"Udah dikasih hati, malah minta jantung. Minta disleding banget manusia macam begini!" -- Prima Angkasa
-Cowok Julid-
PRIMA benar-benar diusir Frisli usai minumannya habis tadi, dia tidak habis pikir dengan Frisli. Prima pikir awalnya cewek itu hanya bercanda saja, namun dia benar-benar serius akan ucapannya.
Sempat Prima maki? Oh ya jelas tentu saja, Prima habis-habisan memaki cewek itu. Bahkan mereka sempat cekcok dan melempar umpatan satu sama lain, hampir saja mereka terlibat baku hantam namun sayang seorang satpam datang melerai karena ternyata ada salah satu penghuni apartemen yang membuat laporan akibat Frisli dan Prima membuat kegaduhan.
Dengan muka yang tertekuk kesal, Prima melepas sepatunya kala ia sudah tiba di rumah sederhana yang selama beberapa tahun belakangan ini ia tinggali. Ketika dia melangkah masuk ke dalam rumah, cowok itu dibuat terkejut oleh ketiga sahabatnya yang entah sejak kapan berada di dalam sana, duduk di atas sofa yang tidak ada kesan empuk empuknya sama sekali.
"Ngapain lo semua di sini?" tanya Prima sesaat setelah dia memandangi ketiganya.
"Emanya ga boleh gitu?" tanya Bima yang saat ini tangannya tengah menggenggam keripik singkong yang sebenarnya tersedia di atas meja.
"Bukannya gak boleh, tapi kalo kalian dateng ke sini itu sama aja kalian memperburuk ekonomi keluarga gue," ujar Prima kesal, dia menjatuhkan bokongnya di sofa berwarna hijau yang sudah benar-benar tua.
Melihat berbagai cemilan yang berjejer di meja, Prima menghela napas kasar. Tidak seharusnya ibunya repot-repot seperti ini, karena menurut Prima uang itu lebih baik dipergunakan untuk kebutuhan yang lain dibanding untuk menjamu 3 manusia yang duduk berjejer di hadapannya ini.
"Lo pacaran sama Frisli?" Sandi yang tengah duduk bersender dengan tangan yang terlipat di dada bertanya.
"Kenapa? Lo cemburu?" Bukannya memberi jawaban, Prima justru bertanya balik dengan nada nyolot, dagunya terangkat ke atas.
"Man, lo tau sendiri lah Frisli itu anaknya kaya apa. Lo pacaran sama dia sama aja kaya mempersilahkan dia untuk nyakitin hati lo," ujar Sandi menasihati.
Siapapun tahu Frisli seperti apa orangnya, cewek itu suka bermain-main dengan perasaan. Hanya karena dia cantik, dia suka seenaknya sendiri dalam memainkan perasaan orang lain. Prima adalah sahabat Sandi, tentu dia tidak akan setuju begitu saja dengan hubungan mereka.
"Gue setuju sama lo San, tapi orang bisa aja berubah kan?" Geri mengutarakan pendapatnya dalam prespektif yang berbeda. "Lagian nih Prim, itu gimana ceritanya lo yang awalnya selek mulu sama itu anak tiba-tiba jadian?"
"Si Prima pake acara ngerangkul Frisli depan mantannya lagi. Buset parah, jiwa jiwa fakboi seorang Bima Heriawan teh kayanya udah diwariskan ke elu ya," tambah Bima heboh.
Prima menghela napasnya sekali lagi, kakinya yang awalnya berada di bawah dia naikkan sebelah ke atas sofa. "Gue gak pacaran sama itu anak, ngapain juga. Jijik!"
"Terus?" Sandi bertanya dengan alis yang bertautan bingung.
"Friends with benefit sih kayanya," celetuk Bima asal yang langsung dihadiahi pelototan tajam dari Prima.
"Mulut lo njing, ga bisa dikondisikan banget sih! Nanti ibu gue denger, bakal auto dicoret dari KK gue!" seru Prima kesal, dan Bima hanya bisa nyengir kuda sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya.
"Ya terus gimana ceritanya? Perasan lo tuh deketnya sama adek kelas, siapa tuh namanya---" Sandi memotong ucapannya karena dia sedang mencoba mengingat ngingat junior mereka yang tengah dekat dengan Prima.
"--Renata," ujar Geri.
"Nah iya Renata, deket sama dia jadian sama Frisli tuh maksud lo gimana?"
Prima memejamkan matanya mencoba menahan emosi akibat otak Sandi yang benar-benar tidak bisa diajak kompromi. "Gue gak pacaran sama Frisli anjing! Kurang jelas apa lagi sih tot, hah?!"
"Prima!" Seorang wanita dengan baju daster bermotif batik yang baru saja kembali dari dapur dengan sebuah nampan minuman di tangannya menginterupsi. Wanita itu meletakkan nampan di meja, lalu tangannya yang sudah kosong kini menjewer telinga Prima--putra sulung nya.
"Buuu, sakit yaampun, lepasin bu!!!" Prima merengek minta dilepaskan, sedangkan ketiga temannya menatap Prima yang sedang dijewer dengan raut menahan tawa.
"Kamu ini loh, udah ibu bilangin berapa kali, mbok ya dijaga itu lisan kamu. Jangan suka misuh misuh begitu, ibu ndak suka Prima!" Wanita yang merupakan ibu Prima itu mengomel dengan logat jawa yang sangat kentara.
"Marahin aja Bu, marahin! Emang si Prima teh mulutnya begitu, ga bisa dijaga kalo ngomong!" Bima ikut ikutan mengompori, dalam hati dia senang bukan main karena bisa melihat kejadian langka seperti ini.
"Iya bu, iya! Maafin Prima. Udah ih, lepasin. Malu itu diliatin temen-temen Prima."
Wanita yang bernama Lastri itu melepaskan jewerannya, dia meninggalkan bekas kemerahan pada telinga Prima. "Pokoknya, kalo sekali lagi ibu ngedenger kamu ngomong kotor kaya tadi. Ibu iket kamu di pohon mangga depan itu! Ngerti kamu?!"
"Iya ngerti," jawab Prima sambil memegangi telinganya yang memerah.
"Yaudah, monggo cah bagus. Diminum. Ibu tinggal kebelakang dulu, kalo Prima ngomong kasar lagi panggil Ibu aja nggih," ujar Lastri, wanita itu memberikan senyumannya. Sangat kontras dengan raut yang ia berikan pada Prima tadi.
Sepeninggal Lastri, wajah Prima benar-benar bertambah kusut. Lengkap sudah penderitaannya hari ini, sudahlah tadi diusir dari apartemen Frisli, eh sekarang dia justru di permalukan di depan sahabatnya oleh ibunya sendiri.
"Yaudah lanjut, kalo lo bukan pacarnya Frisli terus kenapa lo anterin dia pulang tadi? Pake segala ngerangkul lagi, kenapa coba?"
"Pura-pura aja itu mah, Gue cuma bantuin itu boneka setan doang biar ga digangguin mantannya lagi," jawab Prima apa adanya.
"Yakin elu sama Frisli teh cuma pura-pura doang?" Bima menaikkan kedua alisnya secara bersamaan.
"Eh anjing, gak--"
"--Bu Lastri."
"Eh San, sejak kapan sih lu ngeselin begini?"
Sandi yang biasanya jarang senyum apalagi ketawa kini mendadak tertawa keras karena berhasil membuat Prima ketakutan. "Iya iya maaf, lanjut. Gimana?"
Prima menghela napas kasar, entah yang ke berapa kalinya dalam beberapa saat terakhir ini. "Jadi gini ya teman-teman laknat yang sangat gue sayangi, intinya gue gak pacaran sama Frisli. Apa yang kalian lihat cuma pura-pura aja. Gue nggak, nggak kepikiran, dan nggak akan pernah pacaran sama itu boneka setan. Sampai sini paham kawan-kawan ku sekalian?"
"Tapi kalo lo sampe jadian beneran sama Frisli, lo bakal kasih kita apa?"
"Bangun woy! Gak usah kebanyakan mimpi! Ya gak mungkin lah gue bakal suka sama dia," ujar Prima tidak terima.
"Ya kan andai Prim, gak ada yang mustahil di dunia ini," ujar Geri.
"Gue traktir lo semua pop ice di kantin!"
"Murah banget, yang lebih mahalan dikit kek."
"Udah dikasih hati minta jantung, gue sleding juga lo!"
-Cowok Julid-
next bab? yay or nay?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cowok Julid
Ficção Adolescente[Follow dulu sebelum baca] Update setiap hari! Prima Angkasa, dikenal sebagai cowok yang paling julid se-antero SMA Garuda. Hobinya mengomentari apa saja yang di matanya terasa kurang pas. Kalimat nyinyirannya begitu pedas, hingga terkadang jika tid...