"Senang banget lo kayaknya hari ini, Gi."
Coklat panas yang baru saja masuk ke dalam mulut Giana mengalir masuk ke dalam tenggorokan Giana hingga membuat gadis itu tersedak. Membuatnya terbatuk-batuk.
Bayu yang melihat itu segera menepuk-nepuk punggung gadis itu, "Sorry. Kaget, ya?"
Giana yang melihat ekspresi bersalah Bayu hanya bisa menggeleng pelan sembari berusaha menghentikan batuknya. "Gak. Aku gak apa, kok," ucapnya setelah batuknya mereda.
Bayu terlihat lega. Kemudian ia menatap Giana dengan tatapan menuduh. "Lo lagi senang, 'kan."
Itu pernyataan, bukan pertanyaan. Giana menatap Bayu datar. Ia merasa tak perlu merespon Bayu saat ini karena tak ada gunanya.
Giana berjalan menuju lemari arsip dan mengambil setumpuk faktur, lalu menaruhnya di atas meja Bayu dan berbalik. "Sepertinya pekerjaan kamu sudah selesai," ucapnya tenang, lalu kembali duduk di kubikelnya.
Bayu menggeleng tak percaya. Demi mengalihkan perhatian, Giana memberinya setumpuk tugas. Tidak bisa! Ia akan protes!
"Gue lagi ngerjain laporan stok sparepart dan bahan produksi." Bayu mengusahakan nada suaranya terdengar sedikit tersinggung.
"Aku tahu. Tapi sepertinya kamu senggang sekali sampai-sampai kamu pengen tahu urusan orang. Maka dari itu, aku memberimu kerjaan karena kamu magang di sini bukan buat ngorek kehidupan pribadi orang, tapi ngorek ilmu," jelas Giana kalem membuat Bayu terperangah tak percaya.
"Kerja bagus, Giana!" Calvint menepuk pundak Giana sekali dengan senang. Ia kemudian beralih pada Bayu dan menatapnya prihatin. Kemudian ia mendaratkan beberapa tepukan guna menyemangati sepupunya itu.
Bayu mencibir. Di dalam hatinya ia mengutuk kedua pasang atasan dan bawahan yang sangat kompak dalam memeras tenaganya.
"Dasar kejam!" gerutunya membuat rekan kerja yang lain menggeleng prihatin-dan juga cekikikan diam-diam. Walau menggerutu, Bayu tetap mengerjakan setumpuk faktur tersebut dengan baik.
Diam-diam, Giana mengintip dari balik kubikelnya. Sebuah senyum tipis terbit di wajahnya karena melihat Bayu sudah bisa menentukan pekerjaan mana yang lebih dahulu yang akan dilakukannya. Dibandingkan dua bulan yang lalu, Bayu sudah berubah. Bahkan seminggu belakangan ini, Bayu sudah berhasil memutuskan pilihannya sendiri-baik dalam urusan pekerjaan maupun urusan pribadi.
***
Giana tengah bersantai di rumahnya karena ini adalah akhir minggu. Ia tak memiliki jadwal apapun hari ini. Hanya berdiam diri di rumah. Selesai membereskan rumah dan mandi, Giana berbaring di kasurnya dan menatap langit-langit kamarnya.
"Bagusnya ngapain, ya?" gumamnya sembari berpikir.
Sesaat kemudian, ia bangkit dari kasurnya dan menyambar laptop putih miliknya. "Browsing kayaknya enak juga," ucapnya semangat.
Jari-jarinya menari dengan lincah di atas tuts ketik. Dalam hitungan detik, terbukalah laman yang ia inginkan. Setengah jam berlalu, ia masih sibuk berselancar di internet dan melahap berbagai informasi yang menurutnya menarik-dari informasi kesehatan, politik, hiburan, hingga artikel-artikel yang penuh dengan berita bohong.
Di sela-sela dirinya tengah menikmati komentar-komentar pedas yang dilayangkan oleh para netizen, terdengar suara Youngjae yang menyanyikan lagu Nobody Knows.
"Ayo kita jalan-jalan!" Tanpa menunggu salam darinya, orang di seberang terlebih dahulu mengucapkan niatnya.
"Lima menit lagi aku sampai depan rumah kamu." Telepon terputus membuat Giana menatap ponselnya sebal. Si penelepon itu bahkan tak mau repot-repot untuk mendapat jawaban darinya. Menyebalkan sekali.
Benar saja. Lima menit kemudian, pintu rumah Giana diketuk-atau lebih tepatnya digedor-dengan tidak sabaran.
"Gia! Cepat buka!" teriak si penggedor tanpa tahu sopan santun.
Giana membuka pintu yang menampilkan wajah cerah milik Clara dan wajah cemberut Noah. Tanpa mau menunggu lebih lama, Clara-si penggedor tak-tahu-sopan-santun-itu-segera menarik lengan Giana dan merebut kunci rumah Giana untuk dilemparkan pada Noah.
"Ayo! Berangkat!" Clara menoleh pada Noah sejenak dan berucap, "Pastikan semuanya dikunci dengan rapat, ya, Noah!"
"Iya, Bawel!" gerutu Noah sambil memastikan semua jendela telah terkunci sempurna, lalu ia pun mengunci pintu rumah Giana. Setelah selesai, ia segera menyusul kekasih dan sahabatnya yang sudah duduk manis di dalam mobil.
"Ke mana?" tanya Giana yang masih belum tahu tujuan mereka.
Clara memamerkan senyum misteriusnya dan berucap, "Rahasia!" Kemudian ia beralih pada Noah. "Noah, kamu udah kasih tau dia? Datang, 'kan? Ikut, 'kan?"
Noah mengangguk kecil, lalu mengacak rambut kekasihnya membuat kekasihnya memprotes, "Noah! Berantakan kan jadinya rambutku."
Giana yang melihat interaksi kedua orang itu dari belakang hanya bisa tersenyum kecil hingga memancing komentar jail dari Noah.
"Wah! Gia senyum tadi. Kayaknya belakangan Gia udah pintar senyum, ya?" Noah mengintip dari balik spion untuk melihat pelototan tak suka Giana.
Clara mengangguk setuju. "Iya, kayaknya sekarang Giana udah lebih pintar buat nunjukin perasaannya. Aku senang. Kamu juga, 'kan?"
Giana menunduk malu. Ia meremas ujung bajunya gelisah. "Menurut kalian begitu, ya?"
"Iya! Aku senang! Aku harap, kamu bakal lebih baik lagi. Kamu harus ingat, gak akan ada yang marah atau sedih kalau kamu nikmati hidup kamu," ucap Clara bersemangat.
"Ini? Ngapain?" Giana menatap horor tempat tujuan mereka hari ini.
Clara dan Noah tertawa puas melihat ekspresi ngeri Giana. "Tentu saja! Senang-senang!" ucap keduanya kompak.
Keduanya turun dari mobil dan langsung membuka pintu penumpang belakang. Tanpa persetujuan Giana, mereka menyeret Giana keluar dari mobil dan masuk ke taman bermain tersebut.
Sekali lagi, Giana harus terkejut. Saat masuk, ia menemukan Bayu yang tengah berdiri seolah tengah menunggu orang.
"Udah sampai dari tadi?" tanya Bayu begitu sampai di depan Giana membuat Giana heran setengah mati.
Clara mendorong Giana hingga Giana jatuh ke dalam pelukan Bayu. "Senang-senang, gih! Main sampai puas! Teriak dan ketawa sampai puas."
"Eh? Apa?" Giana berbalik dengan panik dan menarik tangan Clara. Tatapan tajam yang dilayangkan Giana pada Clara dan Noah-menuntut penjelasan.
Noah mengedipkan sebelah matanya dan berucap jail, "Senang-senang sana! Kencan! Masa hari Sabtu bukannya kencan sama pacar malah mendem di rumah? Kasihan dong pacarnya."
Wajah Giana merah padam. Kencan? Pacar aja gak punya. "Jangan bercanda!" semburnya galak.
"Double date-nya nanti aja. Sekarang kalian kencan berdua aja dulu." Kali ini Clara yang mengedipkan sebelah matanya jail. Akan tetapi, begitu menoleh ke arah Bayu, tatapannya menjadi serius. "Jagain Gia, ya! Jangan sampai luka, apalagi hilang! Awas kalau dia kenapa-napa!" ancamnya galak hingga membuat Bayu tanpa sadar bergidik takut.
"Tenang aja! Bakal saya jagain, kok," ucap Bayu penuh percaya diri. "Kalau begitu, kami undur diri dulu? Kalian berdua juga selamat bersenang-senang." Tanpa meminta persetujuan Giana, Bayu mengandeng tangannya dan menariknya agar berlalu dari sana.
"Eh? Eh?" Hanya itu yang bisa Giana keluarkan sebagai bentuk protesnya.
---------------------------------
1019.03062020Maap banget atas keterlambatan update-nya..
Lagi ngumpulin mood soalnya..
Hehe..
Btw, makasih buat yang udah baca sama vote..
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I? [COMPLETED]
ChickLitElsa Giana Saraswati atau yang kerap kali disapa Giana diutus oleh sang atasan menjadi tutor bagi salah seorang karyawan magang. Namun, karyawan magang ini bukanlah karyawan biasa. Melainkan putra tunggal dari bos besar tempat dirinya bekerja. Wala...