Part 17

1.6K 191 56
                                    

Hanbin mengelus surai Rose saat wanita yang berstatus sebagai istrinya itu selesai memakan sushi.

"Ingin makan permen gulali nya sekarang?" Tanya Hanbin. Lelaki itu mendapati Rose menggeleng.

"Nanti saja, sayang. Aku masih kenyang."

Hanbin mengangguk. Lelaki bangir itu kemudian duduk di karpet, menghadap langsung ke arah perut Rose yang sudah agak membesar.

Hanbin mengelus perut itu dengan lembut. "Baby, tumbuhlah dengan sehat, hm? Dan jangan nakal di dalam sini." Ujarnya dan mencium perut Rose sayang.

Rose tersenyum. Tanpa sadar, air matanya menetes.

Hanbin berdiri dan mengecup dahi Rose. "Kau juga harus sehat, sayang. Jangan terlalu banyak fikiran."

Karena itu akan mempengaruhi kesehatan bayiku.

Rose mengangguk. Wanita itu membawa Hanbin ke dalam pelukannya.

"Sayang" Panggilnya.

"Hm?"

"Aku senang kau dan Lisa semakin hari semakin dekat." Ujar Rose. Wanita itu menelusupkan kepalanya ke dada bidang sang suami.

Hanbin mengangguk. Lelaki itu mengeratkan pelukannya.

Dan, air matanya terjatuh.

Kau, tahu? Tangis bahagia.

Terimakasih kembali pada Ibu nya yang telah memberikan Hanbin serbuk putih pelemah syaraf dan---

Mengatakan bahwa Rose takkan kuat mempertahankan bayi mereka. Mengatakan bahwa keadaan Rose lemah untuk mengandung.

Gelar Dokter yang sang Ibu miliki sangat berguna di saat-saat seperti ini.

Tapi, untuk berjaga-jaga sepertinya Hanbin harus memberikan serbuk itu kembali.

Mungkin, sekarang dosisnya akan ia tambahkan.

Haruskah Hanbin membuat Rose melupakan sesuatu sedikit demi sedikit? Supaya menambah kesan bahwa keadaanya memang tak baik-baik saja.

Sepertinya, Hanbin akan berkonsultasi dulu nanti dengan Ibunya.

***

Lisa berdehem saat Hanbin sudah sampai di depannya.

Kakak iparnya itu ngapain, sih...

Sret

Lisa melotot saat pinggangnya dipeluk.

"Ayo, sayang."

Lisa dapat mendengar jerit siswi yang berkerumun.

Apa-apaan ini....

Di sisi lain, Jaehyun dan Taehyung tak menyadari bahwa sedari tadi mereka melihat pemandangan itu dengan jarak yang berdekatan.

Dan begitu sadar, mereka sama-sama saling menatap tajam.

***

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Lisa begitu gadis itu duduk di bangku kemudi.

Hanbin menggedikan bahu.

Lisa mendengus. Menyebalkan.

Kenapa harus memanggilnya dengan panggilan sayang kalau ujung-ujungnya bersikap acuh begitu?

"Kita ke rumahku dulu."

Dahi Lisa mengerenyit. "Rumah?"

"Aku orang Korea kalau kau lupa." Ujar Hanbin dengan senyumannya.

Lisa mengangguk. Benar. Kakak iparnya itu orang Korea.

"Kenapa ke rumahmu?" Tanya Lisa yang pada akhirnya penasaran.

BROTHER IN LAW - HANLIS / HANLICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang