31. See You Later

5K 645 139
                                    

Q : Kalian saat pertama kali memutuskan untuk membaca cerita ini karena apa?

***

Lose you means nothing for me

-Cowok Julid-

"Hai babe." Reza tersenyum, dia mengelus kepala Frisli dengan senyuman di wajahnya ketika baru saja tiba di cafe tempatnya janjian dengan Frisli. Sedangkan Frisli hanya membalas senyuman itu dengan senyuman tipis.

"Udah pesen makanan?" tanya Reza lagi karena yang dilihatnya hanya terdapat satu gelas minuman dingin di atas meja.

Frisli menggelengkan kepalanya, dia tidak bernafsu untuk makan akibat mood nya yang sedang buruk hari ini. Lagipula ada hal yang jauh lebih penting dari sekedar duduk berdua bersama Reza dan menyantap makanan cepat saji yang cafe ini jual.

"Aku mau ngomongin sesuatu," ujar Frisli, nada bicaranya terdengar serius namun sepertinya Reza tidak menganggap itu serius karena yang dilakukannya justru tersenyum dan menawarkan untuk makan terlebih dahulu.

"Kita pesen makan dulu ya, aku laper banget dan aku yakin kamu juga."

"Enggak Za, aku serius mau ngomongin sesuatu. It's about us," tegas Frisli lagi, kali ini Reza sepertinya berniat mendengarkan ucapannya.

"Tentang kita? Tentang apa sayang? Kalau kamu mau minta kita nikah habis lulus SMA nanti, I'm sorry I can't. Aku ga siap sama hubungan yang seserius itu, you really know that kan?" cowok itu berujar seolah memang itu yang ingin Frisli bicarakan, padahal sebenarnya terpikir untuk menikah dengan cowok itu saja tidak.

"Bukan itu, Za."

"Terus ini tentang apa?"

Frisli menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. "Kita putus aja ya."

"Gak usah bercanda deh." Terlihat perubahan ekspresi yang diperlihatkan oleh Reza, ucapan Frisli benar-benar mengagetkannya. "Maksud kamu apa sih? Kita baru pacaran dua minggu, dan terus kamu minta putus?!" Suara Reza meninggi kini.

"I'm sorry, I'm so sorry." Sekali lagi Frisli menghela napasnya berat. "Hubungan ini salah Za."

"Apanya yang salah?! Kamu dan aku sama-sama single. Gak ada yang salah Fris!"

"Gue gak punya perasaan apapun sama lo, that's why I said this relationship was totally wrong. Dari awal gue tahu bahwa ga seharusnya gue memiliki hubungan sama orang yang gak sama sekali gue cinta, tapi gue emang bodoh banget Za. Gue minta maaf banget," ungkap Frisli, dia tahu Reza pasti akan sangat marah padanya dan bahkan mungkin tidak akan memaafkannya namun Frisli tidak punya pilihan lain selain mengakhiri kesalahan ini secepatnya.

Pada awalnya Frisli pikir dia mungkin akan tetap menjalani hubungan ini, namun Prima menyadarkannya. Ucapan Prima benar-benar menamparnya, dia benar bahwa Frisli tidak seharusnya melakukan semua ini.

Reza tersenyum menyeringai dia bertepuk tangan beberapa kali sebelum pada akhirnya tiba-tiba saja ekspresinya berubah seratus delapan puluh derajat. Cowok itu terlihat begitu menyeramkan kini.

"Lo ngomong apa barusan? Lo gak cinta sama gue?! Lo terima gue, lalu dua minggu setelahnya lo begini. Lo tau nggak, tingkah lo ini sama aja ngerendahin gue Fris! Lo pikir lo siapa hah?!" Reza menggebrak meja, suaranya kian meninggi dan jelas saja ini memancing perhatian pengunjung lain .

"Gue tau gue salah, and that's why I'm so sorry for that," ujar Frisli dia bersungguh-sungguh meminta maaf pada Reza.

Melihat bagaimana reaksi Reza sekarang, dia bersyukur memilih tempat ramai seperti ini untuk mengungkap semuanya. Karena setidaknya, jika Reza sampai lepas kendali dan melakukan sesuatu yang buruk padanya, banyak orang yang melihat dan mungkin saja akan membantu.

"Gue gak bisa jalanin hubungan penuh kepalsuan begini, lebih cepat gue mengakhiri lebih baik juga. Buat gue, maupun buat lo," tambah Frisli sekali lagi.

"Kenapa hah? Karena lo sampe sekarang masih cinta sama si Prima sialan itu? Iya?!"

Frisli meremas rok abunya bersamaan dengan matanya yang membulat kaget karena pertanyaan Reza. Dari mana cowok itu tau soal perasaannya pada Prima?

"Gak usah kaget gitu," ujarnya, "Banyak orang gue di sekolah Lo! Lo pikir gue gak curiga liat lo berantem sama dia waktu itu? Gue tau segalanya Fris. Tentang lo, juga si brengsek itu! Awalnya gue gak percaya bahwa selera lo serendah itu, muka biasa aja, berasal dari kalangan bawah, cuma anak karyawan biasa, dan tinggal di rumah yang mungkin ukurannya sama kaya ruang tamu lo. Tapi nyatanya gue salah, lo emang lebih pilih dia dibanding gue yang jelas-jelas bisa kasih segalanya buat lo!"

"Lo gak ada hak ya buat ngejelek-jelekin dia begitu!" Napas Frisli memburu, dia tidak bisa terima Reza merendahkan Prima seperti itu, apalagi cowok itu harus menyinggung keluarga Prima segala.

Reza tersenyum sinis, "Kenapa? Lo gak terima? That's a fact, you can't deny it."

"Ternyata keputusan gue bener," ujar Frisli, dia menarik seulas senyum di wajahnya. "Gue memang bener karena milih untuk selesai sama orang yang kaya lo!"

Merendahkan orang lain hanya karena status sosialnya adalah perbuatan yang amat sangat rendahan. Dan hari ini Reza sudah menunjukkan jati dirinya, seberapa rendahan dia sebenarnya. Frisli bersyukur karena baik ia maupun Disty tidak benar-benar berakhir bersama cowok itu.

"Iya, keputusan lo bener Fris. Dan satu hal yang harus lo tau, bahwa gue juga gak akan pernah ngejar-ngejar lo. Memohon agar lo cinta sama gue, I'll never do that stupid thing," ujar Reza, "Lagi pula masih banyak cewek di luar sana yang ngantri buat jadi pacar gue. Lose you, means nothing for me." Reza mengakhiri kalimat nya dengan senyuman miring kembali.

Frisli pun menarik seulas senyum di bibirnya, dia menganggukan kepala. "Well, do whatever you wanna do Mr. Reza AlRasyid."

"I will, Frisli Anabella," ujar Reza, dia masih saja menunjukkan senyum miringnya. "But one more thing you have to know, that destroy his life isn't hard for me."

"Urusan lo sama gue, gue yang salah di sini. Nggak usah bawa-bawa Prima!"

"Secara gak langsung dia ambil andil dalam hal ini," ujar Reza. Bukan perihal diputusin oleh Frisli yang Reza permasalahkan, karena seperti ucapannya tadi bahwa kehilangan Frisli tidak berarti apa-apa untuknya. Fakta bahwa Frisli lebih memilih cowok itu lah yang membuat Reza merasa seakan direndahkan.

"Lo tunggu aja apa yang bisa gue lakuin buat dia." Reza berdiri dan mendekati Frisli yang duduk tegang di tempat nya, cowok itu membungkukkan badannya dan mengecup singkat pipi Frisli. "See you later, my ex."

Frisli masih terdiam membeku di tempatnya usai Reza pergi dari sana. Dia pikir menyelesaikan hubungannya dengan Reza akan menyelesaikan satu permasalahan dalam hidupnya pula. Namun sepertinya Frisli salah, semua memang tidak semudah yang ia pikirkan di awal. Semuanya seperti benang kusut kini. Dan satu hal yang benar-benar Frisli khawatirkan saat ini.

Yaitu, Prima.

-Cowok Julid-

Spoiler kemarin sepertinya untuk chapter selanjutnya, karena bab ini ternyata aku tulis dua kali lebih panjang dari apa yang aku rencanakan di awal.

Kalo aku lanjutin nulis lagi ke scene selanjutnya, bakal kepanjangan dan makan waktu lagi. Jadi yaudah aku update ini meski cuma 1100an kata karena mungkin some of you udah ga sabar kan sama lanjutannya hehe

Dah gitu aja.

See u on next Chapter!

With love

Nana❤

Cowok JulidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang