24. Gak Jelas

5.7K 736 157
                                    

Sorry banget baru update lagi, karena aku sibuk magang guys xixi maklum mahasiswa semester tua

Btw thanks banget buat komentar nya yang banyak bgt di bab kemarin❤

Semoga suka sama bab ini❤

Selamat membaca❤❤

***

"Cewek itu aneh, mood nya suka ga bisa ditebak."

-Cowok Julid-

Prima menghela napasnya kasar, kepalanya serasa mendidih usai mengerjakan soal ulangan harian kimia tadi. Tidak ada angin, tidak ada hujan tiba-tiba gurunya mengadakan ujian dadakan. Udahlah ujiannya dadakan, eh duduknya segala diacak, Prima kan jadi tidak bisa mencontek pada Sandi.

"Kenapa sih woy, Pak Setya segala ngadain ulangan dadakan? Kesel banget gue anjing!" gerutu Prima, entah sudah berapa kali dia mengeluarkan kalimat umpatan merespon kejadian ngeselin hari ini. Cowok itu mendaratkan bokongnya di kursi kantin yang tidak ada empuk-empuknya sama sekali.

"Tau anjir! Mana matanya melotot kaya Suzana bang satenya 20 tusuk lagi!" Geri ikutan menambahkan, dia sama gondoknya dengan Prima akibat ulangan dadakan itu.

Sandi terkekeh pelan melihat reaksi teman-temannya. "Lo semua kenapa sih? Lagian dadakan apa engga emang lo semua pada belajar?" Sandi berujar sarkastik.

"Ini teh beda Sandi!" seru Bima.

"Beda gimana?"

"Ya beda, soalnya kita ga bisa nyontek ke elu!"

Tempat duduk yang diacak membuat masing-masing dari mereka duduk terpisah dari Sandi--kunci jawaban berjalan mereka selama ini. Kalau saja mereka duduk berdekatan seperti biasanya makan mereka tidak perlu repot-repot mengeluh seperti ini, karena jelas saja Sandi itu tidak pernah pelit jawaban anaknya.

"Andai aja gak dadakan, seengaknya gue masih bisa nyiapin contekan!" Prima kembali menggerutu, dia menyesap es teh yang baru dipesannya beberapa menit lalu.

"Udah lah, dijadiin pelajaran aja. Besok-besok belajar mangkanya." Sandi tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Bukan passion," ujar Bima.

"Duain." Geri menambahkan.

"Tigain." Prima ikut menambahkan.

Sandi geleng-geleng kepala lagi, emang bener-bener tiga sahabatnya itu. Dinasihati yang baik malah begitu jawabannya, kadang Sandi heran juga bagaimana orang seperti dirinya justru malah bergabung dan dekat dengan tiga manusia ini.

Semasa SMP, teman-teman nya merupakan kalangan anak-anak olimpiade atau paling tidak punya reputasi baik dibidang pendidikan. Namun setelah SMA, semua tidak lagi sama. Tidak ada yang Sandi sesali juga sebenarnya dari itu, karena setidaknya berada di tengah mereka bertiga membuatnya bahagia.

"Husssttt Prim, monitor Prim!" Bima tiba-tiba berbisik yang hanya bisa di dengar okeh mereka berempat.

Prima menautkan alisnya, "kenapa?"

"Arah jam sembilan."

Mereka berempat kompak menoleh ke arah yang Bima maksud, terlihat Frisli bersama dua temannya baru keluar dari salah satu kedai dan membawa beberapa makanan di tangan mereka.

"Anjir, itu gebetan lo kenapa cakep banget hari ini?!" celetuk Geri.

Meski bukan gebetannya, Prima tahu yang dimaksud oleh Geri adalah Frisli, namun cowok itu tidak berusaha mengkoreksi ucapan Geri. Dia justru fokus menatap Frisli yang benar kata Geri, cewek itu terlihat dua kali lipat lebih cantik dari terakhir ia melihatnya beberapa hari lalu. Rambutnya yang panjang diikat rapi, tidak seperti biasanya yang cenderung digerai, dan itu benar-benar membuat kadar kecantikan Frisli meningkat. Tidak ada seorangpun yang akan mendebat soal ini.

Cowok JulidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang