34. The Personality

151 31 0
                                    

"Lo mau bikin acara khusus buat Hana?" Tanya Seungyoun yang diikuti anggukan oleh orang di depannya.

Sekali lagi Seungyoun memeriksa proposal yang dibawa orang itu dengan cermat.

"Setelah kasus malpraktik yang ga terbukti itu, respon masyarakat langsung meledak bro. Padahal gue cuma taruh beritanya di berita baris yang kecil itu lho, yang lewat di layar bagian bawah." Jelas pria itu menggebu-gebu.

Seungyoun meniliknya sekali lagi. Pandangannya yang tajam menganalisa lawan bicaranya. Apa bener image Hana kaya gitu?

"Begitu Hana punya acara sendiri, terus orang-orang tahu, oh ternyata ada dokter sepinter ini, dan-boom."

Tangannya ga tahan untuk membuat gesture kembang api dan efek suaranya. Biar lebih dramatis.

"Lo, Hana, dan rumah sakit lo bakal naik pamor." Lanjutnya.

Orang itu tampak puas memberi presentasi gambaran acara yang akan dia produksi. Ide seperti ini akan memberinya keuntungan untuk orang yang berkecimpung dalam dunia broadcasting sepertinya.

Kebetulan dia dapat tawaran promosi jabatan kalo bisa bikin acara yang punya rating tinggi. Timing-nya pas banget sama kasus Hana. Instingnya bilang, kalo ini kesempatan yang apik.

Tapi Seungyoun masih ragu.

"Lo yakin ini berhasil, Hyuk?" Tanya Seungyoun.

Jinhyuk, si kawan SMA-nya Hana sama Seungyoun, mengangguk yakin.

"Seratus persen berhasil. Kalo ketinggian, sembilan puluh persen deh."

Seungyoun mengusap dagunya. Ini sebenarnya bukan hal sulit. Dia cuma berperan sebagai atasan Hana secara struktural di rumah sakit.

Dia ga tau kalo kasus Hana yang cukup menyulitkan itu malah tampak seperti titik balik buat dia, Hana, dan tentu juga rumah sakit.

Bener apa yang dibilang Jinhyuk, ini tentu menguntungkan. Tapi tetap saja keputusan ada di tangan Hana.

"Gue kasih tahu Hana dulu soal ini. Gue ga yakin dia mau gabung acara beginian. Gue setuju kalo dia setuju. Kasih gue waktu dua hari. "

Jinhyuk mengangguk. "Oke."

***

"Dok, silahkan diminum."

Segelas latte hangat tersaji di atas meja kerja Hana pagi itu. Lantas wanita itu tersenyum lebar.

"Thanks." Ujar Hana sambil mengangkat latte itu.

Hana merasakan lega di kerongkongannya setelah meminum lattenya sedikit. Bukan hanya itu, dia juga lega karena akhirnya bisa lihat semangat Jeno kembali.

Waktu kunjungan pasien rawat jalan baru akan dimulai sepuluh menit lagi. Masih cukup banyak waktu untuk sekedar berbincang dengan juniornya.

"Jeno, kamu tau apa yang bikin kamu terkenal di antara pasien-pasien, perawat-perawat di rumah sakit?" Tanya Hana basa basi.

Jeno tampak berpikir sebentar. Dia ga yakin kalo dia famous seperti yang dibilang Hana barusan.

"Saya.... saya ga tau dok."

Jeno menampakkan eye smile nya meskipun keliatan bingung.

"Senyum kamu itu nular. Orang kalo liat kamu senyum, pasti ikutan senyum. Ya nggak mbak?"

Hana meminta persetujuan dari perawat yang berdiri di sebelah Jeno dan dibalas anggukan.

"Mas Jeno kalo senyum, matanya ikut senyum juga. Tuh kaya gitu."

Jeno langsung tersipu malu dapet dua kali pukulan, pukulan pujian maksudnya. Pipinya memanas begitu Hana dan si perawat terkekeh.

"Makanya Jeno, saya pengen kamu jangan kelamaan sedih. Lihat sisi positif masalahnya. Oke?"

"Siap, dok." Balas Jeno cepat. "Oh. Kayanya latte aja kurang deh, dok. Saya harus kasih oleh-oleh banyak, karena saya masih perlu banyak belajar sama dokter Hana."

Hana tersenyum menanggapi Jeno.

"Saya juga masih proses belajar, Jen."

***

"Gabisa. Hana gamau."

Lah, bro.

"Hana gamau. Ga cocok sama jalannya dia."

Lo kurang meyakinkan kali ngomongnya.

"Ya mau gue paksa, gue suap pake segudang permata juga, kalo dia sekali gamau ya gamau, Hyuk."

Seungyoun Jinhyuk sama-sama saling diam beberapa saat.

Wah, dia masih ngambek sama gue? Serius?

"Jangan ngawur deh lo. Hana udah bilang ini ga ada sangkut pautnya sama lo. Emang bukan style dia ikutan acara begituan."

Gue samperin dia sendiri deh.

"NO! BIG NO!"

Seungyoun yang seketika teriak sambil gebrak meja, mendapat tatapan membunuh dari om Jung yang saat itu sedang mampir ke tempat kerjanya.

"Jangan pernah, jangan berani lo nyamperin Hana. Gue udah kasih lo peringatan ya. Inget. Jangan pernah sekali-kali lo berani ketemu Hana."

Haha, santai lah bro. Ya udah kalo emang Hana gamau gabung acara gue. Biar gue cari cara lain biar bisa ketemu sama dia. Wkwk.

"HEH! LO-"

Tut tut tut tut

"Bangke. Dimatiin."

"Mr. Evan. Language please. Your bad mouth."

Seungyoun berbalik menatap om Jung lalu menampilkan senyum kakunya.

"Maaf om, kelepasan."

Om Jung membetulkan posisi kacamatanya.

"Okay. Let's talk about the problem, boy."


















... to be continued


Special guest

Special guest

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Unbelievable | HSW, CSY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang