Part 6

1.7K 205 101
                                    

Hanbin membuka pintu kamar Lisa sembari membawa sebaskom air hangat beserta handuk yang nanti akan ia gunakan untuk mengompres adik iparnya itu.

Dapat ia lihat bahwa kini Lisa tengah duduk di kursi belajar sembari membelakangi nya. Mungkin, adik iparnya itu bahkan tak mendengar suara pintu terbuka.

Hanbin menyimpan alat kompres di atas meja nakas kemudian duduk di atas ranjang.

Dan barulah, Lisa tersadar.

Gadis berumur 18 tahun itu tersentak kaget.

"Yaa!!! Sejak kapan kau di sini, huh? Kenapa tak ketuk pintu dulu sebelum masuk?!" Teriak Lisa.

Hanbin meringis. Lelaki bangir itu menutup telinganya. "Jangan teriak-teriak, tak baik bagi pita suara." Ujarnya.

Lisa berdiri. Gadis itu menunjuk ke arah pintu keluar. "Terima kasih, tapi aku akan mengompres diriku sendiri."

Hanbin menatap ke arah pintu. "Kau mengusirku?" Tanyanya.

"Iya." Jawab Lisa ketus.

Padahal, di dalam hati jantungnya berdebar tak menentu saat melihat senyum di wajah bak dewa itu.

"Hei, aku akan mengurusmu. Berbaringlah disini, biar ku kompres."

Lisa menggeleng. "Aku bisa sendiri. Kakak ku saja yang lebay."

Hanbin menepuk kasur di sampingnya. "Berbaringlah, aku akan mengurusmu."

Lisa menatap kakak iparnya. "Yaa, kenapa kau memaksaku, huh?"

Lisa berkacak pinggang. Berusaha membuang debaran aneh di dadanya.

Hanbin berdiri sehingga kini mereka saling berhadapan.

"Aku baru tahu bahwa ternyata kau keras kepala." Ujarnya.

"Bukan urusanmu." Jawab Lisa. Kali ini, gadis itu bersidekap dada.

"Kau benci padaku karena aku menikahi kakakmu, kan?"

Deg

"H-huh?"

Lisa memundurkan tubuhnya saat Hanbin melangkah lebih dekat ke arahnya.

"Aku penasaran bagaimana reaksimu jika yang ku nikahi bukanlah Rose, melainkan adiknya."

Lisa menahan nafas. Maksud Hanbin, dirinya?

Senyum Hanbin tercipta. Lubang cacat terlihat di kedua belah pipinya. "Kau menyukaiku?" Tanyanya.

Deg

"A-apa?"

Bruk

Lisa tersentak saat punggungnya menabrak dinding. Sial!

Kenapa juga kakak iparnya itu semakin mendekat ke arahnya, huh?

"Kau menyukaiku?" Ulang Hanbin.

Lisa menggeleng. "Tidak! Gila saja aku menyukai---"

"Kau menyukaiku?"

Lisa menahan nafas saat merasa hembusan nafas Hanbin mengenai wajahnya. Jarak mereka begitu dekat.

"Tid---"

Chu~

Lisa melebarkan matanya saat Hanbin mengecup bibirnya.

"Kau menyukaiku?"

Entahlah, Lisa mungkin memang sudah gila.

Karena, ia mengangguk.

"Ya, aku menyukaimu. Puas?"

Membuat Hanbin tersenyum dan kembali menepis jarak di antara mereka.

Dan entah keberanian dari mana, Lisa mengalungkan lengannya di leher Hanbin. Meresapi setiap sentuhan lidah lelaki bangir itu di dalam mulutnya.

Lisa bahkan tak menyadari kapan ia berada di dalam gendongan Hanbin dengan telapak tangan Hanbin yang menekan tengkuknya.

Lisa tak pernah merasa sepanas ini sebelumnya.

Begitu tautan mereka terlepas, Lisa dapat melihat sebuah seringai di sudut bibir lelaki bangir itu.

"Aku menyukainya." Gumam Hanbin. "Bibirmu."

***

Rose tersenyum senang saat memasuki rumah. Ia tak sabar untuk memperlihatkan perlengkapan bayi yang ia beli dengan Bibi Ahn tadi pada Hanbin.

Suaminya itu pasti akan merasa gemas dengan apa yang ia beli. Kkk

Rose menatap antusias pintu kamarnya. Kakinya melangkah riang.

Cklek

"Sayang" Panggilnya.

Rose mendapati Hanbin tengah duduk santai di atas ranjang sembari membaca sebuah majalah.

Lelaki bangir itu tersenyum kemudian menghampiri Rose yang masih mempertahankan senyumnya.

"Ada apa, hm? Kau terlihat senang sekali?" Tanyanya.

Rose mengalungkan tangannya di leher Hanbin. "Aku sudah membeli beberapa macam tadi. Kau pasti suka sekali." Ujarnya.

Hanbin tersenyum. Lelaki bangir itu mengecup ujung hidung Rose. "Aku yakin pilihanmu adalah yang terbaik." Ujarnya.

Kemudian, menepis jarak diantara mereka. Mereka berciuman beberapa saat sampai pada akhirnya Rose melenguh saat Hanbin membawanya berbaring di tempat tidur.

Rose merasa jemari Hanbin membuka satu persatu kancing kemeja yang ia pakai.

"Aku akan pelan."

Wanita itu tersenyum seraya menganggukkan kepalanya.

***

Di sisi lain, Lisa menutup tubuhnya dengan selimut diiringi sebuah isak tangis.

"Jahat-hiks---"

***

Hayoloh, siapa yang jahat, Lis?

Eh, btw komen lagi sama vote dong. Seru bacanya jadi semangat update 😁

BROTHER IN LAW - HANLIS / HANLICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang