11. His Shirt is Annoying

151 38 6
                                    

Hana ngeliatin Seungwoo dari atas sampe bawah, cukup lama. Otomatis bikin Seungwoo bertanya-tanya.

"Apa?"

"Lo mau meeting apa mau clubbing? Baju lo ga ada akhlak sama sekali."

Seungwoo memeriksa yang dimaksud Hana. Menurutnya ga ada yang salah. Dia cuma pake celana jeans, kemeja kembang-kembang-






-tapi atasnya ga dikancing.

"Ini udah biasa aja lho, Han. Lo juga biasa liat gue pake baju begini kan?"

Hana menggidikkan bahunya.

Buat Hana, ya itu biasa. Hana biasa liat Seungwoo cuma pake singlet pas di rumah sama Eunsang, umbar dada tanpa takut masuk angin.

Tapi kalo orang lain yang lihat kan, kasihan. Apalagi cewek-cewek. Ntar kalo pada jejeritan gimana.

"Terserah. Kita sibuk. Buruan deh."

Hana jalan duluan diikuti Seungwoo di belakangnya yang geleng-geleng gemas sama Hana.

Mereka berdua hendak nyusul Seungyoun di tempat ketemuan mereka dengan salah satu pengurus yayasan sosial yang membantu orang-orang kurang mampu dalam pembiayaan medis.

Tempatnya ga jauh dari rumah sakit. Cuma butuh naik mobil sepuluh sampe lima belas menit. Tapi karena waktu operasi Hana yang molor sedikit, akhirnya harus buru-buru kaya gini.

"Pulang dulu ya, mbak." Pamit Hana pas lewat ruang perawat.

Seungwoo ikut melempar senyum ke arah para perawat departemen bedah saraf itu.

"Oh iya, dokter Hana. Dokter Seungwoo hati-hati di jalan."

Hana cengo ngeliat para perawat dan dokter residen perempuan yang ekspresinya mendadak berubah dari yang suram jadi cerah. Mereka kompak liat ke arah Seungwoo.

Ekspresi mereka beneran ga bisa terkontrol akibat pancaran ketampanan dokter kepala tiga itu, mana dadanya, tattoonya, keliatan. Kagum, terpana.

"Duluan, Jeno, Hyunjin, Heejin." Pamit Hana cepat lalu menarik Seungwoo menuju lift.

"Jangan kenceng-kenceng nariknya dok! Ga bakal lepas juga!" Goda Jeno setengah teriak.

Seungwoo terkekeh kecil. Seru juga liat Hana yang agak kesel begini.

Padahal dia ga ada niatan mau bikin para perawat dan dokter lainnya jadi kaya gitu. Mereka semua berekspresi sebagaimana kagum dengan seseorang. Tapi enggak dengan Hana.

Beruntung liftnya kosong, jadi mereka berdua bisa langsung masuk dan menuju basement.

"Lo bawa jaket ga?" Tanya Hana memunggungi Seungwoo.

"Jaket? Engga. Kenapa? Lo kedinginan?"

Hana lagi-lagi memutar pandangannya. Kesel. Kesel banget sama Seungwoo. Kayanya emang Seungwoo suka jadi perhatian cewek-cewek.

"Nih pake. Lo tuh diliatin sepanjang jalan, apa ga risih? Badan lo itu masalahnya, sama tattoo."

Hana naruh jaketnya sembarang ke arah Seungwoo, menyisakan dirinya cuma berbalut kemeja hitam panjang.

Seungwoo masih setia dengan senyum lebarnya ngeliatin jaket Hana yang nutupin bagian depan badannya.

"Lo aja yang pake. Ntar masuk angin, jadi ribet urusan."

"Lo yang masuk angin. Dada diumbar gitu. Kemeja ga ada kancing. Apa gabisa dikancing?"

Seungwoo ga ngerti maksud Hana yang terus-terusan protes terus soal bajunya. Iya sih, Seungwoo ngaku kalo dia jarang pake baju model begini pas di rumah sakit.

Tapi karena mendadak rumah sakit berasa gerah, Seungwoo ga tahan sampe harus buka kancing atas kemejanya. Dia juga lagi ga bawa kaos, jadi terpaksa pake seadanya.

"Kancingin, Han. Mumpung ga ada orang." Pinta Seungwoo.

"Apa?"

Hana beneran ga denger Seungwoo ngomong barusan saking lirihnya. Dia perlu memutar badan ke arah pria itu untuk mengulang pertanyaannya.

"Ngomong apa?" Tanya Hana lagi.

Seungwoo meraih dua tangan Hana lalu mengarahkannya ke dada bidangnya.

"Kancingin."

***

"Kalau masih ada yang ingin ditanyakan, silahkan hubungi saya di nomer berikut."

Pria paruh baya sekitar kepala enam itu, menyerahkan sebuah kartu nama ke arah tiga sekawan itu.

Hana menerimanya sambil membungkuk pelan.

"Terima kasih bantuannya, pak Kim. Kami sangat mengharap proyek ini bisa membantu banyak orang."

Seungyoun menyalami pria tadi disusul Seungwoo dan Hana bergantian.

"Pasti, pasti banyak yang terbantu. Presdir Yoon selalu membantu banyak orang. Saya lega mbak Hana bisa nerusin proyek Presdir bareng mas-mas berdua."

"Sekali lagi terima kasih banyak, pak."

Hana membungkuk.

Ketiganya mengantar kepulangan pak Kim hingga keluar kafe. Beliau ternyata sudah ditunggu sopir pribadinya.

"Mau makan?" Tawar Seungyoun kepada dua temannya yang lain.

"Jjajjang." Pinta Hana.

"Americano aja, Youn. Dingin." Yang ini Seungwoo.

"Oke."

Seungyoun lantas beranjak ke arah dapur kafe. Ya, ini kafe milik keluarga Seungyoun yang dikelola saudara mamahnya. Mereka emang suka nongkrong di sini kalo lagi males kemana-mana.

"Seungyoun bawa pacar baru lagi?" Tanya Hana pas liat Seungyoun ciuman bentar sama seorang cewek. Cantik.

"Udah sebulan. Seminggu pas habis lo putus sama Jungkook." Terang Seungwoo sambil ngeliatin hapenya. Memberi kabar orang rumah kalo dia makan bareng temen-temen.

Hana masih aja ga percaya kalo temennya dari jaman orok itu suka mainan cewek. Dia juga udah berkali-kali ngingetin bahaya ganti-ganti pasangan, tapi Seungyoun cuma merespon dengan satu kalimat.

"Gue ga sampe make out sama mereka."

"Sinting emang si Seungyoun. Gitu nyuruh-nyuruh gue cepetan nikah. Dianya malah mainan mulu." Gerutu Hana.

"Bukannya mainan, Han. Dia punya visi sendiri buat nemu yang cocok sama dia. Seungyoun kan udah bilang kalo dia selalu menjaga hubungannya sama pacar-pacarnya. Jadi ga akan sampe yang macem-macem. Awas."

Seungwoo menarik kepala Hana yang hampir kena senggol pelayan yang bawa sekarung sampah. Sebelah tangannya yang lain meraih bahu Hana biar badannya mendekat ke arah Seungwoo.

Kini Hana berhadapan langsung dengan dada Seungwoo, untung udah dikancing kemejanya. Kalo ga, mungkin jantung Hana bisa mencelos keluar.

Posisi mereka beneran deket banget. Berasa kaya Seungwoo meluk Hana.

"Kena ga?" Tanya Seungwoo memastikan.












... to be continue

Seungwoo's wardrobe problem

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seungwoo's wardrobe problem


biar ga lupa
votement juseyo 🙈

Unbelievable | HSW, CSY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang