About Hana

222 39 0
                                    

(past time)


Hana paling suka kalo diajak kencan sama papah. Selain dia bisa sejenak bebas dari tugas, dia juga seneng bisa lihat papah leluasa beraktivitas. Biasanya papah cuma berkutik di rumah sakit doang.

"Pokoknya nanti papah jangan jauh-jauh. Jangan ninggalin Hana juga lho."

Papah terkekeh singkat. Tangannya sigap menjitak kepala putri satu-satunya itu.

"Yang ada juga kamu yang ninggal papah. Kamu kan masih bisa lari kenceng. Kaki papah udah ga secepat dulu."

Hana menertawai betapa lucunya papah di matanya sekaligus lega. Karena dia masih punya kesempatan berdua sama papahnya yang sudah tak muda itu.

"Ayo pah."

Hana menggiring papah untuk bergabung dengan kerumunan orang yang sudah siap untuk lari marathon.

Ya, Hana ngajak papah ikut lari marathon yang diadakan oleh tentara sebagai peringatan hari nasional. Pesertanya banyak. Hana sampe ga bisa lihat penanda start di depan sana. Mungkin ada ratusan atau ribuan orang sudah bersiap di depannya.

Ddduuuarrr

"ASTAGA!!!"

Situasi yang awalnya kondusif, kini berubah sebaliknya. Sebuah ledakan terjadi di dekat garis start yang menimbulkan percikan api.

Ledakan itu menyebabkan beberapa orang terluka cukup serius dan terkapar di lokasi. Mungkin sekitar hampir lima puluh orang.

Sementara yang lain berhamburan menyelamatkan diri menghindari pusat ledakan.

Situasi benar-benar tidak terkendali. Para korban berjatuhan meminta pertolongan dan sisanya tak sadarkan diri.

Petugas keamanan yang berjaga mulai turun tangan memasang barikade agar tidak ada yang mendekati kawasan tersebut.

Hana dan papah juga ikut terkejut. Semuanya terjadi sangat cepat dan sangat berisik. Dua dokter itu semakin bingung karena tidak melihat petugas medis di sekitar sana.

"Hana, do your job." Perintah papah penuh arti.

Tak butuh waktu lama bagi Hana untuk memahami maksud papah. Kakinya lantas berlari menghampiri kawasan ledakan. Papah juga ikut beraksi setelah menelfon petugas 119 meskipun ga segesit Hana.

"BERHENTI!!! LOKASI INI BERBAHAYA!"

Petugas keamanan menahan Hana yang hendak menerobos barikade. Hana spontan memberontak.

"Tolong biarkan saya masuk. Saya bisa menolong mereka."

"Tidak ada yang boleh lewat! ANDA PAHAM!"

Hana ga habis pikir dengan para petugas ini. Apa mereka ga lihat orang-orang di sana meregang nyawa akibat terdampak ledakan barusan. Mereka semua terluka.

"MEREKA BUTUH PERTOLONGAN!! SAYA BISA MEMBANTU MEREKA!!"

Petugas keamanan mendorong Hana untuk menjauhi barikade. Cukup kasar, hingga membuat kaki Hana terkilir.

"SAYA DOKTER!! SAYA BISA MENOLONG MEREKA!!"

Sekuat tenaga Hana menerobos barikade, dan akhirnya berhasil menghampiri koran terdekat. Para petugas keamanan saling pandang dan sejenak tertegun melihat aksi Hana.

"Saya juga dokter. Ijinkan saya membantu anak saya menolong korban."

Papah segera menyusul Hana untuk menyelamatkan korban yang lain. Mereka berdua sibuk melakukan pertolongan pertama pada para korban.

"Saya juga dokter. Saya akan membantu mereka."

Hanya butuh beberapa detik, ada lebih banyak dokter, yang juga ikut sebagai peserta marathon, melakukan hal yang sama seperti Hana dan papah.

Tak peduli dengan para panitia yang panik menelpon petugas medis terdekat. Tujuan utama mereka sama, menyelamatkan nyawa berharga.

Sirene ambulans terdengar tak lama kemudian. Petugas medis dari sebuah rumah sakit langsung berhamburan di lokasi ledakan.

Mereka cukup terkejut ada beberapa orang yang sudah lebih dulu memeriksa kondisi korban.

"Anda dokter?" Tanya seorang petugas medis kepada Hana.

Masih sibuk memeriksa nadi korban, Hana mengangguk cepat.

"Sepertinya korban mengalami patah tulang di kepala akibat terbentur pembatas. Denyut nadinya di atas normal." Ujar Hana cepat.

Petugas medis itu mengangguk paham lalu mengambil alih korban tersebut dan membawanya ke atas tandu.

Dengan sigap, Hana menghampiri korban lain. Seorang wanita yang merintih kesakitan.

"Bu, bisa denger saya? Bu?"

Hana berulang kali menepuk pelan pipi wanita tersebut. Lantas Hana cepat bergerak memeriksa nadi dan nafas korban. Denyut nadi korban lemah.

Hana bergerak memeriksa kondisi bagian lengan korban. Begitu mengenaskan, korban mengalami perdarahan serius. Pikir Hana mungkin tergores palang besi dekat garis start.

"Astaga-"

Dengan cepat Hana melepas jaketnya, menyisakan kaos singlet agak longgar di tubuhnya, lalu merobeknya agar bisa digunakan untuk membalut dan menutupi luka korban.

"Mohon tetap sadar bu. Ini agak sakit tapi anda harus bisa tahan." Pesan Hana sebelum akhirnya menekan luka tersebut dengan kain jaketnya.

Tangannya kuat menekan perlahan disertai jeritan kesakitan si ibu. Peluh di kening Hana mulai bercucuran.

"Biar gue, Han. Lo mending beresin kaki lo."

Sepasang tangan tiba-tiba mengambil alih pekerjaan Hana untuk menekan dan membalut luka korban. Dirinya agak kaget saat melihat Seungwoo ada di sebelahnya.

"Seungwoo?"








... to be continue

 to be continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Unbelievable | HSW, CSY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang