"Terkadang seseorang harus pergi terlebih dahulu agar orang lain menyadari betapa berharganya dirinya di hidup orang tersebut."
-Cowok Julid-
Prima kembali ke kelas seperti orang linglung, kejadian barusan... Perbincangannya dengan Frisli seakan tidak nyata, dia masih tidak mempercayai bahwa ini benar-benar terjadi. Prima seakan masih tidak percaya bahwa Frisli benar-benar menyukainya.
Prima tidak mengerti, kenapa bisa? Kenapa bisa Frisli menyukai orang seperti dirinya? Bagaimana bisa Frisli menyukainya tapi bersikap seolah cewek itu tidak memiliki perasaan apapun padanya?
Frisli yang tidak menunjukkannya atau memang Prima yang tidak peka? Atau mungkin bisa jadi ini karena Prima membuat asumsi sendiri dalam kepalanya bahwa sangat tidak mungkin Frisli akan menyimpan rasa untuknya. Entahlah, semua terkesan tiba-tiba dan sangat mengejutkannya hingga ia tidak bisa berpikir dengan jernih sekarang.
Prima duduk di bangkunya dengan tatapan kosong, dan itu jelas langsung menarik perhatian teman-temannya. Sejak awal bel istirahat dibunyikan, Prima langsung pergi meninggalkan kelas tanpa berkata ke mana ia akan pergi, atau siapa yang akan ia temui. Lalu tidak lama setelahnya Prima kembali dengan keadaan seperti ini, jelas tanda tanya bersarang di kepala mereka bertiga.
"Prim? Elu teh kenapa? Naha kaya orang kesambet kitu?" Bima yang pertama kali buka suara ketika yang lain hanya menatap Prima dengan tatapan bingung.
Prima menghela napas, dia memutar tubuhnya agar mereka berempat bisa saling berhadapan. "Lo semua bener," ujarnya.
"Bener? Soal apa?" tanya Sandi.
"Soal Frisli."
Geri mengernyitkan dahinya, "Soal Frisli? Yang Mana?"
"Frisli emang suka sama gue," ujar Prima yang langsung direspon dengan raut wajah terkejut dari teman-temannya.
Mereka memang berasumsi mengenai hal tersebut sebelumnya, namun mendengarnya langsung dari mulut Prima tentu sangat berbeda rasanya. Ada atmosfer yang berbeda yang mereka rasakan, bahkan Bima sampai keceplosan dan berseru heboh.
"ANJIR, DEMI APA FRISLI TEH BENERAN SUKA SAMA LU PRIM? KAN APA GUE BIL---AWWWWW!" Prima langsung menggeplak kepala Bima menggunakan buku Fisika setebal 200 halaman milik Sandi sampai Bima pun memekik kesakitan.
Mulut Bima yang ngalah ngalahin toa musholla sekolah pun memancing berberapa teman sekelas Prima yang tidak sengaja mendengarnya langsung menatap kepo ke arah meja mereka.
"Balikan lagi Prim sama Kak Frisli?" Salah seorang cewek yang duduknya tidak jauh dari mereka bertanya.
Rumor yang beredar memang Prima dan Frisli sudah putus meski mereka masih sering berduaan di sekolah, namun tidak ada orang yang tahu bahwa sebenarnya hubungan itu fake kecuali orang-orang yang memang dekat dengan Frisli dan Prima.
"Gak usah ngurusin hidup gue! Urusin aja noh ada cabe nyelip di behel lo!" ujar Prima sinis yang seketika langsung membuat si cewek tadi kicep karena malu.
"Lo semua juga ngapain masih ngeliatin gue gitu?!" seru Prima tidak suka pada sebagian orang yang masih saja memperhatikan dirinya sejak tadi. "Mau gue colok mata lo pada? Iya?!" seru Prima kembali, dan kali ini mereka semua langsung berhenti memperhatikannya. Enggan memperpanjang adu bacot dengan Prima agaknya.
"Asli pisan ini teh, lu mah emang gak berperikemanusiaan Prim!" Bima mengelus pelipisnya yang memerah akibat terkena lemparan buku tebal tersebut.
"Ya congor lo dijaga mangkanya!" ujar Prima kesal.
"Haha mampus." Geri menertawai Bima yang ekspresi nya seperti orang menahan nangis kini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cowok Julid
Teen Fiction[Follow dulu sebelum baca] Update setiap hari! Prima Angkasa, dikenal sebagai cowok yang paling julid se-antero SMA Garuda. Hobinya mengomentari apa saja yang di matanya terasa kurang pas. Kalimat nyinyirannya begitu pedas, hingga terkadang jika tid...