyad menerimanya dan membacanya dengan seksama, di berulang kali membaca keterangan dalam kertas itu dan menatap dokter Riza dengan pandangan nanar.

"berobatlah, ini semua belum terlambat"Arsyad tertegun mendengarnya dan menggeleng "dokter bohong kan, saya gak mungkin sakit dok saya sehat, bude saya selalu menjamin kesehatan saya"Dokter Riza mengangguk mengerti.

"saya juga ingin ini semua bohong dan prank di akhir desember nak, tapi saya tidak bisa berbuat apa² lagi" Arsyad menggeleng "apa salah saya?" lirihnya dengan menunduk, Dokter Riza terkejut mendengar ucapan Arsyad.

"kenapa kamu bicara seperti itu? Tidak ada yang salah dengan kamu ini adalah ujian untuk mu"Arsyad menggeleng kembali dan mengangkat kepalanya menghela mfas nya kasar.

"hahhh.... Baiklah kalo begitu saya permisi terimakasih"ucap Arsyad dan langsung keluar dari ruangan dokter Riza, dokter Riza hanya dapat menghela nafasnya pelan dan tak bisa berbuat apa².

Flashback off

Dan disinilah Arsyad kini, bahkan sedari pulang sekolah ia tak ada menghubungi keluarganya bahkan Bintang sekalipun, ponselnya pun ia matikan dan ini sudah cukup larut.

Entahlah bagaimana lagi reaksi budenya saat ia terus membuatnya khawatir dan bodohnya Arsyad ia selalu mengulanginya terus padahal tau budenya pasti akan sangat khawatir, tapi Arsyad ingin sendiri.

ARSYAD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang