Part 24

1.2K 177 20
                                    

Hanbin menggeram kecil saat mendapati kamar Lisa dikunci.

Lelaki bangir itu berusaha menetralkan nafasnya yang memberat.

"Ayolah, sayang." Ujarnya.

"Tidak! Aku tak ingin mandi berdua!" Balas Lisa dari dalam kamar.

Hanbin tertawa kecil. "Baiklah, baiklah. Kita takkan mandi berdua."

"Baguslah."

"Tapi, izinkan aku untuk masuk dulu ke dalam kamar. Ada yang ingin aku katakan."

"Tidak! Aku tak bodoh! Siapa tau nanti setelah masuk ke kamar---"

"Aku janji takkan mandi berdua denganmu."

Hanbin dapat mendengar suara kunci yang terbuka. Ia menyeringai.

Cklek

Lisa berdehem pelan. "Bicarakan saja di sini. Tak usah masuk kamar." Ujarnya.

Lisa meraba tengkuknya saat mendapati kakak iparnya itu malah tersenyum.

"K-kenapa?"

Lisa mundur beberapa langkah saat Hanbin mendekat ke arahnya. "Y-ya, ya! Jangan mendekat lagi! Ish!!!!" Lisa menahan nafas saat punggungnya menabrak dinding.

Sial! Tahu begini tadi Lisa tak buka pintu!

Lisa merasa tubuhnya tersengat jutaan volt saat telapak tangan Hanbin menyentuh pipinya.

"Kau tahu"

Lisa menelan ludah ketika suara dengan nada rendah itu terdengar. Dan nerasa waktu seakan berhenti saat merasakan tubuhnya ditarik hingga tubuhnya dan Hanbin bertabrakan.

"K-kak" Panggil Lisa gugup.

Yak!!!! Apa yang sedang kakak iparnya coba lakukan padanya!!!!!!!

"Berapa umurmu?"

Eh? Kenapa menanyakan umur?

"18" Jawab Lisa.

"Baguslah."

Lisa tersentak saat merasa Hanbin mengangkat tubuhnya seperti koala.

"Bagus kenapa?" Tanya Lisa. Ia berusaha untuk turun dari posisi tak mengenakkan itu.

"Umurmu sudah legal."

Sial!

Kenapa Lisa tak bisa menolak saat Hanbin membawanya?!

"Aku tak ingin mandi berdua." Seru Lisa saat Hanbin menurunkannya di atas tempat tidur.

Gadis itu mendapati Hanbin tersenyum.

Tidak.

Itu adalah sebuah seringai.

"Kita takkan mandi." Jawab Hanbin. "Mungkin sampai besok." Lanjutnya lagi.

Dahi Lisa mengerenyit. "Kenapa?"

"Karena aku suka berkeringat."

Lisa sedikit tersentak ke belakang saat tiba-tiba Hanbin mengecup bibirnya.

"Apalagi denganmu." Lanjut lelaki bangir itu dengan suara beratnya.

Lisa bersumpah. Kamarnya tiba-tiba terasa panas.

"A-Ac di kamarku sepertinya rusak. Akan ku---"

"Akan apa?"

Lisa menggigit bibir bawahnya dengan gugup. "A-akan-"

Sangat menyebalkan! Kenapa ia tak bisa berkata-kata sekarang!!!

Melihat itu, Hanbin tersenyum miring. Netranya menatap lurus ke obsidian Lisa yang membulat sempurna ketika mendengar suaranya.

"Fuck with me."

***

Bibi Jung begitu khawatir saat mendapati Rose yang terduduk di lantai kamar mandi dengan darah di sekelilingnya.

"Rose, apa yang terjadi?" Tanya wanita paruh baya itu cemas.

"Aku tak sengaja jatuh, Bi." Rose meringis, wanita itu merasakan perutnya terasa diremas kuat.

"T-tolong-" Rose menangis. Ia takut terjadi apa-apa pada bayi nya.

Bibi Jung mengangguk. Wanita paruh baya itu memanggil suaminya untuk datang dan segera membawa keponakannya itu ke Rumah Sakit.

Tuhan, selamatkan bayi ku.

Bertahanlah, Baby. Kau akan baik-baik saja.

***

Tubrukan antar kulit itu terdengar nyaring.

Hanbin membiarkan punggungnya terluka karena diremas Lisa dengan kuat. Mungkin ada beberapa bagian yang berdarah karena tergores kuku.

Suara tertahan itu menggema, saling bersahutan, seolah mengikuti irama lagu.

Erangan demi erangan terdengar. Dua manusia itu sibuk dengan kenikmatan yang sedang mereka nikmati.

Melupakan satu manusia lain yang sedang memperjuangkan satu kehidupan pada dirinya.

"Panggil namaku"

"H-anbin-hhh"

***

"Bagaimana keadaannya, Dok? Keduanya baik-baik saja, bukan?" Wanita paruh baya dengan marga Jung itu menatap Dokter yang baru saja keluar dari ruang ICU dengan was-was.

Jantungnya seolah sedang berlomba saat ini.

Dan, dunianya seakan terhenti saat sebuah helaan nafas berat terdengar dari Dokter spesialis kandungan itu.

"Maaf---"

***

Lisa membelai pipi Hanbin dengan pelan. "Aku kira, aku salah melakukan ini." Lirihnya.

"Kau melakukan hal yang benar, sayang." Jawab Hanbin sembari membawa pinggang Lisa untuk semakin menempel pada tubuhnya.

Hanbin mencium telapak tangan Lisa singkat. "Sangat benar." Lanjutnya.

Lisa meringis. Gadis----wanita itu memeluk tubuh Hanbin dan menenggelamkan kepalanya di dada bidang kakak iparnya---kekasihnya.

Kulitnya terasa hangat saat bersentuhan dengan kulit lelaki bangir yang kini tengah ia dekap dengan erat itu.

"Aku merasa---"

Lisa menghentikan kata-katanya saat merasa Hanbin bergerak.

"Shhh"

Lagi. Lisa mencengkram punggung Hanbin. Bedanya, kali ini dengan sebelah tangan.

"Kau merasa apa? Kalau aku, aku merasa ingin berkeringat lagi."

Lisa merasa Hanbin mengangkat tubuhnya, hingga kini dirinya berada di atas tubuh lelaki bangir itu.

"Bergeraklah."

***

Nyonya Kim menghentikan langkahnya saat mendengar sesuatu yang membuatnya tertegun.

"Maaf, janin tak bisa terselamatkan."

Tangannya mengepal. Wanita paruh baya itu membalikan tubuhnya, meninggalkan area ICU sembari merogoh handphone nya.

Tak lama, sambungan telfon pun terhubung.

"Oh, sayang-s-sebentar-h"

Tanpa memperdulikan suara puteranya yang sedang tertahan itu, Nyonya Kim berkata.

"Istrimu membunuh calon penerus Kim." Ujarnya.

Dengan fikiran melayang kepada apa yang sedang dilakukan puteranya di sebrang sana.

Sudah mendapatkannya, huh?

***

Ada yang kangen ga, nih? Hahahaha

Vote komen biar semangat lanjut ! 🖤🖤🖤

BROTHER IN LAW - HANLIS / HANLICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang