33

1.4K 130 4
                                    

"Hei! Putri tidur, gimana kabar kamu hari ini?"

Giana yang baru saja membuka matanya mengulas senyum tipis. Ia menggeliat sejenak sebelum akhirnya duduk di atas brankar. Bayu mendekat dan mengacak rambut yang terbilang masih rapi untuk ukuran orang yang bangun tidur.

Giana menepis tangan Bayu gemas. "Jangan diacak! Udah awut-awutan, masih juga diacak," omelnya sambil memelototkan kedua bola matanya—yang menurut Bayu sangat lucu, tapi tidak bagi yang lainnya.

Bayu terkekeh pelan. Ia mencubit kedua pipi Giana yang tirus, lalu mengecup kening gadis itu secara tiba-tiba hingga Giana pun mematung dibuatnya.

"Mau gimana pun bentuk kamu, kamu bakal tetap cantik kok," gombalnya sembari mengedipkan sebelah matanya dengan mimik nakal.

Giana mendengus tak percaya, "Itu kan menurut kamu! Menurut yang lain kan gak," kilahnya sambil membuang muka. Wajahnya terasa panas, degup jantungnya menggila akibat tingkah dan ucapan Bayu barusan. Ia mengutuk dirinya dalam hati sambil menyembunyikan wajah yang ia yakini tengah merona saat ini.

Bayu tertawa geli. Sekeras apapun Giana berusaha menyembunyikan rona itu, percuma saja. Bayu tetap melihatnya karena kedua telinga gadis itu juga memerah. Bayu pun menarik kedua kaki Giana yang dilipatkan ke atas guna menyembunyikan wajahnya turun.

Giana semakin menunduk. Malu. Akan tetapi, Bayu masih belum mau mengalah. Ia mengintip dari bawah wajah Giana yang tengah menunduk dan ditutupi dengan kedua telapak tangan. Giana yang menyadari itu segera memindahkan kedua telapak tangannya ke atas mata Bayu.

"Wah! Pasangan baru, mesra banget, ya? Bikin iri," celutuk Noah yang entah sudah berapa lama menyender di daun pintu bak model—kaki kanannya disilangkan di depan kaki kiri dan kedua tangannya dilipat di depan dadanya.

Giana berdeham keras dan memikirkan cara untuk mengalihkan perhatian dua sosok yang seruangan dengannya ini. "Kamu gak praktek, No?" tanyanya memulai topik—yang salah, tentunya.

Tawa Noah meluncur keras memenuhi ruangan. "Praktek? Jam segini?" ejek Noah yang masih setia dengan tawanya. Ia bahkan sudah terbahak sembari memegangi perutnya dengan kedua tangannya lantaran kram.

Giana mendelik. Apa yang salah? Ia berusaha memutar otaknya yang mendadak macet. Semakin mendengar tawa Noah dan Bayu, semakin macet pula lah otaknya.

"Kenapa ketawa?" Akhirnya Giana pun bertanya dengan geram. Ia benar-benar tak tahu apa yang salah saat ini. Mengapa keduanya terbahak begitu puas seakan ucapannya tadi sangatlah konyol?

Bayu menahan napasnya sejenak demi menghentikan tawanya. Ia menggeleng pelan dan bertanya dengan nada mencemooh, "Apa kelamaan tidur di rumah sakit bisa membuat seseorang lupa hari?"

Geram. Giana sontak melayangkan bantalnya menggebuki Bayu dengan brutal. Bayu segera bangkit dari duduknya demi menghindari gebukan brutal Giana. Namun, Giana terlihat tak ingin melepasnya begitu saja. Terbukti dengan ditariknya kerah belakang Bayu dengan keras hingga pemuda itu telentang di atas brakarnya. Melihat posisi Bayu begitu terbuka, Giana segera naik ke atas perutnya dan memukulnya secara membabi buta.

Bayu yang sudah tak kuat menerima pukulan Giana pun terdiam. Ia menunggu saat yang tepat untuk menghentikan Giana. Begitu dirasanya kekuatab Giana mulai melemah, ia menggenggam lengannya dan menariknya dengan kuat hingga Giana terjatuh tepat di atasnya. Wajah mereka begitu dekat, Bayu bahkan bisa merasakan napas hangat Giana menyapu wajahnya lembut. Selama beberapa detik mereka saling bertatapan hingga suara gebrakan kuat membuat keduanya tersadar dan langsung menjauh satu sama lain.

"Maaf maaf aja nih, ya, Pak, Bu. Sebenarnya saya gak cemburu, sih. Tapi kasihan susternya udah nunggu mau periksa keadaan si ibu," kelakar Noah santai. Dan tentu saja langsung mendapat hadiah pelototan ganas dari Giana.

Can I? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang