43. Prima Bajingan!

4.6K 584 123
                                    

Sudah hampir dua minggu berlalu sejak insiden memalukan di kantin waktu itu, Prima masih saja ngambek dengan Geri dan Bima. Bahkan cowok itu memilih duduk dengan Sandi karena dia males banget kalau harus duduk sebangku dengan Geri.

Sikap Prima yang terus saja seperti ini meski sudah dua minggu terlewati membuat Bima jadi tidak enak hati. Prima dalam kondisi mood stabil saja judesnya gak ketulungan, apalagi dalam mode ngambek seperti ini. Bayangkan saja sendiri bagaimana respon Prima ketika diajak ngobrol oleh Bima dan Geri.

"Prim, lu teh masih ngambek?" tanya Bima sambil memperhatikan Prima yang asyik dengan ponselnya.

Prima hanya melirik Bima sekilas kemudian lanjut main ponsel lagi, dia mengabaikan cowok itu.

udah tau pake nanya, cibir Prima dalam hati, mulutnya mencebik.

"Yaelah Prim gitu doang," ujar Geri.

Kali ini Prima mendongakkan kepalanya, dia meletakkan ponselnya di meja dan menatap Geri tidak percaya. "Gitu doang lo bilang? Heh lo tuh bikin gue malu di depan semua orang tau gak!"

Prima masih saja kesal karena akibat ulah konyol kedua sahabatnya dia jadi malu, bahkan banyak murid-murid yang menjadikannya bahan perbincangan. Selama dua minggu ini sudah hampir 15 anak tertangkap basah membicarakan dirinya, ketika Prima tegur mereka jelas saja berhenti, namun setelah itu mereka kembali menggunjingkan Prima, dan dia benar-benar membencinya.

"Ya tapi kan maksud gue baik Prim." Geri mencoba mencari pembelaan atas kelakuannya waktu itu.

"Baik apanya woy?! Lo bikin gue dighibahin satu sekolahan anjir!" Prima tambah kesal, sudah jelas mereka berdua salah kenapa ngeles terus sih?

"Tujuan kita kan kepengen lu sama teh Frisli jadian Prim," ujar Bima dan Geri mengangguk menyetujui.

"Ya gak gitu lah caranya!"

"Terus harus gimana lagi?" Sandi yang sedari tadi diam bersuara. "Lagian nih ya, udah satu semester lo deket sama dia. Masih ragu juga lo punya perasaan apa enggak sama Frisli?"

Prima terdiam, bukan itu masalahnya. Kalau menyoal ragu atau tidak, sebenarnya dia sudah tidak ragu lagi mengakui bahwa dia juga ada rasa untuk Frisli. Namun yang menjadi permasalahan di sini Prima tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya.

Mungkin kalau dengan cewek lain dia bisa memaksa dirinya sendiri untuk menjadi sosok romantis dalam waktu sejenak, tapi kali ini beda. Dia tidak mungkin berubah menjadi sok romantis di depan Frisli karena jatuhnya pasti aneh sekali, terlebih dirinya dan Frisli juga terlalu sering terlibat adu mulut untuk hal sepele sekalipun. Itulah kenapa Prima sampai sekarang masih belum mengutarakan perasaan nya pada Frisli.

"Gue bingung," ujar Prima setelah beberapa saat, dia menghela napasnya berat.

"Bingung gimana?" Geri bertanya.

"Ya bingung gimana caranya gue bilang kalo gue suka sama Frisli."

"Lu bingung, tapi giliran dibantuin malah ngambek. Lieur aing teh!" Bima geleng-geleng kepala tak paham dengan jalan pikiran Prima.

"Cara bantuin lo salah," ujar Prima, lagian aneh-aneh saja menyatakan cinta kok di tempat umum dan disaksikan orang banyak.

Bagi Prima hubungan itu sebuah privasi yang tak seharusnya orang lain tahu banyak, hanya dia dan pasangannya kelak yang boleh tahu. Kalau semua orang tahu, lantas apa spesialnya hubungan itu?

Sandi menghela napas panjang, "Jadi lo maunya dibantuin gimana?"

"Itu juga gue bingung." Jawaban Prima membuat teman-temannya menepuk jidat.

Cowok JulidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang