35

1.5K 107 2
                                    

Senyum bahagia mengembang di wajah tampan itu. Sesekali bibir itu menyenandungkan nada-nada bahagia. Tangannya menggenggam sebuah kotak persegi berwarna biru dongker di balik saku jasnya. Sesekali ia melirik jam tangan yang melingkar manis di pergelangannya. Lima menit lagi, gadisnya akan sampai.

Ia menatap sekeliling, musik klasik yang dimainkan dengan biola dan diiringi dengan piano. Cahaya temaram yang semakin menambah romantisme. Dan juga lilin putih yang dihidupkan di tengah-tengah meja. Ia sengaja memilih tempat duduk di sebelah kaca agar bisa menikmati pemandangan malam kota yang indah. Semuanya terasa begitu sempurna. Dan semakin sempurna ketika gadis itu berjalan ke arahnya.

Matanya tak bisa lepas dari gadis bergaun biru muda yang baru saja masuk. Senyum bahagia terukir dan tak menolak untuk lepas dari wajahnya. Melihat gadisnya sudah tak jauh lagi, ia segera bangkit dari duduknya dan menarik kursi untuk gadisnya.

"Kamu cantik banget, Ca," komentarnya kagum. Rasa kesal akibat penolakan Giana tadi luruh tak bersisa. Padahal rencananya, ia hendak menjemput Giana dan datang bersama di restoran ini. Akan tetapi, tawarannya ditolak mentah-mentah oleh Giana. Alasan Giana adalah karena ia pasti capek setelah melewati prosesi wisuda di pagi harinya.

Pipi Giana merona. Ia berdeham untuk menekan rasa malunya. Ditatapnya sekeliling dengan pandangan heran. Suasananya sangat berbeda dengan biasanya.

"Beda, 'kan? Suasananya," komentar Bayu seolah bisa membaca pikiran Giana. Sebuah senyum simpul tertarik dari kedua sudut bibirnya. Kemudian anggukan pelan ia berikan pada Bayu.

Secara tiba-tiba, Bayu berjongkok di depan Giana. Giana segera mundur, ia tahu posisi itu, posisi yang sering ia lihat di TV-TV saat seorang kekasih ingin melamar kekasihnya. Apalagi dilihatnya, tangan kiri Bayu tengah mencari sesuatu di dalam saku jasnya.

"Gilang! Aku lapar," ucapnya gugup. Keadaan mereka berdua menjadi begitu canggung. Beruntung Bayu cepat paham maksud Giana.

Bayu tersenyum lembut. "Sorry, Ca. Ayo kita makan dulu." Bayu berdiri dan duduk di kursinya mengabaikan tatapan heran pemain musik.

Makan malam itu dilewati dengan suasana yang amat kaku. Giana menyantap makanannya tanpa selera. Ketidaknyamanan gadis itu terlihat jelas dari setiap gestur tubuhnya. Senyum yang bisa diberikan gadis itu pun hanya senyum canggung. Ia terlihat gelisah dan ingin cepat-cepat enyah dari tempat itu. Dan Bayu menyadarinya. Akan tetapi, ia tak tahu di mana letak kesalahannya sehingga membuat gadis itu tak nyaman.

Mulutnya gatal ingin bertanya, tetapi hatinya memerintahnya untuk tetap diam jika tak ingin suasana menjadi semakin runyam. Akhirnya mereka pun menyelesaikan makan malam dalam diam.

"Yuk, pulang," ajak Bayu santai setelah Giana menyelesaikan makanannya.

Mata Giana membola. Ia gelagapan. Kedua tangannya ia remas dengan gelisah. Bayu yang mengerti kegelisahannya pun tersenyum hangat dan mengulurkan tangannya.

"Aku gak marah. Tapi bohong kalau aku bilang aku gak kecewa."—Tangan Bayu terangkat ke atas saat melihat mulut Giana terbuka hendak menyampaikan bantahan.—"Tenang aja. Pertama-tama, ayo kita keluar dulu. Aku tahu kok suasana di sini bikin kamu gak nyaman. Kita gak langsung pulang, aku mau ngajak kamu ke tempat yang enak buat ngobrol dulu. Banyak yang perlu kita obrolkan."

Giana menghembuskan napas lega begitu selesai mendengar penjelasan Bayu. Ia mengangguk mantap dan menerima uluran tangan Bayu, lalu berjalan berdampingan keluar dari restoran. Walau sebenarnya ia juga sangat menyayangkan momen romantis yang sudah ia rusak. Akan tetapi, ia tetap harus mencegah Bayu.

Giana menatap sekelilingnya dengan tatapan takjub. Bayu benar-benar hebat dalam menemukan tempat yang nyaman untuk berbicara. Saat ini mereka berdua berada di pinggiran sebuah bukit yang cukup tinggi sehingga udara terasa begitu dingin. Kini, mereka berdua tengah duduk di atas kap mobil Bayu sambil menikmati kopi instan hangat yang dibeli Bayu di mini market terdekat.

Can I? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang