Part 15

1.6K 194 44
                                    

Lisa menghentikan langkahnya saat melihat sebuah dada bidang tepat di depannya.

"Jae, minggir. Aku ingin ke kelas."

Jaehyun tersenyum. Lelaki berkulit putih itu melambaikan tangannya. "Pagi, Lis." Sapanya.

Lisa mengangguk singkat lalu bergeser ke kanan dan melanjutkan langkahnya.

Jaehyun menatap punggung Lisa yang kian menjauh. Senyumnya masih terpatri.

"Jika kau fikir aku akan menyerah padamu, kau salah." Gumamnya.

Di sisi lain, Lisa baru saja sampai di kelas. Gadis itu dapat melihat beberapa murid yang sudah datang.

Seperti sahabatnya, Kim Jisoo yang kini sedang tersenyum manis.

"Hei, tumben datang pagi." Ujar Lisa begitu ia duduk di bangkunya.

Jisoo memang terbiasa datang siang, bahkan Lisa hafal betul waktunya. 6.55 am. Tepat 5 menit sebelum bel masuk berbunyi.

"Bangun nya kepagian. Kkk"

Lisa tertawa ketika mendengar jawaban dari sahabatnya itu.

Jisoo menatap wajah Lisa yang menurutnya berbeda. "Kau selalu bergadang, ya?"

Lisa menghela nafas. Ya, aku selalu bergadang. Dan itu karena seorang lelaki bernama Kim Hanbin.

"Ya, banyak sekali fikiranku akhir-akhir ini." Jawab Lisa.

"Tak mau cerita?"

Lisa menatap ke arah Jisoo yang sedang tersenyum.

"Kau tahu, mungkin dengan menceritakan masalahmu pada orang lain, akan membuat hatimu tenang. Meskipun sedikit."

Jisoo menopangkan dagunya. "Jadi?"

Lisa menghela nafas. Baiklah, semoga saja Lisa benar-benar merasa tenang meskipun sedikit. Lagi pula, Jisoo bukan tipe teman yang 'bocor'. Malah nanti Lisa akan mendapat sebuah 'nasihat' untuk kedepannya.

Lisa menatap Jisoo dan ikut bertopang dagu. "Jadi ... "

***

Sebenarnya tak ada masalah antara Lisa dan Taehyung sebelum kejadian kemarin, dimana Taehyung menghalangi jalannya dan berkata bahwa Lisa tak waras kemudian Lisa menjawab hubungan pertemanan kita putus.

Mereka yang pada tahun ini sekelas pun jarang untuk berinteraksi kecuali ada tugas kelompok dan mereka satu kelompok.

Tapi, setelah kejadian kemarin, Lisa menjadi kesal setiap kali bertatap wajah dengan lelaki Tan itu. Entahlah, mungkin Lisa masih merasa tak terima disebut tak waras.

Dan Taehyung?

Lelaki Tan itu malah tersenyum dengan bodohnya setiap kali tatapan mereka bertemu.

Ch. Lisa jadi merasa senyum kotak milik Taehyung menyebalkan.

Jisoo hanya menggelengkan kepalanya. Ia tak berharap banyak pada hubungan Lisa dan Taehyung. Sifat dan kepribadian mereka berbeda jauh sekali. Taehyung takkan bisa mengimbangi Lisa dan bahkan sebaliknya.

Tapi, siapa yang tahu kedepannya, kan?

Jisoo hanya berharap Lisa akan mendapatkan lelaki yang pantas baginya.

Bukan Kim Hanbin, bukan kakak iparnya sendiri.

Ya, Jisoo menolak keras ketika Lisa menceritakan semuanya tadi.

Menolak keras sosok Kim Hanbin.

Aku tahu kau mencintainya. Tapi, kalian sudah selesai di saat bahkan belum memulai. Tak masalah, jauhi dia. Memang tak pernah mudah untuk pergi, relakan lah dia. Dia sudah bahagia dengan yang lain.

Kata-katanya memang terkesan jahat, tapi Jisoo bukan teman yang akan mendukung sahabat nya dalam konteks yang 'tidak baik'. Ia memainkan logikanya.

Meskipun, di dalam hati kecilnya Jisoo ingin sahabatnya itu bahagia dengan lekaki yang dicintai dan mencintainya.

Kim Hanbin

Di dunia ini, jika logika yang menang, maka hati yang kalah. Dan sebaliknya. Semuanya tergantung pada siapa pemilik hati dan logika itu.

Pemeran utamanya. Diri Lisa sendiri.

***

Tak perlu kata-kata untuk menggambarkan betapa Rose mencintai seorang Kim Hanbin melebihi apapun.

Bahkan, dalam mendapatkan sosok rupawan itu Rose sudah melakukan banyak hal.

Keburukan. Kemunafikan. Ketidakbenaran.

Termasuk menaruh obat perangsang di gelas lelaki bangir itu saat Rose mengunjungi apartementnya dengan dalih ingin diajari materi yang tak ia mengerti.

Termasuk harus memohon agar Hanbin memberikan pertanggungjawaban atas bayi yang telah dikandungnya.

Termasuk harus berlutut agar Hanbin bisa mencintainya secara perlahan.

Tapi, pada akhirnya hal yang ia lakukan agar membuat Hanbin menjadi miliknya itu tak berakhir dengan bahagia, ketika Rose menyadari bahwa keadaannya tak baik-baik saja untuk mengandung. Untuk mempertahankan bayinya dan Hanbin.

Siapa dia?

Pertanyaan yang terlontar dari bibir Hanbin kala itu membuat Rose melihat ke arah figura yang ada di atas meja nakasnya.

Rose manyadari tatapan berbeda dari mata Hanbin pada sosok di dalam figura itu.

Selama ini, Rose telah menghancurkan masa depan Hanbin, ia telah mengikat Hanbin di dalam hidupnya.

Hanya sekali Rose melihat Hanbin tersenyum tulus, itu ketika mereka datang ke rumah sakit dan melakukan USG untuk bayi mereka.

Setelah itu, hanya ada senyum dengan penuh kepalsuan.

Rose tahu, hanya saja ia memilih untuk buta.

Dan kali ini, senyum tulus itu muncul ketika Hanbin melihat ke dalam foto adiknya.

Ya, Lisa.

Sebuah tatapan yang selama ini begitu Rose ingin dapatkan dari seorang Kim Hanbin.

"Kau mencintaiku?" Tanya Rose kala itu.

Hanbin tersenyum. Tapi, Rose tahu itu bukan senyum yang berasal dari hati.

"Tentu saja."

Kau mencintai Ibu dari anakmu, Hanbin. Tidak dengan diriku.

Rasanya Rose ingin berteriak seperti itu. Tapi, sebuah kenyataan menghempaskannya.

Yah, ia yang mengikat Hanbin untuk menjadi miliknya dengan menjebak lelaki bangir itu. Jadi, bukan salah Hanbin kalau lelaki itu hanya mencintai Ibu dari anaknya.

Rose tersenyum. "Nikahi aku, perlakuan aku seperti isteri yang begitu kau cintai."

Wanita berambut coklat itu menunjuk ke arah figura. Ke arah gadis yang dipandang Hanbin dengan pandangan yang selalu Rose ingin dapatkan.

"Dan kau akan mendapatkannya."

***

"Kau Lisa, ya?" Tanya Hanbin.

Lisa tersentak. "A-ah, iya." Jawab Lisa kikuk.

Hanbin tersenyum menampilkan dimple nya. "Seperti yang Rose selalu bilang, kamu memang cantik."

Blush~

Hanbin menjulurkan tangannya. "Perkenalkan, namaku Hanbin. Maaf, karena telat memperkenalkan diri."

Lisa menjabat tangan lelaki bangir itu. "Namaku, Lisa. Ah ya, tak apa." Jawab Lisa dengan senyuman manisnya.

Rose melihat pemandangan itu dengan tersenyum pedih. Mempelai wanita itu mengeratkan pelukannya pada sang Ibu.

***

Jadwal update ga tentu ya, gimana mood sama kepuasan vote komen. Wkwk 🌚

Part kemarin ga memuaskan, tapi gw baik hati update. 😩

Tapi, kalo ga memuaskan lagi berarti ga ada yang nunggu update yaaa

BROTHER IN LAW - HANLIS / HANLICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang