Prolog

4.9K 271 8
                                    

Lisa dan Rose adalah adik kakak yang tak pernah akur.

Di setiap waktu jika ada kesempatan pasti mereka selalu berdebat, tak ayal mengikutsertakan jambakan rambut atau bahkan saling mencubit kecil tapi menimbulkan kesakitan yang luar biasa.

Dari kecil, mereka sering berebut sesuatu. Masalah kecil seperti warna jepit rambut saja mereka selalu suka pada satu warna dan mereka tak mau sama. Pada akhirnya, berakhir dengan perdebatan yang mula-mula kecil menjadi tangisan keras. Yah, Jambak rambut dan saling cubit tadi penyebabnya.

Tapi, di sisi lain mereka juga bisa menjadi saudara yang begitu manis. Ketika ada salah satu yang terluka, yang satunya menenangkan. Atau, jika salah satu sedang sedih akan sesuatu, yang satunya lagi akan berlaku konyol guna menghibur.

Umur mereka terpaut 3 tahun. Lisa yang berperan sebagai adik selalu kekeh dengan pendiriannya bahwa yang tua harus mengalah. Dan Rose yang berperan sebagai kakak kekeh dengan pendiriannya bahwa yang tua haruslah diutamakan.

Bom dan Seunghyun selaku orang tua Lisa dan Rose selalu berhati-hati dalam memilihkan sesuatu untuk keduanya. Ya, agar mereka tak suka pada satu hal yang sama dan berakhir dengan perdebatan lagi. Bom dan Seunghyun sudah bosan mendengar kedua puteri mereka itu bertengkar karena memperebutkan sesuatu.

Keduanya baru bisa bernafas lega saat Rose menginjak bangku kuliah dan Lisa yang menginjak bangku SMA.

Putri sulung mereka memilih kuliah di Amerika. Sedangkan, Puteri bungsu mereka memilih tinggal di Korea. Lisa memang lebih manja dibandingkan dengan Rose, ia tak bisa bila jauh-jauh dari kedua orang tuanya.

Tipikal anak bungsu sekali.

***

"Apa? Kak Rose akan menikah?" Lisa berucap tak percaya dengan ucapan sang Ibu yang baru saja dia dengar.

Apa? Sejak kapan kakaknya itu merencanakan pernikahan? Dengan siapa? Kenapa mendadak begini, sih? Lisa saja bahkan tak tahu jika kakaknya punya pacar di Amerika sana!!!!!!

Arghhhhh. Lisa masih single!!!!

Bom mengangguk. "Kejadian tak mengenakkan terjadi sayang." Jawab wanita paruh baya itu lirih. Nada kecewa terdengar kentara sekali dari ucapannya.

Lisa terdiam. Kejadian tak mengenakan?

"Maksud Mama---" Lisa melebarkan matanya.

"KAK ROSE HAMIL?"

Ouh! Dan Lisa rasanya ingin pingsan saja saat melihat kedua orangtuanya mengangguk.

Ouh! Ouh! Ouh!

Lisa merasa pening.

"Kapan Kak Rose akan menikah?"

Bom menghela nafas. "Nanti malam kakakmu akan sampai di rumah. Dan besok pagi, mereka akan melangsungkan pernikahan."

Lisa merasa kepalanya semakin pening.

Aish! Harusnya Lisa menahan Kakaknya untuk kuliah di luar negri! Amerika itu kan---aish!

"Dengan siapa, Ma? Siapa lelaki brengsek itu?" Tanya Lisa menggebu-gebu.

Begini-begini, Lisa itu sayang sama kakaknya.

Ya, meskipun lebih sering benci juga sih, karena mereka selalu suka pada hal yang sama.

"Namanya Kim Hanbin, teman kuliah kakak kamu."

Ouh!

Lisa benar-benar ingin pingsan!

Masih kuliah dan sudah berani menghamili anak orang?

Lisa melihat ke arah sang Ayah yang sedari tadi hanya diam. Lisa tahu, lelaki terhebat di hidupnya itu pasti dilanda kecewa. Ibu nya juga, mata wanita terhebat dalam hidupnya menyorotkan raut wajah sedih. Raut kecewa tak luput dari wajah kedua malaikatnya itu.

Ish!

Lisa semakin membenci Rose saja. Berani sekali kakaknya itu memberikan rasa kecewa pada kedua orang tuanya?

Dan lebih benci pada lelaki bernama Kim Hanbin.

Berani sekali dia membuat kakaknya mengecewakan kedua orang tuanya!

***

"Duduk di sini, sayang." Ujar Bom yang langsung dituruti Lisa. Mereka kini sudah duduk di kursi paling depan.

Ya, hari ini adalah hari pernikahan sang kakak.

Rose, semalam dia tidak pulang ke rumah.

Lisa dengar, kakaknya itu pulang ke rumah calon mertuanya dan menginap di sana.

Ch.

Ternyata Kim Hanbin itu orang Korea juga.

Lisa menatap sekeliling. Yah, dekorasi pernikahan sang kakak memang bagus. Indah sekali. Lisa mengakui itu.

Tapi, fokus Lisa pada dekorasi itu teralihkan pada sosok lelaki dengan setelan tuxedo hitam yang kini berjalan di atas altar.

Lelaki itu berwajah tampan, dengan rahang tegas juga dua lubang cacat di kedua belah pipinya saat menampilkan sebuah senyuman.

Lisa tak bisa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari lelaki itu.

Bahkan, saat sang Kakak berjalan di atas altar dengan menggandeng sang Ayah, tentunya dengan wajah yang menampilkan senyum manis, Lisa tak menyadari hal itu.

"Ya, aku bersedia."

"Ya, aku bersedia."

Ketika lelaki tampan itu mengecup mesra bibir sang kakak, barulah Lisa tersadar.

Ah, itu Kim Hanbin.

Lelaki dengan sejuta pesona yang kini sudah resmi menjadi kakak iparnya.

Lelaki yang sejak kemarin Lisa benci habis-habisan karena menghamili sang kakak. Yang Lisa niatkan akan Lisa tampar begitu mengucapkan ucapan selamat.

Oh!

Tolong sadarkan Lisa agar ia tak jatuh cinta pada kakak iparnya yang menawan itu!

Lisa tak ingin suka pada hal yang disukai kakaknya juga.

Tidak lagi.

Arghhhhhhhh!!!

***

Hehehe

Lanjut atau unpub?

Vote komen! 😘

BROTHER IN LAW - HANLIS / HANLICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang