48. Permintaan Papa Frisli

3.5K 499 50
                                    

Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, malam minggu ini Prima dan Frisli pergi ke salah satu mall di kawasan Jakarta Selatan untuk sekedar menghabiskan waktu berdua.

Mereka menonton film komedi di bioskop yang berada di lantai 5, setelahnya mereka juga sempat bermain di timezone. Memainkan beragam games yang cukup menguras energi, namun itu semua tidak terlalu mereka berdua rasakan karena malam ini mereka tidak terlalu sering berdebat seperti hari-hari biasanya. Baik Prima maupun Frisli nampaknya begitu menikmati momen kebersamaan ini.

"Prim, gue laper nih," ujar Frisli begitu mereka keluar dari area timezone.

"Sama," jawab Prima. Dia memang belum sempat makan tadi sore, jadi wajar jika dia merasa sangat lapar saat ini.

"Cari makan di luar yuk!" Frisli memberi saran, dia tiba-tiba kepingin sekali makan nasi goreng di pinggir jalan sambil menikmati suasana kota.

"Oke, kita makan di luar aja kalo gitu."

Prima dan Frisli segera bergerak untuk mencari pintu keluar yang akan menghubungkan mereka langsung dengan parkiran tempat Prima memarkirkan motornya.

Belum sempat mereka tiba di tempat yang mereka tuju, suara seseorang memanggil nama Frisli tepat ketika mereka melintasi sebuah toko baju. Suara berat pria yang mungkin baru kali ini Prima dengar.

Mereka menghentikan langkahnya dan menoleh ke sumber suara, seketika itu juga Frisli meneguk salivanya kasar. Dia terlihat gugup, dan saat itu Prima tahu bahwa mungkin akan ada masalah yang akan menghampiri mereka.

Pria bertubuh tinggi dengan kemeja biru muda yang didampingi seorang wanita dengan tentang usia beberapa tahun di bawahnya itu berjalan mendekat. Frisli yang sebelumnya menggenggam tangan Prima mendadak melepaskannya.

"Bukannya seharusnya sekarang kamu lagi sama Abi?" Pria itu lantas memandangi Prima dengan tatapan menilai, tatapan itu membuat Prima merasa tidak nyaman. "Dia udah berubah wujud sekarang?"

"mmm.... anu Pa..." Frisli bingung harus mengeluarkan alibi macam apa.

"Malam om." Prima langsung inisiatif mencium tangan Agung, ketika tahu bahwa pria itu adalah Papa Frisli. "Malam tante." Cowok dengan setelan kaos putih yang dibalut jaket hitam itu juga mencium tangan Lina--mama tiri Frisli.

"Dia yang bikin kamu gak belajar sama Abi malam ini?"

"Dia gak tau apa-apa." Frisli menggelengkan kepalanya dengan cepat karena Prima memang tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan semua ini. Dia tidak tahu apa-apa.

Sebenarnya, hari ini Frisli ada jadwal untuk belajar bersama dengan Abi seperti biasa. Namun karena dia merasa Prima jauh lebih penting dari pelajaran-pelajaran itu, Frisli pun memilih untuk pergi dengan Prima daripada harus membuat kepalanya pusing dengan latihan soal ujian Nasional.

"Kamu udah mau ujian nasional Frisli, apa kamu gak berpikir bagaimana kalau kamu tidak lulus nanti?" tanya Agung, mukanya terlihat sangat kesal terhadap putri semata wayangnya itu.

"Mas, udah. Malu dilihatin orang." Lina mengelus bahu Agung, mencoba menenangkan pria itu agar tidak marah-marah didepan umum dan mempermalukan dirinya sendiri.

Prima sendiri merasa serba salah, dia tidak tahu harus melakukan apa sekarang. Dia merasa begitu terpojok, karena kesannya dialah yang bersalah di sini meski sebetulnya dia tidak tahu apa-apa mengenai Frisli yang harus belajar dengan Abi malam ini.

Agung menghela napasnya, raut wajahnya pun perlahan berubah menjadi lebih bersahabat. "Kalian sudah makan belum?"

"Rencananya tadi baru mau keluar cari makan Pa."

Cowok JulidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang