Part 21

1.5K 182 39
                                    

"Kak, sini dulu." Lisa menarik tangan Hanbin ke arah pojok.

Matanya melihat ke arah bocah yang dengan seenak jidat mencium lelakinya tadi tengah menatap bingung.

"Ada apa, hm?"

Lisa menatap Hanbin. "Kenapa ke sini dulu? Aku bisa kesiangan, kak." Ujarnya dengan nada merajuk.

Oh, ayolah! Lisa merasa mood nya buruk gara-gara bocah kecil itu.

"Sekarang kita berangkat, okay? Aku hanya merindukannya. Kami sudah beberapa bulan tidak bertemu." Hanbin tersenyum.

Lisa mengangguk. Huft... Dasar Lalisa egois. Batinnya meradang.

Beberapa menit kemudian, benar mereka berangkat ke sekolah.

Meskipun tadi keponakan kakak iparnya merajuk bahwa ingin ikut, untung saja Ibu nya datang tepat waktu.

Lisa jadi tenang karena tak ada lagi yang mengganggunya untuk berduaan dengan kakak iparnya di mobil.

Eh?

Lisa menggeleng. Ish! Kenapa dia bisa merasakan jiwa pelakor seperti ini, sih?

"Nanti ku jemput lagi, ya." Ujar Hanbin. Lelaki bangir itu menghentikan mobilnya di area parkiran sekolah yang ternyata sudah di penuhi dengan siswa siswi.

Wajar, mereka sampai 5 menit sebelum bel masuk berbunyi.

Lisa mengangguk. Lagi pula, kalau pun ia menolak, kakak iparnya itu pasti akan tetap menjemputnya, kan?

Lisa berniat akan membuka pintu mobil, tapi sebuah tangan menahan lengannya.

Lisa menatap ke arah Hanbin yang sedang menyodorkan tangannya dengan raut wajah bingung.

"Kenapa, kak?" Tanya Lisa.

"Bukankah akan lebih romantis kalau setiap kita berpisah kau menicum punggung tanganku?"

Blush~

Lisa otomatis menutup kedua pipinya.

Hanbin lantas tertawa. "Yasudah, sana keluar. Aku ada urusan di kantor, agak terburu-buru jadi tak bisa melihatmu masuk ke dalam sekolah seperti biasanya."

Lisa mengangguk kikuk.

Tapi, sebelum gadis itu membuka pintu mobil.

Punggung tangan sang kakak ipar ia cium.

"Hehe. Bye, kak!" Seru Lisa dan berlari ke dalam sekolah.

Jangan lupakan dengan kedua pipinya yang seperti tomat rebus.

Di dalam mobil, Hanbin menatap kepergian gadis berponi itu dengan sebuah seringai yang tersemat sempurna di bibirnya.

Ketika sebuah pesan masuk, seringai itu semakin melebar.

Mom
Sayang, kau sudah bisa mendapatkan obat pesananmu sekarang.

Hanbin menghidupkan mobilnya. Ia harus mendatangi Rumah Sakit sang Ibu.

Obat itu harus ia berikan pada istrinya tersayang dengan segera.

Ohhh,,, Hanbin sudah tak sabar melihat bagaimana nanti Rose akan linglung, kebingungan, tanpa arah.

Pasti akan menyenangkan melihatnya.

***

"Lis, tunggu."

Lisa menatap lengannya yang ditahan Jaehyun jengah. "Jae, aku sudah bilang hubungan kita sudah berakhir. Kenapa kau masih seperti ini, sih?" Tanya Lisa bingung.

BROTHER IN LAW - HANLIS / HANLICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang