Part 38

1K 132 6
                                    

"Makanlah." Ujar Hanbin. Lelaki bangir itu memindahkan nampan makanan dari atas meja nakas ke atas paha Lisa yang tertutupi selimut.

"Aku---"

"Akan ku ceritakan cerita lain setelah kau menghabiskan makananmu."

Lisa menatap Hanbin dengan sorot mata tak percaya. "Dasar pemaksa!" Gerutunya.

Hanbin terkekeh.

Lisa menatap makanan yang kini berada di depannya itu. Makanan ini aman, kan? Maksudnya, Hanbin tak menaruh racun di makanannya, kan?

Lisa menoleh ke arah Hanbin yang tengah menatapnya juga.

"Tidak, sayang. Aku tak menaruh racun." Ujar Hanbin seolah tahu apa yang ada di dalam fikiran Lisa.

"Kau tahu bukan, aku mencintaimu." Lanjut lelaki bangir itu.

Lisa tidak dalam keadaan untuk merasakan pipinya memanas saat ini.

Persetan dengan semua kata cinta Hanbin. Lisa bahkan tak menyangka bahwa ternyata lelaki bangir itu sudah mencintainya sejak setahun yang lalu.

Apa mungkin Hanbin menikahi kakaknya adalah salah satu alasan untuk mendekatinya?

Lisa mendengus ketika memikirkan hal itu. Gila saja jika memang benar.

"Sayang---"

"Ya, aku akan makan." Potong Lisa. "Tapi, berjanjilah kau akan menceritakan semua hal yang tak ku ketahui selama ini."

Lisa mendapati Hanbin mengangguk.

***

Jaehyun menatap ke sekeliling.

Ruangan yang sedang ia tempati ini dipenuhi dengan dinding. Tak ada jendela satu pun.

Jaehyun meringis saat merasakan pergelangan tangannya perih. Sepertinya berdarah mengingat bagaimana ia berusaha untuk melepaskan tangannya dari borgol.

Gila! Tentu saja itu adalah hal bodoh.

Cklek

Pintu terbuka. Menampilkan sesosok lelaki berkulit Tan yang tengah berjalan ke arahnya.

"Kim Taehyung?" Seru Jaehyun tak percaya.

Sial! Apa lagi ini?

Taehyung berjongkok di samping Jaehyun. Lelaki Tan itu mengambil sebuah suntikan dari saku jaketnya.

"Yak! Apa yang kau lakukan, hah?" Jaehyun berseru dengan nada tajam. "Jangan main-main!" Desisnya.

Jaehyun merasakan sesuatu mengalir masuk ke dalam darahnya saat Taehyung menyuntikan cairan bening itu ke lengannya.

"Kau harus berterimakasih pada kakakku. Setidaknya ia tak membiarkanmu mati karena kekurangan nutrisi."

Jaehyun berdecih. Ternyata mereka kakak adik.

Lelaki berkulit putih itu mendongkak saat melihat teman seangkatannya berdiri.

Teman? Haha

"Sebenarnya, kenapa dia mengurungku di sini?" Tanya Jaehyun.

Taehyung berjalan ke arah pintu. "Karena kau mengusik miliknya." Jawabnya sebelum membuka pintu dan keluar dari tempat itu.

Tempat gelap. Tanpa ventilasi udara.

Mungkin satu-satunya celah adalah celah dari bawah pintu.

Jaehyun menggeram frustasi. Ia tak boleh terus berada di sini. Harus ada sesuatu yang ia lakukan agar bisa pergi dari tempat mengerikan ini.

BROTHER IN LAW - HANLIS / HANLICE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang