16

1.6K 167 7
                                    

Siapapun yang ada di ruangan itu bisa melihat perubahan mimik milik Giana. Clara yang berada di dekat Giana pun meremas pundak gadis itu pelan-mengodenya agar lebih rileks. Noah segera berjalan menuju Giana.

"Kamu gak apa?" tanya Noah tanpa menyembunyikan kekhawatirannya. Tanpa disangkanya, terselip sedikit nada senang di ucapannya.

Giana menunjukkan mimik tersinggung. "Kamu! Kamu senang aku marah?" tanya Giana jengkel sembari memelototi Noah.

Noah tak bisa menyembunyikan senyumnya. "Tentu saja! Kamu tahu bagaimana kamu selama ini? Kamu itu datar banget kayak triplek. Aku bahkan takut kalau kamu gak bakal bisa nunjukin emosi kamu selamanya dan selamanya kamu bakal ngelakuin hal ini." Noah menarik tangan Giana dan mengusap lengannya yang dipenuhi perban dengan lembut.

Malu. Giana menjadi salah tingkah. Ia segera membaringkan dirinya, lalu menarik selimut menutupi seluruh badannya tanpa tersisa. "Aku ngantuk," ucapnya tenang tanpa mempedulikan tamu yang baru datang.

Sadar bahwa itu pengusiran yang halus. Desi dan Siska pun segera pamit pulang. Noah dan Clara hanya menggeleng pelan. Sedangkan Bayu ia terkekeh puas karena baru sekali ini ia melihat Giana begitu kekanakan.

"Apa dia sering bersikap kekanakan seperti ini?" tanya Bayu pada Noah yang masih senang menggoda Giana walau tak mendapatkan respons sama sekali.

Noah mengangkat kepalanya dan menatap Bayu penuh tanya, "Siapa? Dia?" Noah menunjuk Giana yang tengah bergulung di dalam selimut. Setelah mendapatkan anggukan dari Bayu, tawa Noah dan Clara pun meledak tak terkendali.

"Dia? Bersikap kekanakan? Tidak bisa dibayangkan. Yah, walau aku bisa melihatnya hari ini," ucap Clara puas di sela-sela tawanya.

Telinga Giana terasa panas mendengar celotehan ketiga orang itu mengenai dirinya pun memutuskan untuk membuka bungkusan dirinya dan menatap ketiganya datar. "Keluar! Aku mau tidur!" titahnya dengan datar.

"Woah! Cepat banget balik ke mode semulanya, Gi," ledek Noah yang langsung dihadiahi jeweran oleh Clara.

"Jangan ngeledekin Gia terus!" omelnya membuat lelaki itu bungkam. Bahkan raut jail yang menempel pun hilang tak berbekas.

Clara berjalan menuju Giana dan menarik gadis itu ke dalam pelukan. Ia mengusap kepalanya pelan, lalu mengurai pelukan mereka. Kedua tangannya ditangkupkan di kedua pipi Giana-memaksa gadis itu menatapnya. Tentu saja Giana menghindari tatapan menyelidik itu.

"Apa?" tanyanya berusaha melepaskan diri.

Clara diam dan menimbang sesaat, "Mau ditemenin tidur gak?"

Giana melotot tak percaya. "Emangnya aku anak kecil?"

Clara masih setia dengan tatapan seriusnya. "Yang bilang kamu anak kecil siapa? Aku kan cuma tanya mau ditemenin tidur apa gak?"

"Gak!" tolaknya mentah-mentah.

Clara tersenyum senang sembari bertepuk tangan riang, "Oke! Noah, kamu besok izin lagi, ya? Malam ini kamu yang nemenin Gia tidur. Soalnya malam ini, aku harus pulang ke rumah."

Clara memandang Noah tajam dengan tatapan seolah mengatakan 'Awas kalau kamu ninggalin Gia sendirian!'. Noah hanya bisa tersenyum pasrah sambil menganggukkan kepala. Walau sebenarnya, ia tak benar-benar terpaksa karena ia memang khawatir dengan keadaan Giana.

"Kamu! Teman kerjanya Gia, pulang sana! Udah malem," titah Clara. Setelah mengambil semua barang-barangnya, ia pun menyeret Bayu keluar dari kamar karena pemuda itu tak mengindahkan ucapannya sama sekali.

"Eh? Eh?" Bayu berusaha melepaskan diri dari seretan Clara yang sangat kuat.

"Pulang!" tegas Clara hingga membuat nyali Bayu menciut. Ia pun menuruti kemauan gadis itu tanpa membantah lagi.

Can I? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang