Part 2

2K 221 19
                                    

Lisa menatap langit-langit kamarnya dengan decihan pelan.

Malam pertama.

Ya, Lisa sedang memikirkan bagaimana kakaknya beserta kakak iparnya itu melakukan malam pertama mereka malam ini.

Huft...

Memikirkan hal itu membuat Lisa kesal sendiri. Yah, meskipun malam pertama ini bukan benar-benar arti malam pertama bagi kakaknya.

Ayolah! Rose sudah mengandung! Bukankah itu berarti mereka sudah melakukan malam pertama sebelum ini?

"Aish!" Lisa memekik tertahan. Kenapa ia bisa sekesal ini, sih?

Kenapa jantungnya tak berhenti berdetak kencang saat membayangkan apa yang akan kakak iparnya itu lakukan pada kakaknya!

Kenapa juga kakaknya itu malah ingin tinggal di sini??????

Aish! Aish! Aish!

Tok tok tok

Lisa tersentak kaget saat ketukan pintu terdengar. Gadis itu menoleh ke arah jam dinding yang tergantung dengan indah di dalam kamarnya.

11.20

Ya, Lisa merasa kesal tengah malam.

Dengan langkah malas, Lisa berjalan ke arah pintu. Membuka pintu itu perlahan.

"Ya, ada a---" Ucapan Lisa tergantung saat melihat seseorang tanpa baju kini ada di hadapannya. "---pa." Lanjut Lisa dengan pipi memerah.

Hei, kenapa kakak iparnya hanya memakai celana saja, huh? Kemana baju lelaki itu!!!

"Eum.." Hanbin menggaruk tengkuknya canggung. "Rose menyuruhku untuk memanggilmu ke kamar kami." Ujarnya.

Oh Tuhan!

Maksud kakaknya itu apa, sih?

Tanpa berkata apapun, Lisa keluar dari kamar dan melewati tubuh topless itu.

"Enam kotak. Enam kotak." Gumam Lisa di tengah perjalannya menuju kamar sang kakak.

Lisa tak ingin melihat ke belakang dimana kakak iparnya sedang mengikutinya.

Ch. Menyebalkan. Harusnya kakak iparnya itu memakai baju, dong! Jadi, Lisa takkan melihat perut kotak-kotak itu!

Begitu masuk ke dalam kamar, Lisa menganga saat mendapati kakaknya yang tengah tertidur lelap.

"Oh" Hanbin berjengit. "Tadi Rose menyuruhku untuk membawamu ke sini. Tapi, lihatlah ia malah sudah lelap tertidur. Menggemaskan sekali." Hanbin berjalan ke arah ranjang dan membenarkan poni Rose yang menutupi pipinya.

Lisa mendengus. Apa-apaan itu? Sok romantis sekali.

Hanbin menatap Lisa dengan raut bersalah. "Maafkan aku, Lisa."

Lisa mengggedikan bahu. "Ya, tak apa." Jawabnya.

Kakaknya memang menyebalkan.

Lisa kemudian keluar dari kamar kakaknya dan berjalan ke arah dapur. Tenggorokannya tiba-tiba haus setelah melihat Hanbin memperlakukan kakaknya semanis itu.

Ia juga ingin!

Lisa menuangkan air putih ke dalam gelas dan meminumnya dengan habis. Setelah selesai, Lisa berniat untuk kembali ke kamarnya.

Brukk

"Ya!" Lisa memekik kaget saat kepalanya terbentur sesuatu.

Oh, dada bidang?

Lisa mendongkak dan menemukan kakak iparnya yang tengah tersenyum.

"Maaf, aku tak tahu kau akan berbalik dengan terburu-buru begitu." Hanbin menunjuk ke arah belakang Lisa. Tempat air.

"Aku haus." Kekehnya.

Lisa menggaruk tengkuknya canggung. "Ah, ya. Silahkan." Lisa menggeser tubuhnya ke samping hingga kakak iparnya itu bisa leluasa untuk mengambil air.

"Ah ya, Lisa."

Lisa menoleh ke arah Hanbin yang tengah menuangkan air. "Ya?"

"Kau masih kelas 2, ya?" Tanya Hanbin. Lelaki bangir itu meneguk air dari dalam gelas hingga beberapa tetes jatuh ke dagu nya. Mengalir ke arah jakunnya yang bergerak saat ia kembali meminum airnya lagi.

Lisa memalingkan wajah. "Y-ya." Jawabnya.

Ya! Kenapa kakak iparnya begitu seksi, hah!!!!!!!

Hanbin menyimpan gelas kosong dan berjalan ke meja makan. Duduk di kursi yang disediakan dan menatap adik iparnya yang masih setia berdiri.

"Kau tak pegal berdiri terus?" Tanya Hanbin.

Lisa duduk di kursi yang berada tepat di depan sang kakak ipar. "Kenapa belum tidur, kak?" Tanya Lisa. Basa-basi.

Matanya sibuk berkeliaran kesana kemari, tak ingin melihat tubuh tanpa baju kakak iparnya.

"Aku akan tidur sebentar lagi." Jawab Hanbin. "Tak ada tugas?"

Lisa menggeleng.

Lalu hening.

Lisa meremas tangannya. Suasananya jadi canggung.

Gadis itu kemudian tersentak saat Hanbin berdiri.

Sekali lagi, mempertontonkan tubuh atasnya pada Lisa yang kini sibuk menahan nafas.

"Tidurlah. Sudah malam." Ujar Hanbin kemudian berjalan keluar dari dapur.

"Iya."

Meninggalkan Lisa yang menutup wajah dengan kedua tangannya. Pipi gadis itu sudah memerah sepenuhnya.

Jantung Lisa takkan aman jika terus menerus ada Hanbin di rumah ini.

Lisa merasa akan mati karena terus terusan menahan nafas sedari tadi.

Ini bahkan belum 24 jam!

"Argh! Menyebalkan!"

Lisa tak ingin jatuh cinta pada kakak iparnya!

Dan malam itu Lisa tidak bisa tidur dengan nyenyak. Perut kotak-kotak kakak iparnya selalu berputar di fikirannya.

Bahkan, saat sarapan ketika Hanbin memakai setelan kemeja putih dengan celana bahan hitam, mata Lisa seakan transparan ketika melihat ke arah perut kakak iparnya itu.

Yah, Lisa membayangkan di balik kemeja putih itu, perut ber-ABS kakak iparnya terpampang dengan indah.

Oh, mesum sekali dirimu Lalisa.

"Lisa, bagaimana kalau kita berangkat bersama? Kebetulan, tujuanku searah dengan sekolahmu." Tawar Hanbin.

Lisa meringis. "Ya, baiklah."

Lisa harus bisa menahan dirinya di dalam mobil nanti.

Bahaya jika Lisa berlaku macam-macam saat ia dan Hanbin hanya berdua saja nanti.

Hei! Kenapa fikiranmu mesum sekali, Lalisa!

"Semoga kupingmu selamat di perjalanan nanti, sayang. Adikku itu sangat berisik." Ujar Rose yang dihadiahi tatapan sebal sang adik.

Hanbin tersenyum. "Ku rasa Lisa tak seberisik itu, sayang." Ujarnya ketika mengingat tentang obrolan singkat ia dan adik iparnya semalam.

Rose tertawa. "Kau tak tahu saja." Ujarnya yang kembali dihadiahi tatapan sebal Lisa.

Kkk. Rose selalu suka jika menjahili adiknya seperti ini.

***

Ini kenapa jadi kaya 18+ 😂

Vote komen dong biar semangat lanjut 🤗

BROTHER IN LAW - HANLIS / HANLICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang