Part 45 (END)

1.1K 111 35
                                    

Chapter terakhir ... Huhuhu

***

"Sayang, sayang..." Lisa menatap gemas ke arah Hanbin yang tengah menggendong bayinya. Lelaki bangir itu terlihat begitu kaku yang mana sontak membuat Lisa tertawa.

Lisa membawa alih bayi laki-lakinya untuk ia gendong. Dikecupnya ujung hidung bayi bangir nya dan menatap ke arah Hanbin yang tengah menggaruk tengkuknya dengan kikuk. "Itu wajar. Kau laki-laki dan baru pertama kali menjadi seorang Ayah." Ujarnya.

Hanbin mengangguk pelan. Ternyata menjadi seorang Ayah itu sulit. Batinnya.

Hanbin mendekati Lisa yang tengah menimang-nimang bayi nya itu kemudian membawa tangannya untuk ia lingkarkan di pinggangnya.

"Nanti."

"Huh?" Lisa menatap ke arah Hanbin tak mengerti.

"Mungkin sekarang kau yang sibuk dan kelelahan dalam mengurus bayi kita. Tapi, nanti, aku akan mengurusnya sehingga kau takkan lelah lagi." Hanbin menyimpan helaian rambut pirang Lisa ke belakang telinga wanita cantik itu.

"Mungkin aku memang bukan laki-laki baik. Aku juga mungkin bukan laki-laki yang tak pernah membuatmu terluka, aku sering melakukan itu. Tapi, mulai saat ini aku berjanji aku akan menjadi Ayah yang baik untuk bayi kita dan suami yang baik untukmu. Aku akan membahagiakan kalian semampuku." Hanbin tersenyum. Kedua lubang cacat di pipinya terbentuk.

"Hanbin" Lisa hanya bisa berkata lirih. Sejak dimana ia dan Hanbin resmi menjadi sepasang suami istri di hadapan pastur waktu itu, Lisa sudah merasa bahwa Hanbin adalah lelaki terbaik baginya. Mungkin Hanbin tak tahu itu, tapi sejak pertama kali mata mereka bertemu, Lisa menginginkan hal yang Hanbin ucapkan tadi terjadi padanya. Suami yang baik... Ayah yang baik...

"Terimakasih karena sudah menerima lelaki sepertiku." Hanbin membawa Lisa ke dalam pelukannya. Tak terlalu erat karena Hanbin tak ingin membangunkan bayi laki-laki nya yang akan terlelap itu.

Tak perlu kata untuk menjawab semuanya. Yang Lisa lakukan adalah membalas pelukan Hanbin dan membenamkan wajahnya di dada bidang lelaki bangir itu. Terisak lirih ketika merasa bahwa ia ingin moment ini bertahan lama.

Bisa kah?

Hanbin melepaskan pelukan mereka dan menghapus jejak air mata di kedua pipi Lisa dengan ibu jarinya. Tersenyum kecil, Hanbin mengecup kening Lisa seraya berucap. "Aku mencintaimu. Yang harus kau ingat hanyalah itu."

***

Tatapan Rose tertuju pada sosok lelaki berkulit putih yang kini sedang tertunduk di samping ranjang pesakitan Lisa. Bahunya bergetar kecil, menangiskah?

Seorang Jung Jaehyun?

Rose menghela nafas. Sebenarnya, ia tadi tak mengizinkan Jaehyun untuk menjenguk Lisa. Mengingat lelaki itu yang sudah mengkhianati adiknya. Tapi, melihat bagaimana raut cemas yang Jaehyun perlihatkan padanya, mau tak mau Rose luluh juga.

Setidaknya, mereka pernah bersama, bukan?

"Kak" Jaehyun menghampiri Rose. Lelaki berkulit putih itu tersenyum. "Terimakasih telah mengizinkanku untuk menjengkuk Lisa." Ujarnya. Yang dibalas Rose dengan sebuah anggukan.

"Tolong kabari juga tentang perkembangan kondisinya nanti." Pinta Jaehyun.

"Baiklah." Rose mengangguk lagi. Jujur, Rose merasa bahwa Jaehyun adalah lelaki yang baik. Jika saja ia tak selingkuh.

Jaehyun baru saja akan keluar dari ruangan serba putih itu, tapi pintu terlebih dulu dibuka orang lain. Lelaki berhidung bangir dengan setelan jasnya.

BROTHER IN LAW - HANLIS / HANLICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang