46. Hari Bersamanya

4K 608 141
                                    

"Dia antimainstream, aku suka."

-Cowok Julid-

Lapangan tengah SMA Garuda kini terlihat berbeda dari biasanya, terdapat panggung megah yang berdiri di ujung lapangan, sedangkan di sisi kanan dan kirinya dihias dengan lampu-lampu yang menambah indah suasana. Ratusan orang berkumpul di lapangan tersebut untuk menyaksikan malam puncak dari perayaan ulang tahun SMA Garuda. Dari ratusan orang tersebut, sebagian merupakan murid SMA Garuda sedangkan sisanya merupakan murid dari sekolah lain karena acara ini terbuka untuk umum.

Acara dimulai tentu saja dengan sambutan kepala sekolah, lalu pembagian hadiah untuk juara dari beberapa lomba yang diadakan selama sepekan terakhir. Para pengisi acara pun silih berganti menampilkan kebolehannya, ada yang bernyanyi, menari, sampai drama teatrikal tersaji di atas panggung selama dua jam terakhir ini.

Pengisi acara utama yang merupakan salah satu band legendaris Indonesia, Sheila on 7 ternyata kebagian tampil di penghujung acara. Saat satu persatu member band tersebut naik ke atas panggung, suasana langsung riuh. Banyak gadis berteriak histeris memuja-muja vokalis Sheila on 7 yang bernama Duta karena di usianya yang sudah tak lagi muda pria tersebut masih kelihatan keren dan tampan.

"Ternyata aslinya ganteng banget anjir!" Frisli juga sama dengan mayoritas kaum hawa di sini, dia mengagumi ketampanan dari vokalis band yang sangat terkenal di awal 2000-an dulu.

Prima yang berdiri di sebelah Frisli melirik sinis cewek itu kemudian berujar, "Udah punya anak istri woy! sadar diri!"

"Yee, bodo amat! Iri bilang bos!" Frisli membalas Prima dengan sinis juga.

"Idih, gak jelas lo!"

"Udah diem deh, itu udah mau nyanyi tau!"

Prima mendengus kasar, dia pada akhirnya memilih diam karena enggan berdebat lebih lanjut dengan Frisli. Suasana semakin riuh ketika Duta menyapa para penonton yang memadati lapangan, dan ketika lagu-lagu legend milik Sheila on 7 seperti 'Dan' mulai dinyanyikan semua orang larut dan menyanyi bersama.

Ralat, mungkin bukan semua orang karena Prima ternyata tidak ikut bernyanyi. Bukan karena dia tidak hapal, namun penyebabnya adalah saat ini dia begitu gugup. Jantungnya berdebar keras, dia berulang kali mengecek ponselnya untuk untuk melihat kode yang kata Bima nanti akan dikirimkan melalui pesan singkat, dan sudah sampai lagu ke tiga kode tersebut belum juga dikirimkan. Prima jadi curiga Bima melupakannya jadi cowok yang mengenakan kemeja flanel bewarna navy itu memilih untuk menelepon sahabatnya karena sejauh mata memandang dia tidak dapat menemukannya.

Dua kali mencoba menelepon, Bima tidak juga menjawab panggilannya. Prima yakin cowok itu membuat ponselnya berada di mode silent, atau mungkin tidak kedengaran karena bisingnya suasana saat ini.

Frisli yang menyadari sedari tadi Prima tidak menikmati sama sekali pertunjukan malam ini dan justru kelihatan gelisah pun akhirnya bertanya dengan suara keras agar dapat didengar.

"Prim?! Lo kenapa? Nelpon siapa?"

Prima memasukan kembali ponselnya ke dalam saku celana, dia menggelengkan kepala. "Ga apa-apa."

"Ga apa-apa gimana? Orang gue liat dari tadi lo kaya orang bingung gitu," ujar Frisli jujur, "Cerita lah, kenapa sih?"

"Gak usah kepo!" sahut Prima galak.

Frisli mendelik kesal menatap cowok yang tingginya tidak berbeda jauh dengannya itu. "Biasa aja kali gak usah ngegas gitu!"

"Ini gue udah biasa anjir! Lo lupa, gue emang setelannya begini?!"

Cowok JulidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang