Part 16

1.4K 188 39
                                    

Ting Nong

Hanbin berjalan menuju pintu ketika bel apartemen nya berbunyi.

Dahinya mengerenyit ketika mendapati teman satu kuliahnya kini ada di depan pintu.

Roseane

Hanbin mengenalnya karena mereka satu jurusan, bahkan satu kelas. Mungkin, lima atau enam kali bertegur sapa seperti 'Hei, bagaimana tentang pelajaran kemarin? Pak Sam benar-benar membuatku ngantuk, kau tahu. Kkk' dan itu selalu di awali dengan Rose yang entah kenapa selalu saja menghampiri nya di kelas.

'Ia menyukaimu.'

Seperti itu kata-kata teman-teman Hanbin yang lain. Dan Hanbin menanggapinya dengan hanya sebuah pukulan di lengan.

'Jangan suka menyebar fitnah!'

Hanbin membuka pintu apartemen nya dan mendapati Rose tengah tersenyum manis.

Cantik. Batin Hanbin

Rose berkata bahwa tujuannya datang ke apartemen Hanbin karena ingin minta diajarkan tentang materi yang tak ia mengerti.

Hanbin memang mahasiswa terpintar di kelasnya.

Mereka menghabiskan waktu kurang lebih satu jam untuk belajar.

Saat itu, Hanbin meminta izin untuk ke kamarnya sebentar, lelaki bangir itu ingin mengambil buku serta catatan materi yang ia kumpulkan selama ini, siapa tahu bisa Rose gunakan untuk belajar nanti di rumah. Hanbin akan meminjamkannya selama beberapa hari atau mungkin minggu selama ia tak menggunakannya.

Yah, Hanbin memang baik hati. Kepada semua orang. Dan gadis yang meminta ingin ia ajarkan bukan hanya Rose saja. Termasuk buku dan catatan materi itu bukan pertama kali Hanbin pinjamkan.

Tapi, ketika kakinya ingin melangkah memasuki ruang tamu, Hanbin melihat Rose mencampurkan sesuatu ke dalam minumannya.

'Apa itu?'

Dan Rose tersenyum setelah mencampurkan serbuk putih itu ke dalam teh milik Hanbin.

Hanbin terdiam. Fikirannya berkecamuk. Apa itu? Kenapa Rose mencampurkannya dengan minumannya?

Tapi, bukankah Hanbin pintar?

Ketika Rose lengah, lelaki bangir itu menggantikan minumannya dengan minuman Rose.

Dan Rose meminumnya.

Tapi, kejadian tak terduga datang.

Rose kepanasan. Gadis itu tiba-tiba terus ingin menempel padanya dan berkata ingin 'disentuh.'

Hanbin mengerti.

Ah, obat perangsang.

Kemudian, seringai muncul di bibirnya.

Baiklah, ia akan mengikuti permainan yang dibuat teman sekelasnya itu.

Lagi pula, bukan Hanbin yang salah kan? Gadis itu lah yang menawarkan dirinya sendiri padanya.

Dan malam itu, mereka melakukannya.

Rose ini, Hanbin menyukai bagaimana cara liciknya bekerja.

So fun.

***

Hanbin menatap datar wanita yang sedang berlutut di depannya itu.

Tangisan wanita itu tak bisa membuat hatinya goyah untuk memandangnya nanar.

"Berdirilah, Rose. Kita bicarakan di dalam." Hanbin membuka pintu apartemen nya.

Rose menatap Hanbin dengan mata basahnya.

Dan ketika mereka sudah sampai di dalam apartemen, Rose kembali menangis.

"Aku-hiks-mengandung anakmu-"

Hanbin mengangguk. Sudah ia duga.

Tapi, itu bukan salahnya, kan?

"Kau ingat malam itu, kan? Kau menyentuhku." Ujar Rose lirih.

Dahi Hanbin mengerenyit. Kenapa seakan-akan dia lah yang memperkosa Rose?

"Aku ingin kau bertanggung jawab, Hanbin."

Hanbin menatap Rose yang tengah menatapnya memohon.

"Aku tak ingin dikucilkan jika semua orang tahu bayi ini tak punya seorang Ayah. Aku tak ingin bayi kita---"

Rose menunduk. Air matanya kembali mendesak keluar.

"Rose---"

"Aku mohon!"

"Baiklah."

Jawaban Hanbin mampu membuat Rose tersenyum untuk pertama kalinya siang itu.

Tanpa Rose sadari, Hanbin menyeringai.

Jika Hanbin harus mempertanggung jawabkan perbuatannya, maka Rose harus mempertanggung jawabkan atas perbuatannya juga, kan?

Seperti---

"Tunggu lah sebentar, aku ambilkan air."

Rose mengangguk. Membiarkan Hanbin berjalan ke arah dapur.

Dan di dapur, Hanbin mencampurkan minuman yang akan ia berikan pada Rose dengan serbuk putih. Hanbin aduk dengan kuat agar serbuk itu tercampur dengan sempurna.

Terimakasih pada Ibu nya yang dengan senang hati memberikannya serbuk ini.

Serbuk yang bisa melemahkan syaraf pengonsumsi.

Oh, tentu saja Hanbin akan mencari cara agar bayi nya selamat nanti.

Hmmm... Pertanggung jawaban yang setimpal, bukan?

Rose yang masuk ke dalam jurang dengan senang hati.

Tanpa paksaan sedikitpun.

Dan Hanbin, tertarik ke dalam permainan yang diciptakan wanita berambut coklat itu.

***

"Kau mencintaiku?" Tanya Rose.

Hanbin tersenyum. Cinta? Rasanya Hanbin ingin tertawa.

"Tentu saja."

Aku mencintai bayiku. Dan kau Ibu dari bayi ku. Tentu saja aku harus mencintaimu.

Rose tersenyum. "Nikahi aku, perlakuan aku seperti isteri yang begitu kau cintai."

Rose menunjuk ke arah figura yang berisikan dua orang gadis cantik yang tadi sempat Hanbin tanyakan salah satunya.

"Dan kau akan mendapatkannya."

Hanbin menyeringai. "Baiklah. Ku harap kau tak lupa kata-katamu."

***

Lagi-lagi parkiran dipenuhi siswa-siswi yang berkerumun di satu tempat.

Lisa menghela nafas. Pasti itu kakak iparnya lagi.

Dan benar saja.

Begitu Lisa memasuki kerumunan, ia melihat kakak iparnya.

Begitu Lisa memasuki kerumunan, ia melihat kakak iparnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedang berjalan ke arahnya.

TAK ADA AKHLAK MEMANG KAKAK IPARNYA ITU!

***

BOOM VOTE KOMEN ATUH 😊

BROTHER IN LAW - HANLIS / HANLICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang