45. No Comment

4.6K 584 84
                                    

AKHIR pekan di minggu pertama bulan Februari akhirnya tiba juga, seperti yang direncanakan, malam ini Frisli akan pergi ke dies natalis sekolah bersama Prima. Frisli terus saja menatap wajahnya di cermin, sebisa mungkin dia merias wajahnya agar kelihatan tambah cantik lagi. Malam ini Frisli memilih untuk menggunakan jeans highwaist yang dipadukan dengan tengtop putih kemudian dibalut dengan cardigan oversized berwarna hitam senada dengan celananya. Untuk rambut, dia sengaja membiarkannya terurai panjang.

Prima sempat menawarkan untuk menjemputnya tadi, namun karena rumah mereka dan sekolah tidak sejalur jadi Frisli meminta Prima untuk tidak menjemputnya dan langsung saja bertemu di sekolah nanti.

Usai menyempurnakan penampilannya, Frisli turun ke lantai satu dan di sana dia langsung disabut oleh Papa dan Mama tirinya yang tengah duduk di ruang keluarga sambil menonton serial televisi.

"Mau ke mana kamu?" Agung, Papa Frisli bertanya ketika melihat Frisli turun dari kamarnya dengan pakaian yang sangat rapi.

"Mau ke acara sekolah."

"Malem-malem gini?"

Frisli menganggukan kepala, "Sebenernya acaranya dari pagi, cuma puncaknya baru malem."

"Duduk dulu, Papa mau bicara."

Frisli menghela napas, dia sepertinya tahu apa yang hendak dibicarakan oleh Papanya. Dia pun menurut dan duduk di sofa.

"Ini udah lebih dari sebulan, dan kamu masih belum kasih tahu papa kamu mau ambil jurusan apa."

Kan benar, Frisli sudah menebak bahwa papanya pasti akan menagih janjinya akan keputusan jurusan apa yang akan dia ambil setelah lulus SMA nanti.

"Frisli mau ambil bisnis atau manajemen aja." Selama sebulan berpikir, usulan Disty soal masuk jurusan bisnis atau manajemen lah yang paling dipertimbangkannya. Namun untuk berkuliah di luar negri seperti yang Papanya minta.... Entahlah Frisli tidak memiliki keinginan itu.

"Bagus itu." Agung tersenyum mendengar pilihan putrinya.

"Iya, dulu mama juga kuliah manajemen. Di UK banyak sekali kampus dengan jurusan manajemen yang bagus." Lina, mama tiri Frisli ikut tersenyum.

"Tapi Frisli gak mau kuliah di luar negri."

Raut wajah Agung langsung berubah, senyumannya perlahan luntur. "Kenapa?"

"Ya nggak mau aja."

"Ini gara-gara cowok yang waktu itu malem-malem jemput kamu?" tanyanya.

Frisli kaget, cowok yang dimaksud pastilah Prima karena tidak ada cowok lain yang menjemputnya akhir-akhir ini. Bagaimana bisa Papanya tahu bahwa Prima sempat datang ke sini malam itu?

"Kenapa diem? Bener kan?"

"Papa gak usah bawa-bawa Prima deh, dia gak ada hubungannya sama keputusan Frisli!" Frisli merespon tidak suka.

"Jadi namanya Prima? Dia pacar kamu, lalu gara-gara dia kamu gak mau ngikutin kemauan papa untuk kuliah di luar negri? Gitu?"

"Pertama, Prima bukan pacar Frisli. Ke dua, Prima bener-bener gak ada hubungannya sama semua ini Pa! Frisli emang gak mau aja kuliah di luar negri."

"Oke kalau memang bukan karena dia," ujar Agung, "Papa hanya ingin yang terbaik buat kamu Frisli, memang kamu pikir untuk apa juga Papa mengirim kakakmu dan juga kamu nantinya ke luar negri? Papa cuma ingin kalian mendapatkan pendidikan yang terbaik."

"Ya tapi Frisli gak mau Pa! Kenapa papa maksa sih?" Suara Frisli meninggi.

"Frisli, bicara yang sopan dikit sama papa kamu." Lina memperingatkan Frisli untuk tidak berbicara dengan nada seperti itu pada papanya.

Cowok JulidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang