37

1.7K 124 0
                                    

"Pagi, Ca!" Bayu mengecup singkat pipi Giana yang tengah menekuni pekerjaannya.

Giana yang terkejut hanya bisa mematung. Wajahnya memanas hingga ke telinga. Giana yakin wajahnya pasti merah sekarang. Malu, ia pun segera melayangkan cubitan di perut Bayu sembari menatap sekeliling. Ada Haykal dan Sierra yang menatapnya.

"Apaan sih?" tanya Giana dengan suara yang lebih keras dari yang ia maksudkan.

Bayu tersenyum dan menjepit hidung Giana gemas. "Lucunya calon istriku yang malu-malu kucing ini," ledeknya sembari menjulurkan lidahnya.

Haykal yang tadinya tengah minum untuk meredakan suasana hatinya yang panas menjadi tersedak mendengar ucapan Bayu. Berbeda dengan Haykal, Sierra tampak senang dan langsung memberikan ucapan selamat serta berondongan pertanyaan.

"Wah! Selamat, ya, Bay, Gi! Aduh, akhirnya kalian mau nikah juga. Kapan? Di mana? Lamarannya kapan? Kok aku gak tau sih? Gak pakai acara pesta tunangan, ya?" tanya Sierra heboh.

Bayu tersenyum senang. Ia mengedipkan sebelah matanya nakal dan berucap dengan nada misterius, "Nanti gue kasih undangannya ke Kakak, kok. Tunggu aja tanggal mainnya."

Setelah berhasil mengendalikan perasaannya, Haykal memberikan selamat dengan wajah kaku. "Selamat, ya, Bayu, Giana. Semoga hubungan kalian langgeng terus."

"Oh, itu sih, pasti, Kak. Lo tenang aja. Gue pasti bakal setia terus sama Giana. Makasih, loh." Bayu berjalan mendekat ke Haykal dan berbisik pelan, "Lo gak usah takut dan gak usah harapin macam-macam. Sebaiknya lo move on sekarang. Jangan ganggu calon istri gue lagi! Jangan ngarepin dia juga!"

Tangan Haykal terkepal. Wajahnya semakin kaku mendengar bisikan Bayu. Tiga detik kemudian, ia memaksakan sebuah senyum tipis di bibirnya. "Yo, sama-sama, Bay."

"Kamu bisikin apa ke Kak Haykal, Lang?" tanya Giana penasaran begitu Bayu kembali ke sisinya.

Bayu mengedipkan sebelah matanya nakal dan tersenyum misterius. "Rahasia. Masalah cowok. Kamu gak perlu tahu. Oke?" Bayu mengacak rambut Giana sayang. Ia kemudian kembali ke kubikelnya dan mulai bekerja.

Sejujurnya, dalam hatinya ia sangat amat lega. Walau kemarin malam Giana tak menerimanya, saat ini Giana tak menolaknya dengan terang-terangan. Itu bisa diartikan sebagai lampu hijau untuknya. Senyum puas tak pernah lepas dari wajahnya. Ia sudah mengumumkannya pada orang-orang di kantor bahwa Giana adalah miliknya.

"Ayo, aku antar pulang," ajak Bayu begitu melihat Giana membereskan barang-barangnya.

Giana menoleh dan tersenyum. "Kamu belum pulang? Ini kan udah lewat 1 jam lebih dari waktu pulang."

Bayu mengacak rambut Giana gemas. Kemudian menjepit hidung Giana pelan. "Menurut kamu? Ya,  jelas lah aku belum pulang. Orang calon istriku aja masih belum pulang. Dasar! Mana mungkin aku mau ninggalin calon istri aku sendirian di kantor?"

Giana menatap Bayu dalam. Wajahnya terlihat bimbang dan Bayu pun bisa meraba apa yang hendak gadis itu sampaikan padanya. "Lang?"

"Hmm?" Bayu membalas tatapan itu tak kalah dalam.

"Kenapa ...." Belum sempat Giana menyelesaikan kalimatnya. Bayu telah meletakkan telunjuknya di depan bibir gadis itu.

Bayu menarik Giana ke dalam pelukannya. "Please! Terima aku. Jangan takut sama masa depan yang masih belum jelas, Ca. Aku janji, aku bakal selalu sama-sama kamu. Aku janji kita bakal ngelewatin semua ini sama-sama. Jadi, tolong! Jangan takut! Aku dan kamu. Kita bakal selalu sama-sama jalanin hari-hari kita ke depannya sebagai satu kesatuan. Aku bakal ngebuktiin bahwa kisah kita akan berbeda dengan kisah orang tua kita. Gak akan ada Gilang kedua yang dibuang dan gak akan ada Elsa kedua yang ditinggalkan oleh semuanya. Kita akan baik-baik saja. Ya?"

Can I? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang