Ingat, datang dan pergi sudah satu paket. Dan dalam paket itu, tak terdapat kata 'forever stay'.
***
Aldee menoleh lagi ke belakang. Ruangan itu gelap dan sepi, mustahil Krisna di sana. Namun, ketika Chalya mengangguk akan tatapannya, Aldee memutuskan untuk masuk saja.
Klek!
Sret!
Byur!
"Ups!"
"O-ow!"
Dua suara itu berasal dari Grita dan Krisna yang sekarang tersenyum manis. Mereka memerhatikan nasib Aldee yang terguyur air di ember yang dipasang di atas pintu. Tubuhnya terduduk, kacamatanya juga melorot.
Krisna yang berada di dalam ruangan mendengkus. Sedangkan Grita dkk di luar karena mereka baru datang.
"Yah, basah, deh." Ira menceletuk, menyedekapkan tangan di dada.
"Ka-kalian ...," gumam Aldee. Ia menatap satu per satu orang-orang itu dengan tatapan memelas.
"Iya," jawab mereka serempak, kecuali Chalya.
Aldee terduduk seperti dikelilingi oleh iblis jahat. Ketika tatapannya beradu dengan Chalya yang berekspresi berbeda—menatapnya memelas—ia meminta bantuan pada gadis itu.
"Chalya?" tanyanya. Wajahnya sudah basah kuyup, bahkan kacamatanya blur karena berair.
"Kenapa kalian siram air?" tanya gadis cantik berwajah tirus itu. Alisnya seperti menyatu dengan garis bibir tidak menunjukkan kepuasan.
"Maksud lo? Jadi, lo enggak terima, Chal?" tanya Grita. Gadis itu berjalan mendekat, menatap Chalya dari atas ke bawah. Membuat orang-orang di sana menegang.
"Kenapa kalian enggak siram pakai apa gitu biar enggak dingin? Misalnya air kopi gitu, sekalian biar enggak ngantuk."
Semua orang yang awalnya tegang malah tertawa cekikikan. Mereka kira Chalya tidak terima dan benar membela Aldee si cupu.
"Ini udah air teh, loh, Sayang. Hangat." Krisna keluar dari ruangan dan berjalan mendekat, ia merangkul tubuh gadisnya.
"Seneng banget akhirnya bisa lihat si cupu menderita."
Aldee tidak punya harapan lagi. Ia ingin segera berlari dan tidak lagi bersekolah di sini. Salah sekali berurusan dengan gadis yang ia sukai itu.
"Terserah lo, sih, kalau masih mau sekolah di sini. Gue harap lo enyah, capek gue lihatnya!" seru Chalya, memutar bola mata kesal. "Terus, tadi apa? Nembak gue?" Chalya ganti menatap Krisna di sampingnya. Dengan gaya manja dan dibuat imut, ia berkata, "Sayang, tadi dia nembak aku, loh."
"Apa? Dia nembak lo, Chal?" sambar Grita yang diangguki Chalya. "Berani banget."
Aldee menunduk, ia meraih kacamata dan membersihkannya dengan ujung baju yang kebetulan keluar. Padahal ia yakin, Chalya gadis baik. Seperti saat pertama kali bertemu dahulu di rumah sakit. Keyakinannya itu bertahan sampai saat ini, bahkan sampai saat ia telah mendapat perlakuan buruk ini.
Krisna melotot, melepas rangkulannya pada tubuh Chalya yang sebatas dagu itu. "Apa? Lo beneran nembak cewek gue? Lo enggak liat, ya, waktu itu udah gue klaim? Masih aja nyerobot? Berani lo sama gue?!"
Laki-laki itu mendekati Aldee dan memegang kerah bajunya kasar. Aldee bahkan belum sempat memakai kembali kacamatanya.
Dugh!
Satu pukulan mengenai pipi kiri, membuatnya terguling di lantai. Sungguh, ia menyerah!
***
Teh hangat. Iya, hangat. Namun, tidak untuk mandi, karena jelas itu adalah minuman. Hari itu, Aldee disiram menggunakan teh hangat yang justru membuatnya harus tidak masuk sekolah lagi keesokan harinya.
Kalau boleh memilih, ia ingin di rumah saja daripada sekolah. Sebab, keberadaannya di rumah lebih diperhatikan oleh semua orang. Bahkan, tidak jarang ia dimanja layaknya anak semata wayang.
Hari ini, seminggu setelah kejadian ia diguyur air teh itu, seminggu pula ia libur sekolah. Ia harus kembali masuk sekolah atau akan dimarahi orang rumah. Penampilan dan raut wajahnya pun masih sama biasa, serta dibarengi kebiasaan yang tidak pernah berubah, menunduk.
Entah apa gosip terbaru di sekolah ini ketika ia meliburkan diri. Hari biasa sebelum ia libur pun laki-laki itu menganggap semua gosip sekolah tidaklah penting, kecuali pelajaran.
Semenjak ia sering disuruh Chalya dkk sebagai sopir pribadi, ia tidak lagi bawa sepeda. Hari ini, ia diantar kakak sepupu laki-lakinya yang juga hendak pergi ke kantor.
"Si cupu dateng, Gengs! Beri pelajaran lagi, yuk, Chal!"
Perkumpulan geng Chalya di kursi depan kelas XI IPS 1 beruntung bisa bertemu dengan Aldee. Dengan begitu, mereka tidak perlu susah-susah cari sensasi.
Kaki Grita sudah bersiap di paling ujung, menghadang ketika Aldee datang. Tepat saat laki-laki itu lewat, bukannya tersandung, malah dilewati begitu saja. Tidak habis akal, Ira dan Nova melakukan hal yang sama.
Desas-desus suara mereka berbisik tidak mengganggu konsentrasi Aldee yang malah dengan mudah melewati hadangan. Hingga akhirnya ketika ia berada di hadangan terakhir, yaitu kaki Chalya, ia limbung.
Chalya memainkan dua kakinya hingga membuat Aldee tersandung dan jatuh tersungkur.
"Hahaha rasain!"
"Huuuu!"
"Emang enak?!"
Beberapa siswa yang ada di sekitar sana juga tertawa terpingkal-pingkal. Beruntung Nova sempat merekam kejadian yang otomatis mengunggahnya di Instagram.
Berdiri, Aldee masih menunduk. Ia membenarkan kacamatanya yang melorot dan menepuk-nepuk celana.
Melihat itu, Chalya mendengkus. "Lo enggak kapok, ya, udah digituin masih berani sekolah?"
"E-emangnya ke-kenapa?"
"Yeee ... malah tanya. Ya, niat kita ngerjain lo, tuh, supaya lo enggak sekolah di sini lagi. Risi tau, gue ngeliat lo terus!"
Chalya memutar bola mata malas, menatap Aldee yang berdiri. Tangannya ia sedekapkan di dada dengan kaki bertopang.
"Kali aja dia suka sama lo, Chal, makanya mau di-bully sampai gimana pun tetep ngejar lo. Soalnya udah cinta mati. Ahahaha!"
Chalya mendorong bahu Grita. Gadis itu selalu berkata dengan suara keras dan menyebalkan.
Bukannya membela Chalya, dua temannya yang lain juga ikut menyoraki dan tertawa puas."Udahlah, Chal, terima aja takdirnya."
"Iya, sih, rempong banget. Tinggal bilang, 'iya, gue juga suka lo, kok'. Ih, co cwiitt!" Ira memosisikan dua telapak tangan menggenggam dibawah dagu. Berpose seperti gaya orang berfoto sok imut. Satu tangannya membawa kipas portabel.
"Eh, Cupu, lo suka, 'kan, sama Chalya? Ngaku aja lo! Ahaha!" Grita masih menggoda Chalya sampai terkakah-kakah. "Tuh, Chal, fans lo asli dia, mah. Ahaha ...."
Wajah Aldee memerah. Ia segera pergi dari sana sebelum masuk semakin jauh di lingkaran para setan. Meski kakinya masih sakit, tetap saja ia nekat. Ia jauh lebih sakit ketika mendengar jawaban Chalya yang samar-samar terdengar setelah ia pergi.
"HIIHHHH, ENGGAK, YA! No way! Gue enggak sudi sama cupu kayak dia! UDAH CUPU, KUNO, JADUL, GAGAP, BURIK, NOT PERFECT DAN BUKAN TIPE GUE BANGET! ENGGAK LEVEL SAMA GUE yang cantik, gemay, cute, super duper beauty girl ini!"
Jawaban panjang yang mengakhiri segala rasa di hati Aldee. Ia lelah. Lelah menyukai seseorang yang nyatanya tidak pernah menganggapnya, justru selalu menyakiti hatinya.
Laki-laki itu berjalan lurus ke kelasnya. Ia duduk di kursinya sembari merenung. Tidak. Ia tidak menangis, kok. Hanya saja, entah kenapa ia sedih yang teramat. Sampai kapan pun, ia sadar bahwa Chalya tidak akan menyukainya. Chalya benar, gadis itu tidak selevel dengannya yang cupu, culun, buruk rupa, dan benar-benar tidak pantas disandingkan dengan gadis mana pun.
*****
15-6-20.
00:25.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caraphernelia [END]
Ficção Adolescente"DASAR CUPU, JELEK, NGESELIN! UDAH GITU KUNO, JADUL, BURIK! JAUH-JAUH DARI GUE!" Semenjak Chalya Lova Ozawa tahu Aldevaro Axelle Daniswara menyukainya, Krisna Raditya, kekasih Chalya, merencanakan ide untuk mem-bully si cupu Alde. Alhasil, bukan ha...