|8| Hotel

1K 99 1
                                    

Menjadi manusia yang terus menurut akan titah tidak menguntungkan, tentu bukan pilihan yang bagus. Terbukti, sekarang Gading menjadi adik pembangkang, yang sering beradu mulut dengan Mira. Gading yang sekarang, berbeda dengan yang dulu, itu semua akibat hatinya yang lelah menerima bentakan Mira. Manusia bisa berubah dengan drastis dalam waktu singkat, tidak lain karena hati yang terus tersakiti.

Kehidupan manusia memang sudah diatur dengan rapi, tetapi harus ada usaha untuk meraih kebahagiaan. Tidak malah diam dan menurut tanpa ada usaha. Mengikuti alur memang tidak ada salahnya, tentunya harus ada selingan usaha yang cukup kuat. Hingga rencana-Nya terealisasikan, dan hidup menjadi lebih baik.

🍃🍃🍃

Hari ini, Gading diwajibkan Mira untuk menjaga Ani yang sedang sakit. Mungkin, akibat dari virus yang dibawa Gading tempo hari. Ia ingin membangkang dengan titah itu, tetapi Mira tetap menjadi manusia keras. Tidak bisa dibantah ucapannya, hanya bisa diajak beradu mulut. Beruntung, tubuh Gading sudah baik-baik saja. Tidak lagi terserang batuk hebat, ia memang cepat sembuh jika terserang suatu penyakit.

Gading terkurung di dalam kamar bersama Ani dan Caca. Ia menjadi tokoh dengan cerita yang diciptakan oleh anak-anak. Ia harus mau menggendong Ani yang rewel. Jujur, Gading muak dengan hal ini, ia ingin membuang kedua anak Mira. Namun, ia masih punya hati, tidak tega melakukan itu. Apalagi dapat hukuman penjara jika ia melakukannya.

"Diam, dong. Kak Gading capek," lirih Gading yang masih mengayunkan pelan tubuh Ani. Namun, usahanya membuat Ani diam, sia-sia. Ani malah menangis dengan lebih keras hingga membuat Mira datang ke kamar.

"Kamu apain anak saya? Udah nularin penyakit, gak mau ngerawat. Jangan jadi pelaku yang gak bertanggung jawab," ucap Mira setelah membuka pintu kamar sembari merebut Ani dari gendongan Gading.

"Mbak, bawa Ani ke rumah sakit aja, kasihan."

"Gak usah, anak kecil tuh gak boleh kebanyakan minum obat, ntar kecanduan. Lagian dikompres bentar juga sembuh. Kamu rawat Ani, kalau butuh bantuan, tinggal panggil Bibi. Mbak mau pergi dulu, kamu juga gak usah ngeyel buat berangkat sekolah," pesan Mira panjang lebar, dan Gading hanya diam menanggapinya. Toh, Ani bukan tanggung jawab Gading. Ia hanya merawat Ani dengan alasan ingin berbuat baik.

Setelah mendapat pesan dari Mira, Gading buru-buru keluar kamar untuk menitipkan Ani pada Bibi yang bekerja. Tentunya dengan hati-hati, ia tidak mau Mira mengetahui hal itu.

"Bi, tolong jagain Ani sama Caca. Aku mau pergi dulu, kalau gak ada waktu buat kerjaan rumah, nanti biar aku aja pas pulang," Gading mengambil kunci motor yang ada di dalam kamarnya, tentunya setelah mendapat persetujuan dari Bibi.

🍃🍃🍃

Motor bergigi dengan warna hitam melaju dengan kecepatan sedang. Mengikuti mobil Mira dengan jarak cukup jauh, dengan harapan tidak ketahuan oleh Mira.

Sejak Mira berubah pribadi yang buruk, suka membentak dan jarang ada di rumah, tentu saja Gading merasa curiga. Apalagi, perkejaan Mira yang dulu adalah sebagai kupu-kupu malam. Gading telah berpikir positif, tetapi lambat laun, pikiran positifnya tertutup oleh bayang-bayang negatif. Hingga Gading memilih mengikuti Mira untuk membuktikan kebenaran.

Mobil Mira sudah membelok ke pekarangan hotel mewah, Gading pun ikut ke masuk ke area parkir motor yang cukup luas. Pandangan satpam pada Gading pun tajam, mungkin akibat motor butut yang masuk ke hotel mewah. Namun, Gading abai dan langsung masuk ke dalam.

Pandangannya berkeliling di ruang lobi yang luas, hingga ia menemukan Mira dengan pakaian yang berbeda. Mira yang tadi memakai baju lengan panjang dan rok panjang, kini berganti kostum dengan rok pendek bewarna merah muda. Penampilannya sangat menarik perhatian lawan jenis, apalagi Mira juga memakai polesan make up tebal. Gading yang masih remaja saja kagum dengan penampilan itu, apalagi orang berumur.

Gading mengikuti Mira dalam diam, menapaki lantai dengan hati-hati, takut menimbulkan suara yang akan membuatnya ketahuan. Hingga Mira berhenti di restoran hotel ini, dan Gading diam di pintu masuk kaca.

"Hai, udah lama nunggu?" tanya pria berjenggot kepada Mira yang bisa didengar oleh Gading dengan pelan. Maklum, jarak mereka tidak begitu dekat.

"Nggak kok, baru lima menit," jawabnya singkat.

"Mau sekarang aja ke kamar?" Mira mengangguk dan segera meninggalkan tempatnya duduk. Ia memang belum memesan apa-apa.

Gading sedih, ternyata penyakit Mira benar-benar kumat. Ya, Gading menganggap pekerjaan kupu-kupu malam adalah penyakit. Tanpa pikir panjang, Gading berbalik dan ingin segera pulang ke rumah. Namun, beruntung memang jarang datang padanya. Ia menabrak seorang pekerja hotel yang sedang membawa tumpukan piring.

"Mas, kalau jalan hati-hati, dong. Piring ini jadi pecah semua, tuh. Pokoknya kamu harus ganti rugi!" teriak pekerja itu sembari memunguti pecahan piring dibantu oleh Gading.

"Maaf, Mas. Tapi, saya gak punya uang untuk ganti rugi ini semua, gimana kalau dengan cara lain saja?" Gading menawar.

"Gak bisa, tenaga kamu gak bisa mengganti piring yang udah rusak. Pokoknya, harus ganti rugi dengan uang. Saya gak mau tahu," ucapnya lagi yang berhasil membuat Gading bingung untuk menjawab. Namun, tiba-tiba ada dua orang yang menghampirinya.

"Ada apa ini?" tanya pria berjenggot yang sedang bersama Mira.

"Dia mecahin setumpuk piring dan nggak mau ganti rugi, Pak."

"Saya gak punya uang buat ganti rugi, maaf karena saya gak hati-hati. Saya janji akan bertanggung jawab, tapi bukan dengan uang. Tolong, beri tawaran lain," ucap Gading yang dibalas dengkusan oleh pekerja hotel.

"Gak bisa! Atau kamu mau saya laporkan ke pihak berwajib?" Gading terbelalak dan lidahnya kelu. Ia tidak bisa berucap lagi.

"Saya yang akan ganti rugi, tolong biarkan dia pergi," pria berjenggot itu berucap, membuat Gading terkejut dan tersenyum sembari mengangkat kepala. Ia merasa cukup bahagia dengan perlakuan baik pria yang bersama Mira, tetapi Gading juga merasa tidak enak hati menerima bantuan itu.

Beberapa lembar uang telah diserahkan, Gading pun sudah selesai membereskan pecahan piring. Kini ia mengangkat kepalanya dan mengucap terima kasih yang dibalas dengan senyuman.

Mira yang ada di samping pria berjenggot itu pun hanya diam, tidak ingin kelepasan membentak Gading di tempat umum. Namun, tatapan tajam dari Mira cukup membuat Gading bergidik ngeri, dan segera meninggalkan tempat itu. Sebelum beruntung menolak kehadiran Gading lagi.

Gading kembali ke tempat parkir motornya dengan degup jantung tidak teratur. Ia memang menemukan jawaban akan alasan Mira jarang pulang ke rumah, tetapi tidak berjalan mulus. Kegiatan menguntitnya, berakhir buruk dengan bertemu Mira dan mendapat tatapan tajam.

Perasaan sedih dan takut menjadi satu dalam diri Gading, sedih karena Mira kembali dengan pekerjaan haram. Ia juga merasa takut akan bentakan dari Mira di rumah nanti. Mungkin, hal itu sudah biasa. Namun, penyebab marah Mira kali ini berbeda. Ini semua karena Gading yang salah, ia tidak bisa membela dirinya dengan bebas seperti biasanya.

|Désespéré|

ODOC BATCH 2 DAY 8
28 Mei 2020

Désespéré ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang