20. I Want You Feel Like Home

127 35 0
                                    

Hana berdiri terdiam menghadap hamparan pemandangan kota Seoul sore itu. Sudah sekitar sepuluh menit tubuhnya tidak berkutik membiarkan pikirannya lari kemana-mana. Sebelum raganya akan berkutik dengan alat-alat bedah dkk.

Satu jam lagi, Jeon Somin masuk ruang operasi. Operasinya bisa dibilang sangat berat. Meskipun ini bukan yang pertama untuk Hana melakukan prosedur kraniotomi terjaga dan kali ini dia dibantu banyak dokter ahli, tapi tetap saja, dia masih sangat grogi.

Bukan tanpa pertimbangan Hana menyarankan prosedur itu ke Somin. Kalau ditanya seberapa besar khawatirnya, mungkin dia lebih khawatir dibanding Seungyoun dan keluarga Somin.

Ditambah hubungannya sama Seungyoun yang ga kunjung membaik hingga detik ini. Bahkan Hana menyesalkan perbuatan Seungyoun yang berangkat ke Milan kemarin pagi tanpa pamit ke dia.

Pria itu cuma ngabarin Seungwoo dan meminta abangnya itu untuk memberi tahu Hana.

"Dasar sinting." Gerutu Hana lirih.

"Oalah, disini ternyata. Dicariin di kantor ga ada. Katanya mau operasi?"

Hana berbalik mendapati pria jangkung dengan snelli dan stetoskop di lehernya, mendekat ke arahnya. (jas dokter)

Hana terkekeh, gimana Seungwoo bisa tau dia ada di balkon rumah sakit.

"Seungyoun bilang kalo dia pulang sekarang. Bentar lagi pesawatnya take off."

Hana menghela nafas panjang, reaksi atas ketidaksukaan dengan laporan Seungwoo. Apa gunanya Seungyoun titip-titip kabar kalo dia ga ngomong ke Hana sama sekali sejak hari itu.

Hana sebenernya udah mau bilang maaf duluan ke Seungyoun waktu minta persetujuan operasi ke orang tua Somin. Tapi entah kenapa, Hana merasa kalo Seungyoun lagi ga pengen denger apa-apa dari dia.

Dan mungkin Seungyoun perlu memenangkan diri juga, tahu Somin bakal dapat operasi berat.

"Seungyoun pasti juga ga enak sama lo, Han. Dia udah terlalu panik tahu pacarnya bakal operasi kaya gitu. Jadi ngomongnya agak ngelantur, terus bikin lo sakit hati." Ujar Seungwoo tiba-tiba. Seolah tau apa yang dipikirkan Hana.

"He told that he regret about that word." Lanjutnya.

Diamnya Hana sama diamnya Seungyoun, Seungwoo tahu. Mereka sama-sama berbagi perasaan ga enak. Ditambah posisi mereka yang juga tertekan. Hana dengan operasinya, Seungyoun dengan proyek kerjasamanya.

Seungwoo belum bisa melihat ada titik temu di antara dua orang itu. Jadi dia ga bisa membantu banyak kecuali untuk tetap komunikasi dengan keduanya.

Hana tertunduk sesaat.

"Hey, wanna hug?" Tanya Seungwoo saat melihat Hana yang tak bersemangat.

Seungwoo sudah merentangkan kedua lengannya ke arah Hana. Dan ga butuh waktu lama, mereka sudah saling berpelukan sebagaimana yang biasa mereka lakukan. Saling menguatkan dan menyemangati.

Suasana hati Hana cukup membaik. Lega rasanya punya temen pengertian kaya Seungwoo. He always be there.

Rasa hangat menjalar ke tubuh Hana membuat sebagian rasa cemasnya hilang saat itu juga. Bersamaan dengan kekuatan yang entah darimana tiba-tiba datang.

"Everything will be okay. Semangat ya."

***

"Jen, kenapa sih? Alay tau ga daritadi nangis mulu, ditanyain diem doang. Ini juga, lo kenapa sih, Njin?"

Heejin kesal sendiri. Dua rekannya itu tiba-tiba nangis sendu begitu masuk ruang istirahat mereka. Tanpa berucap sepatah katapun, cowok berdua itu tampak sedih ga karuan.

"Ya Tuhan."

Heejin nyerah. Biarin aja berdua itu nangis sampe air matanya habis juga Heejin terserah. Diajak ngomong ga ada yang nyaut.

"Lo tau ga sih, Jin... selama ini gue lihat operasi kraniotomi terjaga cuma di yutub, di sinetron, di internet... tapi hari ini gue bisa liat secara langsung..."

Heejin yang awalnya udah mau masa bodo, kini pasang telinga saat Jeno mulai cerita meskipun suaranya parau.

"Gue tegang banget tadi ikut operasinya dokter Hana... Udah kek lemes banget ini lutut, ga sanggup berdiri..."

Hyunjin yang duduk di sebelah Jeno makin kenceng nangisnya. Seolah setuju dengan pernyataan Jeno barusan.

"Apasih, apa yang bikin tegang? Lo kalo cerita yang jelas dong jangan setengah-setengah. Bingung nih gua."

Lama-lama Heejin ga sabar juga. Dua orang di depannya ini makin aneh.

Jeno mengusap ingusnya kasar.

"Tadi dokter Hana minta pasiennya main biola pas di tengah operasi... Suara biolanya itu lho, Jin... Tau ga? Menyayat hati banget...."

Heejin mengerutkan keningnya.

"Tadi tekanan darah pasien sempat turun drastis. Gue sama Jeno udah panik. Suasana udah dramatis lah pokoknya. Tapi dokter Hana bisa ngatasin itu dengan tenang. Heroik banget intinya dokter Hana tuh."

Heejin semakin mengerutkan keningnya.

"Kalian berdua ngomong apasih?"

















... to be continued

 to be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Unbelievable | HSW, CSY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang