Part 13

1.5K 190 69
                                    

Rose melepaskan pelukannya saat merasa bahu nya basah.

"Hei" Rose memegang kedua pipi Hanbin, menghapus jejak air mata suaminya dengan kedua ibu jari tangannya.

"Jangan menangis" Lirihnya.

Hanbin tersenyum. Kembali ia peluk lagi Rose dan ia elus surai istrinya itu. "Aku rasa aku tak bisa."

Rose menggeleng. "Kau bisa, sayang."

Hanbin mengeratkan pelukannya. "Aku tak bisa."

Mendengar itu, Rose kembali melepaskan pelukannya. "Dan kau ingin baby kita tak punya seorang Ibu?"

"Baby kita punya kau sebagai Ibunya."

Kemudian, Hanbin mendapatkan Rose tersenyum miris.

"Kau berkata seolah kau tak tahu tentang kondisiku." Ujarnya pelan.

Hanbin berniat untuk berucap lagi tapi Rose memotong ucapannya.

"Aku lihat tadi Lisa ke dapur."

Hanbin menatap Rose.

"Temui dia. Katakan bahwa kau menyukainya."

"Sayang"

Rose tersenyum. "Buat ia mencintaimu. Kumohon."

Hanbin menghela nafas. "Maafkan aku." Ujarnya sebelum berdiri dan berjalan menuju dapur.

Rose tersenyum. Kembali ia usap perutnya. "Baby, kau tenang saja. Kedua orang tuamu akan utuh nanti, Mommy pastikan hal itu."

***

Lisa berbalik, ditatapnya kakak iparnya yang kini sedang tersenyum manis itu.

"Kak"

Hanbin mengelus pipi Lisa. "Pastikan bahwa kau hanya mencintaiku, mengerti?"

Lisa memegang tangan Hanbin. Matanya memanas. "Sulit, kak. Kita sulit." Lirihnya.

Lisa hanya tak ingin menyakiti hati kakak nya.

Tak lagi.

"Akan ku buat mudah, Lisa. Kau hanya perlu mengikutiku." Ujar Hanbin.

Lisa menghela nafas. "Beri aku waktu, kak." Ujarnya dan berjalan pergi meninggalkan Hanbin yang ikut menghela nafas.

Lelaki bangir itu tersenyum miris.

Andai saja Rose baik-baik saja, Hanbin tak akan bersikap sebrengsek ini.

"Maafkan aku Lisa." Lirihnya. "Maafkan kakakmu juga."

***

Sungguh keajaiban bagi Lisa karena pagi ini ia dapat melihat matahari terbit.

Meski ia mendapatkan hal itu karena ia tak bisa tidur malam tadi.

Oh, jangan lupakan kantung matanya yang semakin lama semakin menghitam itu.

Memang benar, tak ada yang benar di dalam hidupnya semenjak kakaknya menikah.

Tidak!

Maksudnya semenjak kakak iparnya adalah seorang Kim Hanbin.

Benar.

Kim Hanbin adalah sumber ketidakbenaran di hidup Lisa.

"Aaaaaargh!!!!" Lisa memekik frustasi.

Semalam ia meminta waktu pada Hanbin untuk memberikan kepastian. Harus menjawab apa Lisa kalau nanti ia bertemu lelaki bangir itu di meja makan? Terlebih ada kakaknya?

Lisa mengusak rambutnya yang memang sudah berantakan itu dengan kasar.

Kenapa susah sekali untuk lepas dari bayang-bayang sosok kakak iparnya itu, huh?

Lisa tak ingin mempunyai perasaan salah seperti ini. Hanbin itu, lelaki itu hanya untuk kakaknya, hanya milik kakaknya.

Harusnya Lisa tak lancang untuk menginginkan apa yang kakaknya miliki.

"Mamaaa" Lisa merengek.

Jika waktu itu Ibu dan Ayahnya kecewa karena Rose ha---ya, itu. Maka, mungkin nanti kedua orangtuanya akan kecewa saat Lisa malah---hmm... Yah... Begitulah...

Lisa tak ingin jadi anak yang durhaka. Cukup kakaknya saja yang membuat kedua orangtuanya kecewa. Ia tak boleh, kan?

Tok tok tok

Lisa terkejut saat pintu kamarnya diketuk.

Siapa?

Jangan sampai itu kakak iparnya. Lisa belum siap memberikan jawaban.

"Lisa, kakak masuk, ya?"

Lisa menghela nafas. Syukurlah, itu kakaknya.

"Iya, kak." Jawab Lisa. Gadis itu membenarkan rambutnya yang sungguh tak pantas dilihat itu.

Kemudian, menampilkan senyum terbaiknya saat pintu terbuka.

"Yaa!!!"

Lisa menutup telinganya ketika kakaknya itu memekik.

"Ada apa dengan wajahmu, Lalisa? Kau seperti zombie! Aku tak mau tahu, kau harus ikut denganku untuk perawatan nanti sore! Tak ada kata tidak!"

Lisa meringis. "Iya, iya." Jawabnya malas.

Kakaknya itu selalu saja~

Lisa melihat Rose yang duduk di ranjangnya. Tanpa kata, wanita berambut coklat itu membenarkan helaian rambut sang adik dengan telaten.

"Lisa" Panggilnya.

Lisa menatap sang kakak. Hatinya berdegup gusar. Rasa bersalah itu kini kian menerpa.

Rose tersenyum. "Kau cantik."

Dahi Lisa mengerenyit. Apa-apaan itu?

"Kau pantas mendapatkan lelaki yang bisa membuatmu bahagia nanti."

Lisa menatap kakaknya bingung.

"Maafkan aku, Lisa. Maaf"

Dan Rose menangis.

Lisa bersumpah ia semakin tak mengerti dengan keadaan sekarang.

Ada apa? Kenapa kakaknya meminta maaf sembari menangis?

"Kak--"

Grep

"Maaf, Lis-hiks-maaf"

Lisa tanpa sadar juga ikut menangis.

Tidak.

Seharusnya ia yang meminta maaf pada sang kakak.

***

HANBINNNNNNNNN😭😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HANBINNNNNNNNN😭😭😭

Aku senang kamu baik-baik saja 💛

BROTHER IN LAW - HANLIS / HANLICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang