Get to Know

471 51 0
                                    

"Hasil diagnosa berdasarkan MRI dan CT scan, pasien Yuna mengidap aneurisma otak yang memiliki potensi besar untuk pecah. Karena letak dan ukurannya yang sangat kecil jadi akan dilakukan prosedur operasi apabila dapat persetujuan setelah sidang."

Laporan terakhir malam itu, disambut anggukan oleh Hana.

"Hubungi bagian neurology untuk jadwal operasi Yuna. Oh ya, Hyunjin, tolong mintakan persetujuan wali pasien Youngjin untuk jadwal operasi lusa siang. Karena malamnya saya harus jenguk ayah saya." Ujar Hana.

"Oke dok."

"Oke. Rapat selesai. Siapa mau minum kopi bareng? Saya traktir deh."

Begitu denger kata traktir, semua anggota rapat langsung ceria setelah seharian capek melayani pasien tanpa henti.

Hana yang paling semangat di antara yang lain, menggiring empat orang dokter asistennya menuju kedai kopi dua puluh empat jam di rumah sakit mereka.

***

"Kadang gue tuh heran, yang punya ruangan tuh gue apa kalian?"

Hana berdiri di ambang pintu, ga habis pikir. Dua temannya itu sudah mapan di posisi masing-masing dan keliatan nyaman banget santai-santai di ruangannya.

"Kasur lo empuk sih, Han. Jadi pengen tidur sini." Celetuk Seungyoun yang berbaring di kasur minimalis di sisi ruangan.

"Bawa pulang aja, Yon. Daripada lo ribet mampir kesini. Gue jadi ga akan kaget lagi kalo tiba-tiba liat lo goleran di situ."

"Kalo gue bawa pulang, rasanya beda. Enakan rebahan disini dari pada di rumah."

Yeu, bilang aja males pulang. Padahal konglomerat tapi sukanya numpang tidur. Kalo ga di ruangan Hana, ya di rumah Seungwoo.

Hana melewati Seungyoun yang asik rebahan. Sementara Seungwoo sibuk sama hapenya.

"Nih yang satu, anda numpang wifi di ruangan saya?" Tanya Hana ke Seungwoo.

"Haha, engga lah. Orang biasa nongkrong disini juga. Eh bagusan mana? Biru apa merah? Gue mau beliin kado buat Eunsang."

Hana langsung rebut hape Seungwoo dan ngecek pilihan sepeda pancal antara warna merah atau biru. Jarinya sibuk geser-geser layar.

"Ih, lucu yang biru, Woo. Eunsang suka warna biru kan? Kasih aja deh yang biru." Ujar Hana masih sambil ngeliatin hape.

"Kalo cowok mah dikasih item aja, bang. Biar keliatan macho." Balas Seungyoun.

Hana melempari Seungyoun dengan bantal.

"Anak kecil mana tau macho. Yang penting tuh lucu. Lo tuh ga berperikebocilan."

"Emang lo tuh yang bocil. Inget ya, lo dua tahun lebih muda dari pada gue dan empat tahun lebih muda dari bang Seungwoo. Tapi beraninya lo ga panggil kita berdua pake mas. Kurang ajar emang."

Seungwoo terkekeh denger omelan Seungyoun.

Faktanya emang bener begitu. Saking pintarnya Hana, cewek itu selalu ikut akselerasi dari SD, SMP, SMA. Makanya dia jadi yang termuda di antara mereka bertiga.

Ga masalah buat Seungwoo dia ga dipanggil mas atau bang sama Hana. Toh juga dari jaman kuliah udah kebiasaan panggil nama doang. Lebih nyaman.

Yang masalah nih Seungyoun. Dia ga mau kalah dari Hana.

"Emang lo mau dipanggil mas sama gue?"

Seungyoun yang tadinya rebahan sekarang berubah jadi duduk tegak. Ini bahasan serius jadi harus didengarkan dengan baik.

"Coba panggil, mas Seungyoun~ mas Seungwoo~"

Bbuukk

Seungyoun dapat satu lagi lemparan bantal. Bibirnya yang manyun pas banget kena timpuk sama Hana.

Cewek itu terlalu geli liat Seungyoun yang monyong-monyong gitu. Mana sambil merem lagi ngomongnya.

"Kalo Eunsang liat lo, udah teriak tuh bocah."

"Udah ah. Berantem mulu perasaan. Gue beli yang biru. Soalnya tinggal dua doang warnanya. Sori le."

Hana tersenyum penuh kemenangan ke arah Seungyoun. Paling suka dia tuh kalo dibelain sama Seungwoo. Uuu~ guardian.

"Udah jam segini. Lo balik sendiri apa gimana?" Tanya Seungwoo ke Hana.

"Gue bawa mobil. Sekalian besok mau pulang bentar nengok papah."

Mulut Seungwoo sama Seungyoun kompak membulat.

Mereka juga terus mengikuti perkembangan kondisi ayah Hana. Mau gimanapun, ayah Hana yang paling banyak berjasa selama masa-masa sulit tiga sekawan itu.

"Salam buat om tante, Han. Ntar kalo gue udah kelar rapat direksi, gue jenguk." Ujar Seungyoun dibalas anggukan sama Hana.

"Sori belum bisa nemenin. Gue ada jadwal konferensi di luar kota seharian."

Hana mengangguk lagi. Tangannya menepuk punggung Seungwoo menandakan kalo dia gapapa dam mengerti kesibukan masing-masing mereka.

Toh mau cepat atau lambat, Hana harus segera mempersiapkan mentalnya. Keberadaan dua temannya itu sudah memberi banyak kekuatan untuknya.

"Bang, numpang tidur lagi ya. Semalem doang."

"Oke. Sekalian bantuin Eunsang ngerjain PR kerajinan. Ga ngerti gue, anak SD tugasnya susah banget."

Seungwoo geleng-geleng kalo inget tadi pagi Eunsang cerewet minta dibikinin lampion kertas buat penilaian tugas kerajinan. Orang dulu pas dia SD aja tugasnya dibikinin sama kakaknya, mbak Sunhwa.

Permintaan Seungwoo dibalas sinyal oke dari Seungyoun. Dirasa semakin larut, ketiganya meninggalkan gedung rumah sakit yang tak ada istirahatnya. Kembali ke hunian masing-masing.







... to be continued

 to be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Unbelievable | HSW, CSY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang