Awal rasa itu karena kepedulian. Kalau dia saja tidak peduli padamu, bagaimana perasaan itu akan datang?
***
Keesokan harinya, Aldee mendatangi Chalya lagi. Ia sengaja meminta bundanya membuatkan nasi di kotak makan yang akan ia berikan pada Chalya saat jam istirahat.
Tepat sekali Aldee ke kantin, Chalya sedang duduk sendirian. Sehingga memudahkannya memberikan kotak nasi itu.
"Cha-Chalya! Buat ka-mu." Tangannya menyodorkan benda berisi nasi itu di meja kantin.
Chalya yang sedang bermain ponsel terkejut dan menatap bingung Aldee. "Hah? Apaan?" tanya Chalya sewot.
"Eng ... se-sebe-narnya a-aku mau berte-terima ka-sih. Ka-kamu yang u-u-udah menye-lamatkan aku wak-tu i-itu."
Chalya bingung, ponselnya ia letakkan di meja, berganti memerhatikan kotak nasi itu tanpa memegangnya. Ia menatap curiga Aldee yang sebelumnya tidak ia kenal.
"A-aku Aldevaro, yang per-nah di-bully Kris-na di-di toilet i-itu."
"Gimana? Ngomong yang jelas dikit napa? Susah banget kayaknya. Lo emang asli gagap atau gimana, sih?"
Sejujurnya, Aldee tidak gagap separah itu, ia hanya gugup karena berhadapan langsung dengan seseorang, terlebih ini gadis yang ia sukai. Ya, meskipun tidak hanya ketika dengan Chalya.
"A-aku ...."
Tap-tap-tap!
Langkah Krisna mendekat, matanya menyelidiki keduanya. Ia menolak Chalya yang memintanya segera mendekat, menatap gadisnya penuh selidik. "Enggak." Mata tajamnya menatap Chalya butuh penjelasan. "Jelasin dulu, kenapa kalian bisa berduaan? Ada hubungan apa sama cowok cupu ini? Kemarin gue lihat dia ngasih air mineral. Kayaknya ... ada yang enggak gue tahu."
Krisna masih berdiri, menyedekapkan tangan di dada, menunggu jawaban dari Chalya.
"Lagi-lagi kamu tanya hubunganku sama dia apa. Enggak ada! Aku enggak kenal dia! Jangankan kenal, tahu dia di sekolah ini aja baru kali ini!" Chalya berdiri juga, wajahnya merah, ia benar-benar tidak terima dianggap berhubungan dengan Aldee.
Di sisi lain, badai sedang terjadi di hati Aldee. Ia merasa tertohok saat Chalya berkata baru tahu ada ia di sekolah ini. Sakit, tetapi mau bagaimana lagi, itu terlalu rumit untuk dibahas di saat yang seperti ini.
"Ma-maaf ...," gumam Aldee.
Tiga teman Chalya dan empat teman Krisna datang ke meja itu, langsung menyadari ada yang tidak beres. Karena perhatian seluruh pengunjung kantin tertuju pada tiga orang yang sedang bersitegang ini. "Kenapa ini?" tanya mereka serempak.
"Terserah kamu kalau gitu!" Chalya melangkah pergi dari kantin setelah mengucapkan kalimat itu.
***
Chalya membanting kasar pintu kamar. Oma yang sedang menonton televisi bersama Shalwa di lantai bawah, terkejut, langsung meneriakinya, "KAK CHALYA!"
"Bodo amat, bodo amat, ah! Ngeselin banget, sih, si cupu itu!" Chalya terus menggerutu, kesal dengan kejadian siang tadi di kantin. Tidak seharusnya hubungan Chalya dengan Krisna sampai sini saja.
Ia menjatuhkan diri di kasur, membuang tas ke sembarang arah, lalu memegang ponsel di tangan kanan. "Enggak! Enggak boleh! Gue harus balas dendam ke cupu itu!"
Ting!
Drrrttt!
Suara notifikasi dan nada dering ponsel Chalya berbunyi bersamaan. Dengan malas ia menggeser ke arah tombol hijau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caraphernelia [END]
Teen Fiction"DASAR CUPU, JELEK, NGESELIN! UDAH GITU KUNO, JADUL, BURIK! JAUH-JAUH DARI GUE!" Semenjak Chalya Lova Ozawa tahu Aldevaro Axelle Daniswara menyukainya, Krisna Raditya, kekasih Chalya, merencanakan ide untuk mem-bully si cupu Alde. Alhasil, bukan ha...