21. Bukan Siapa-siapa

5.5K 683 178
                                    

Lancar puasanya???

Vote dulu sebelum baca ya..


Happy Reading!!

****

"I know it's hurt, but you can't force someone to love you." -- Frisli Anabella

-Cowok Julid-

KOTA Jakarta benar-benar terlihat indah dilihat dari ketinggian seperti ini, lampu dari gedung-gedung pencakar langit ditambah cahaya dari kendaraan yang berlalu lalang di jalanan yang lengang benar-benar menakjubkan. Prima sampai berdecak kagum melihatnya.

"Kenapa di sini sih? Di dalem aja kek," ujar Frisli, cowok itu langsung menyelonong ke balkonnya tadi padahal Frisli tidak memberi komando bahwa dia mau berbicara di tempat itu.

"Di sini aja, udaranya enak," jawab Prima, cowok itu tak sama sekali menoleh ke arah Frisli.

"Dingin Prima!"

Kali ini Prima menoleh, dia memutar bola matanya malas. "Fris? Punya jaket kan? Ya ambil sono, terus pake. Lo maunya apa? Gue peluk biar gak kedinginan? Gitu?"

Frisli berdecak kesal, dia pun langsung putar badan dan mengambil jaket di lemarinya. Tak butuh waktu lama, Frisli sudah mengenakan jaket berwarna hitam yang entah kapan dibelinya.

"Duduk sini, gue males berdiri!" ujar Frisli, dia mengajak Prima duduk di kursi yang berada di balkon apartemen nya tersebut.

Prima duduk di sebelah Frisli, dia menghela napas berat. Persoalannya dengan Geri begitu membebaninya. Tidak peduli apa yang telah terjadi di antara mereka berdua, Geri tetap saja memiliki peran penting di kehidupan Prima. Bertengkar dengan cowok itu saat ini sangat terasa menyiksa.

"Lo mau curhat apa? Soal Renata?"

Prima terkekeh pelan mendengar pertanyaan Frisli. "Ketebak banget ya?" tanya Prima yang tidak direspon oleh Frisli, "Sebenernya ini lebih penting sih dari Renata."

"Apa? Dan kenapa lo milih curhat sama gue? Seinget gue terakhir kali kita ketemu lo bilang males ngomong sama gue," ujar Frisli ketus, jika diingat-ingat momen itu mengesalkan juga.

Hari di mana tidak ada seorang pun yang mempercayainya, mulai dari guru BK, Abi, bahkan Prima. Tidak ada satupun yang mau mendengarkannya.

Prima terdiam membisu mendengar pertanyaan Frisli, dia tidak bisa menjawab karena sejujurnya dia juga bingung kenapa dia harus memilih Frisli sebagai teman curhat?

Kalau dipikir pikir mereka bukanlah teman baik yang layak berbagi kisah satu sama lain, mereka juga tidak sedekat itu. Bahkan hubungan mereka selalu diwarnai perdebatan perdebatan  yang mungkin sama sekali tidak penting. Lantas kenapa Prima justru melangkahkan kakinya ke Frisli?

Frisli berbicara lagi karena Prima tidak merespon pertanyaan sebelumnya. "Gue tanya gak buat liat lo bengong doang Prima."

"Harus banget ada alasannya?" Prima menoleh ke arah Frisli, dia menatap wajah cewek yang juga tengah menatapnya. "Kalo lo gak mau dengerin curhatan gue, yaudah gue pulang aja."

Prima hendak berdiri dan pergi, namun Frisli dengan selatan memegang tangannya untuk menahannya pergi.

"Prima ih! Lo ngambek? Kaya anak kecil aja lo!"

"Faktanya gue emang lebih muda dari lo."

"Bodo amat! Udah duduk lagi, kalo mau cerita ya cerita aja gak usah kebanyakan drama kenapa sih!"

Cowok JulidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang