33. Kemungkinan

5.3K 668 170
                                    

Hanya karena kamu menganggap nya tidak masuk akal, bukan berarti hal tersebut mustahil. Kemungkinan itu selalu ada-- Sandi Pratama

-Cowok Julid-

Sebuah mobil terparkir di depan gedung berlantai 5 yang bernusansa horor jika dilihat dari sudut pandang manapun, bangunannya yang sudah di penuhi coretan sana dan sini, ditambah rumput ilalang yang seakan sudah bertahun-tahun tidak dipotong menambah kesan horor pada bangunan yang dulunya merupakan hotel tersebut.

Dari dalam mobil keluar tiga orang cowok dengan pakaian casual mereka masing-masing. Iya, mereka bertiga adalah Geri, Bima, dan juga Sandi. Mereka datang ke sini karena Prima mengatakan bahwa cowok itu baru saja di keroyok tadi.

Mereka mengedarkan pandangan ke sekitar, suasananya sepi hanya suara angin berhembus yang dapat mereka dengar. Bingung juga harus mencari Prima di mana.

"Ini teh beneran tempatnya gitu?" Bima bertanya sambil terus memandang ke sekitar.

"Kalo menurut Google maps sih bener," ujar Sandi sambil menatap layar ponselnya untuk memastikan bahwa mereka datang ke lokasi yang tepat.

"Eh, itu bukannya motor Prima?" ujar Geri sambil menunjuk ke arah sebuah motor yang tergeletak di tanah.

Geri setengah berlari menghampiri motor itu, Bima dan Sandi pun mengekor di belakangnya. Motor bebek itu ringsek, seperti ada yang sengaja merusaknya karena jika hanya jatuh tertiup angin seperti biasa tidak mungkin bentukannya seperti ini.

"Anjir, motornya ancur gini." Melihat motor Prima, Geri jadi mengkhawatirkan tentang kondisi Prima sekarang.

"Aduh gusti aing teh nyesel pisan ngebercandain Prima tadi." Bima jadi merasa bersalah karena saat di chat tadi malah ngebercandain Prima karena dia pikir Prima tidak serius dengan ucapannya soal dia yang dikeroyok oleh pacarnya Frisli.

"Kalo Prima mati kumaha coba?" tambah Bima lagi, mukanya terlihat pucat pasi karena dia memang benar-benar khawatir dengan sahabatnya itu.

Sandi mengamati sekitar, dia mencoba mencari kemungkinan kemana Prima pergi setelah memarkirkan motornya di sini.

"Eh, itu ada jalan ke basement. Coba cari Prima ke sana."

Geri dan Bima mengangguk, lalu mereka bertiga bersama-sama menuju ke basement. Sandi berada di tengah, antar Geri dan Bima, dia menyalakan senter di HP nya sebagai penerangan.

Tidak butuh waktu lama sampai lampu senter menyorot ke arah Prima yang tergeletak di tanah. Mereka bertiga berlari panik mendekati Prima yang ternyata benar-benar babak belur.

"Prima, lo masih hidup kan?" Geri menepuk-nepuk lengan Prima untuk memastikan sahabatnya itu masih hidup.

"Hmmmmm." respon Prima, suaranya lemah sekali.

Bima sontak menengadahkan tangannya dan menatap ke langit-langit "Alhamdulillah gusti, Prima teh ngga jadi berhadapan sama malaikat Munkar Nakir yang bakal nanya man rabbuka." begitu menyelesaikan kalimatnya, Bima langsung mengusap wajahnya sambil berujar amin.

Prima hanya melirik Bima sekilas, kondisi Prima terlalu lemah untuk menggeplak kepala cowok itu. Tapi tenang saja, begitu dia sembuh nanti Prima pasti akan menggeplak kepala Bima.

"Udah ayo bawa Prima ke rumah sakit," ujar Sandi.

Mereka bertiga pun membawa Prima ke rumah sakit terdekat menggunakan mobil milik Geri yang tadi mereka tumpangi. Sedangkan motor Prima? Mereka tinggal begitu saja di sana, tidak ada seorangpun yang mengingat motor yang telah ringsek tersebut.

Cowok JulidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang