Part 10

1.6K 184 76
                                    

"Sebut namaku"

Lisa memejamkan matanya. "H-hanbin-hhh"

Sret

Dan gerakan Hanbin terhenti. Lelaki bangir itu menegakan tubuhnya yang tadi sempat condong untuk menjamah leher Lisa.

Lisa menatap ke arah kakak iparnya bingung. Kenapa Hanbin berhenti?

"Tidurlah." Hanbin tersenyum. Kemudian melangkahkan kakinya keluar dari dapur.

Meninggalkan Lisa yang menatap kosong punggung lelaki bangir itu yang kian lama kian menghilang.

Lisa tertawa.

Apa itu tadi?

Lisa benar-benar merasa seperti seorang jalang.

***

Hanbin membuka pintu kamarnya dan mengerenyitkan dahi saat melihat Rose tengah terduduk di atas ranjang dengan pandangan kosong.

"Sayang?" Panggilnya. "Kenapa terbangun, hm?"

Hanbin duduk di samping Rose dan membelai surai isterinya lembut.

Rose menoleh. Wanita itu menatap Hanbin dengan tatapan sendu.

Hanbin mengelus pipi Rose yang bertambah chubby dari hari ke hari. Hatinya menghangat kala mengingat bahwa itu adalah perubahan wajar bagi seorang wanita yang sedang mengandung.

"Hanbin"

"Iya, sayang. Kenapa?"

Hanbin merasa Rose memeluk tubuhnya, wanita itu menelusupkan kepalanya ke dada bidangnya. Sedikit menduselkan hidungnya yang mana membuat Hanbin terkekeh geli.

"Manjanya." Goda Hanbin. Lelaki bangir itu balik memeluk tubuh Rose dan mencium puncak kepalanya dengan sayang.

"Daddy" Panggilnya.

Hanbin kembali terkekeh. Sepertinya, baby yang berada di dalam kandungan isterinya itu sedang merajuk.

"Iya, sayang."

"Ingin tidur di peluk Daddy semalaman."

Untuk ketiga kalinya, Hanbin terkekeh lagi. "Daddy akan memelukmu sampai pagi. Nah, ayo tidur."

Rose tersenyum. Wanita itu mencuri satu kecupan di bibir suaminya. "Ayo!"

***

"Lis, sarapan dulu!" Rose sedikit berteriak saat melihat adiknya yang menuruni tangga dengan terburu-buru dan langsung membuka pintu utama.

"Tak usah kak. Nanti saja di sekolah! Aku pergi dulu!" Balas Lisa balas teriak.

"Tak ingin pergi bersama dengan kakak iparmu, Lis? Tujuan kalian searah."

"Dah!"

Rose menatap pintu utama yang sudah tertutup itu, kemudian berpaling ke arah suaminya yang juga ternyata sedang menatapnya.

"Sayang, kau tahu Lisa kenapa? Seumur-umur aku tak pernah melihatnya melewatkan sarapan." Tanya Rose.

Rose melihat Hanbin yang menghela nafas.

"Lisa mungkin marah padaku."

Dahi Rose mengerenyit. "Marah kenapa?"

Dan wanita berambut coklat itu mendapati sang suami yang malah tersenyum.

"Tak usah di fikirkan. Nanti akan ku bujuk agar Lisa tak marah lagi."

Rose mengangguk. "Yasudah, lanjutkan makanmu, sayang." Wanita itu balas tersenyum.

Hanbin mengangguk. "Kau juga, sayang. Jangan biarkan baby kelaparan. Kkk"

Rose tertawa. "Siap Daddy!"

***

Lisa menghela nafas saat Jaehyun memberikan helmet padanya. Gadis berponi itu menerimanya dan dihadiahi senyuman manis lelaki berkulit putih di depannya itu.

"Aku senang kau menerima tawaranku untuk menjemputmu hari ini." Ungkap Jaehyun. Lelaki itu membantu memasangkan helmet Lisa dan kembali tersenyum saat tak mendapati penolakan.

Jaehyun jadi ingat semasa mereka masih menjadi sepasang kekasih.

"Aku belum sarapan." Ujar Lisa.

Jaehyun mengangguk. "Sebelum kita ke sekolah, kita mampir untuk sarapan dulu. Aku juga belum sarapan."

Lisa ikut mengangguk.

Jaehyun menghidupkan motor sport nya dan Lisa duduk di belakang.

"Pegangan, Lis. Aku takut kamu jatuh."

Tanpa disuruh dua kali, Lisa melingkarkan tangannya di perut Jaehyun.

Meskipun di kamusnya tak ada kata balikan dengan mantan, tapi ada kata memanfaatkan mantan yang belum move on. Hehe

Lisa dan Jaehyun pun berangkat meninggalkan pekarangan rumah Lisa.

Tanpa menyadari seorang lelaki bangir yang tengah menatap kepergian mereka dengan tatapan tajam.

"Kau ingin main-main denganku, huh?"

***

Kakak Hanbin
Nanti pulang sekolah ku jemput. Tak ada alasan untuk menolak.

***

Hmmmm,, gimana ya kelanjutannya?

Terima masukan nih. 🌚

BROTHER IN LAW - HANLIS / HANLICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang