"Arghhhhh!!!"
Tanpa menoleh kanan, kiri, dan belakang lagi, Noah segera melesat dengan cepat menuju jalan keluar yang ternyata sudah tak begitu jauh—meninggalkan seluruh rombongannya yang hanya bisa terbengong kaget.
"Hahaha ...." Kompak ketiganya tertawa puas sembari berjalan santai keluar. Lucu rasanya melihat orang yang paling semangat masuk ke dalam gua hantu, malah menjadi orang yang paling semangat kabur lantaran ditepuk pundaknya oleh seseorang yang bahkan bukan hantu jadi-jadian melainkan tangan Giana.
"Calon suamimu kenapa, tuh, Kak?" tanya Giana sambil berusaha meredakan tawanya.
Clara menyeka air matanya yang mengalir akibat terlalu banyak tertawa sambil menggeleng pelan, "Gak tau, tuh. Nanti kita tanya aja."
Bayu yang tadinya berada di sebelah Giana, pun mundur satu langkah ke belakang dan mendorong Giana maju ke depan agar Giana dan Clara bisa berjalan bersisian. "Gue jaga di belakang aja," ucapnya saat Giana menoleh padanya. Walau sebenarnya ia tak begitu yakin bagaimana ekspresi Giana karena saat ini sangat gelap.
Duk! Duk! Duk!
Ketiga kepala itu menoleh ke belakang dan secara serempak menganggukkan kepala sopan pada sosok tinggi besar dengan rambut panjang terurai berantakan yang tengah mengetuk-ngetukkan tongkat yang dipegangnya ke atas lantai.
"Maaf, Mas. Ini mau jalan kok," ringis Giana lalu memimpin jalan untuk keluar.
Sesampainya di luar, Giana langsung terbahak puas melihat wajah Noah yang kini berwarna merah akibat malu. "Kamu kenapa? Kok lari ninggalin calon istri? Padahal tadi pas mau masuk bilangnya 'Tenang aja! Kan ada aku'. Eh ... gak taunya dia duluan kabur gara-gara aku tepuk pelan."
Noah melotot kesal, wajahnya semakin memerah-bahkan leher dan telinganya juga ikut memerah. "Diam kamu! Udah ngagetin, ngejek pula."
Giana merangkul Clara dan menatapnya serius, "Kak, suer, deh. Cowok kek gini tuh bagus buang aja ke laut. Masa dia ninggalin kakak sendirian di tempat gelap padahal kakak takut. Bagusan kakak pikir-pikir dulu deh rencana pernikahannya jadi apa gak."
Noah mendelik kesal, "Gia, kamu tuh, ya! Gak usah aneh-aneh, deh!"
Giana menatap Noah dengan pandangan bertanya, "Aneh-aneh gimana, No?"
"Ya, itu ... minta Clara buat mikirin pernikahan kita. Kamu tau sendiri 'kan kalau persiapan pernikahannya udah 95% siap?" balas Noah dengan tatapan horor.
Clara yang sedari tadi terdiam, kini pun mulai tersenyum jail. Ia balas merangkul Giana dan menatap Giana penuh pertimbangan. Tatapan matanya di arahkan pada Noah, lalu di arahkan ke atas sembari jemari telunjuknya mengusap dagu dengan pelan.
"Kayaknya kamu benar, deh, Gi," ucap Clara pelan sambil berpikir. "Kalau cuma gara-gara ditepuk pelan aja di gua hantu dia berani ninggalin aku tanpa pertimbangan apapun, terus kalau misalnya terjadi masalah yang lebih gawat kayak gempa atau kebakaran. Dia juga bakal ninggalin aku tanpa pikir panjang, dong, ya?" tanyanya lagi dengan suara pelan.
Noah membelalak, "Gak, dong, Cla. Kamu itu segalanya buat aku. Aku gak mungkin ninggalin kamu ...."
Belum selesai Noah membantah, Giana menyela terlebih dahulu, "Buktinya tadi ... kamu ninggalin Kak Clara tanpa pikir panjang. Langsung melesat secepat kilat tanpa noleh ke belakang lagi."
"Itu tadi aku kaget, Cla. Jangan kemakan sama omongan Gia!" Noah menggenggam tangan Clara erat.
"Jangan jadi kompor kamu!" Noah memarahi Giana yang kini sudah terkikik puas.
Bayu yang sedari tadi menonton sambil terkekeh geli akhirnya membuka suara, "Iya, Kak. Nyarinya yang kayak saya aja. Buktinya walau saya merasa serem tadi, tapi saya tetap jagain kalian dari belakang. Ya gak, Gi?" Bayu merangkul Giana mesra dan langsung ditepis kasar oleh gadis itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/215905732-288-k460037.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I? [COMPLETED]
ChickLitElsa Giana Saraswati atau yang kerap kali disapa Giana diutus oleh sang atasan menjadi tutor bagi salah seorang karyawan magang. Namun, karyawan magang ini bukanlah karyawan biasa. Melainkan putra tunggal dari bos besar tempat dirinya bekerja. Wala...