02

5.2K 462 102
                                    

Pintu ruangan rawat Alice terbuka membuat Kenzie menoleh dan setelahnya menghela nafas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pintu ruangan rawat Alice terbuka membuat Kenzie menoleh dan setelahnya menghela nafas.

"Gimana keadaannya ?" tanya Alvaro menatap Alice dengan tatapan sendu. Ia ikut sakit saat melihat Alice terbaring lemah dengan alat-alat medis yang menempel di tubuhnya.

Kenzie menggeleng. "Nggak ada. Jantung udah bolong dan itu mempengaruhi kesehatannya. Dokter kasih saran untuk mencari pendonor jantung secepatnya," balas Kenzie lirih sambil mengusap tangan Alice agar menghangat.

Alvaro menatap lekat Alice. Sungguh, ia tak tega melihat gadis itu terbaring lemah. Alvaro menepuk pundak Kenzie. "Sabar, Alice pasti kuat. Alice kan bukan gadis lemah, gue yakin Alice pasti bisa lewati masa kritisnya," ucap Alvaro agar Kenzie tenang.

Kenzie mengangguk. "Gimana perkembangan lo sama adik kelas gue ?" tanya Kenzie dengan senyum tipisnya. Ia mengalihkan topik agar tidak terlarut dalam kesedihan.

Alvaro memutar bola mata malas. "Nggak ada."

"Yakin ?"

"Yakin seyakin, yakin nya. Gue sama dia cuma sebatas..."

"Sebatas apa ?" tanya Kenzie yang penasaran dengan kelanjutan ucapan Alvaro.

"Sebatas...teman, nggak lebih dari itu," lanjutnya yakin.

Kenzie menggangguk saja. "Jangan buat baper orang, Al. Lo tau kan, gadis itu masih polos."

Alvaro memilih diam. Terlalu malas untuk menjawab ucapan Kenzie yang menurut nya tidak terlalu penting.

"Lo nggak sekolah Ken ?" tanya Alvaro mengalihkan topik.

Kenzie menghela nafas. "Kalau gue sekolah, siapa yang bakal jagain Alice ? Gue mau saat Alice membuka matanya ada gue di hadapannya," jawab Kenzie menatap Alice dengan tatapan lekat.

Kali ini Alvaro yang menghela nafas. "Nilai lo gimana Ken ? Kalau Alice tau lo bolos sekolah, pasti dia marah dan kecewa sama lo," ucap Alvaro agar sahabatnya ini membuka pikirannya.

"Kalau tentang Alice, lo nggak usah khawatir. Blood Wild bakal gantian jagain Alice. Apa gunanya Blood Wild," lanjutnya panjang.

"Tapi-"

"Percaya sama gue dan yang lain. Alice akan aman sama kita-kita. Kalau Alice sadar, gue dan yang lain bakal langsung hubungi lo secepatnya," potong Alvaro.

Kenzie mendengus. "Lo kok jadi cerewet!"

Alvaro berdesis. "Gue kaya gini buat lo juga. Jadi dengerin apa kata gue dan yang lain. Jangan keras kepala jadi orang."

"Iya! Iya! Besok gue sekolah." Finalnya membuat Alvaro tersenyum. Setidaknya sahabatnya ini tidak terlalu larut dalam kesedihan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝟶𝟸. ᴋᴇɴᴢɪᴇ & ᴀʟɪᴄᴇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang