Part 37

1K 130 10
                                    

"Tidurlah, Lis. Dan yakinlah hari esok akan lebih baik."

Lisa menghela nafas ketika mendengar ucapan Jisoo. Ia mengembalikan handphone sahabatnya itu kemudian berkata.

"Ya, ku harap esok akan lebih baik." Ujarnya.

Lebih ke baris doa sebenarnya.

Tapi, nyatanya tidak.

Pagi harinya, Lisa dan Jisoo dikejutkan dengan kedatangan beberapa orang dengan setelan jas hitam.

Mereka mengobrak-abrik seluruh rumah Jisoo, memukul Ayah dan Ibu Jisoo yang berusaha melawan, serta membawa Lisa dengan paksa.

"Kalian mau bawa kemana Lisa, hah?!"

Lisa dapat mendengar Jisoo yang berteriak, sahabatnya itu tengah ditahan salah seorang supaya tidak berlari mengejarnya.

Lisa menangis sejadi-jadinya saat dirinya dipaksa masuk ke dalam mobil.

Mau dibawa kemana dirinya?

Apa ini ulah Hanbin?

Tapi, kenapa?

Lisa menatap ketiga orang selain dirinya yang berada di dalam mobil.

Aneh.

Sedari tadi, mereka tak pernah bicara sepatah katapun. Bahkan, ketika mereka datang, mereka hanya diam saja di bawah maskernya.

"Siapa yang menyuruh kalian?" Tanya Lisa. Ia meremas ujung bajunya, berusaha menekan rasa takutnya.

Hening

"Sebenarnya, aku mau dibawa kemana?" Tanya Lisa lagi.

Dan mereka masih saja diam.

Baik, sepertinya Lisa harus melakukan sesuatu.

"Aku akan lapor polisi! Aku tak bercanda!" Serunya.

Gila saja.

Handphone nya bahkan tak ada pada dirinya sekarang.

"Aku akan---mmpphh-"

Lisa merasa kepalanya pening saat sebuah sapu tangan menutup mulutnya.

Sebelum kesadarannya menghilang, Lisa dapat mendengar sayup-sayup sebuah suara terdengar.

"Ya, kami berhasil, Tuan Kim."

***

Bugh

"A-akh-" Jaehyun meringis kesakitan saat Hanbin memberikan bogem di daerah perutnya.

Lelaki berkulit putih itu menatap ke arah sang lelaki bangir dengan tajam.

"B-brengsek-"

Hanbin tertawa. "Apa?" Ia mencondongkan tubuhnya ke arah Jaehyun yang tengah terduduk di atas lantai dengan tangan terborgol ke atas. "Aku tak dengar."

Jaehyun berdecih. "Ku bilang brengsek!" Serunya.

Hanbin meringis. "Jaga mulutmu, Jung. Kau tak ingin jika mulutmu itu nanti tak bisa terbuka lagi, bukan?"

Jaehyun menatap geram. "Apa yang kau inginkan, hah?"

Hanbin berdiri. Lelaki bangir itu menyimpan tangan di depan dagu. "Apa, ya?" Gumamnya.

Hal itu sontak membuat amarah Jaehyun semakin tersulut.

Sial!

Andai tangannya tidak terborgol seperti ini, ia pasti sudah menghajar lelaki dengan marga Kim itu habis-habisan.

Sial! Sial! Sial!

"Ah!" Hanbin berseru. "Aku ingin kau menonton sesuatu."

Jaehyun menatap ke arah Hanbin yang tengah mengotak-atik handphone nya. Lelaki bangir itu menghadapkan layar benda pipih itu ke depan wajahnya.

BROTHER IN LAW - HANLIS / HANLICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang