Kerenggangan (2)

279 14 0
                                    

Sesampainya di rumah Grita, tiga gadis itu langsung masuk dan mengacir ke kamar Grita tanpa permisi.

"Gue penasaran sama ceritanya Chalya di kantin tadi." Nova menceletuk ketika mereka sudah duduk tenang di dalam kamar Grita.

"Gue lebih penasaran sama kegiatan Grita yang terus scroll Instagram Aji padahal udah tahu cowok itu belum posting foto lagi. Padahal, kan, tinggal ketemuan aja di sebelah." Ira ikut berceloteh. Ia melirik gadis berambut gelombang yang tengkurap di sampingnya.

"Hilih, lo apa kabar? Bertepuk sebelah tangan?" Grita balik menyerang Ira.

"Gue yang mau cerita duluan, Guys, tentang kejadian tadi di kantin."

Mereka akhirnya memosisikan diri duduk melingkar di atas kasur lebar milik Grita, bersiap menunggu cerita Chalya. Tidak lupa beberapa camilan mereka sanding sebagai pelengkap. Tidak peduli sedang berada di kamar orang.

"Jadi, tadi tiba-tiba si anak cupu itu datang dan ngasih kotak makan ke gue. Ya, otomatis gue bingung, dong. Eh, Krisna datang tiba-tiba nanya apa hubungan gue sama dia. Ngeselin banget, tau, enggak. Gue mau jelasin, ya, gitu, jadinya males." Chalya mengambil boneka beruang milik Grita, lalu memeluknya. Wajahnya terlihat manyun dengan bibir menekuk ke bawah.

Grita mengunyah makanan ringan di toples sembari berujar, "Ya, lo salah, Chal. Harusnya Krisna yang marah, bukan lo. Kan, lo yang dipergoki."

Nova yang menggulir layar ponsel menatap Grita tidak suka, ia lebih membela Chalya. "Eh, Chalya enggak salah, dong! Krisna, noh, yang salah. Chalya mau jelasin, tapi si doi kek nuduh banget."

"Krisna pasti mau dengerin penjelasan Chalya, tapi apa? Chalya pergi duluan!" Grita masih menyalahkan Chalya.

Perdebatan dua orang itu membuat Chalya tambah badmood.

"Gitu aja terus sampai oma gue rambutnya balik hitam semua!" seru Chalya kesal melihat dua orang itu tidak berhenti berceloteh.

Mereka terdiam. Bingung harus menyelesaikan masalah ini bagaimana.

Akhirnya, Ira yang sedari tadi diam menyimak, ikut nimbrung. "Kalian, tuh, ya, masalah gini aja debatnya enggak berujung. Coba, deh, masalahnya apa? Krisna enggak ngabari Chalya, 'kan? Ya, mudah aja, Chalya yang hubungi Krisna dulu, dong. Kasih penjelasan. Ya, bodo amat dia mau dengar apa enggak. Yang penting, setelah Krisna mau dengerin. Langkah selanjutnya, yaitu bikin si cupu itu berhenti ngasih sesuatu ke Chalya."

Whoah! Dua orang lainnya bertepuk tangan. Chalya masih menopang dagu, berpikir lagi, seperti teringat sesuatu.

"Eh, tapi bener, deh. Krisna inget si cupu ini cowok yang dia palak di toilet waktu itu. Dia emang kayak gimana gitu sama gue. Apa mungkin—"

Ira langsung menyambar ucapan Chalya. "Dia suka sama lo! Buktinya lo bilang dia ngasih air mineral kemarin, 'kan? Terus, tadi dia ngasih nasi?"

Chalya mengangguk, benar, tetapi tidak membenarkan kalimat pertama.

"Fix, dia suka sama lo!" Grita dan Nova menjentikkan jari bersamaan.

"Ih, mana mungkin! Gue enggak suka, ya!" tolak Chalya mentah-mentah.

"Mau lo nolak atau ngelak gimana pun, semua udah ada ujungnya. Jadi, kita tinggal lakuin langkah pertama. Gue yakin Krisna masih di rumah sebelah."

Mereka menoleh ke sebelah, meski terhalang dinding kamar. Telinganya dipasang sedemkian rupa agar mendengar suara musik seperti biasa. Geng Krisna itu memang biasanya datang ke rumah Yoga untuk bermain musik.

Caraphernelia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang