Kalah Taruhan

178 14 0
                                    

Andai bisa, pura-pura lupa adalah jalan untuk tetap terlihat bahagia. Namun, dosamu terlalu kelam untuk dilupakan.

***

"Maju!" seru Krisna dari kejauhan.

Aldee sudah berada di dekat gerbang sekolah SMA Nusantara, yang lokasinya tak terlalu jauh dengan SMA-nya, SMA Taruna Bakti.

Takut-takut cowok itu melangkah ke depan pintu warung kopi beberapa meter dari SMA Nusantara. Krisna dkk mengawasi dari depan Indomaret di seberang jalan, berusaha menyembunyikan diri. Aldee menggebrak kasar pintu itu, membuat anak-anak SMA yang sedang asyik mengopi terusik.

Salah satu dari mereka keluar, menghadap Aldee. Cowok itu yang gugup berusaha menatap mata sosok di hadapannya.

Beberapa saat ia diperhatikan dengan senyuman miring, menyeramkan.

"Lo anak SMA TarBak, 'kan? Berani banget datang ke sini. Mau lo apa? Disuruh sama ketua lo yang cemen itu?"

Tangan cowok dengan lengan baju digulung itu sudah memegang erat kerah baju Aldee yang dikancing. Tak ada yang bisa dilakukannya selain menunduk.

"Bilang ke bos lo, gue nggak takut sama ancamannya, Pengecut! Suruh ke sini langsung, KITA TAWURAN!"

Bruk!

Tangan kekar ketua geng itu mendorong tubuh Aldee sampai terjatuh di lantai depan warung kopi. Sampai menimbulkan suara keras, yang bisa dipastikan tubuh Aldee terasa sakit.

"Mana ketua lo? MANA?!"

Aldev mengkeret, ia ingin menjawab, tetapi takut. Selain itu, bisa dipastikan suaranya akan tertelan desakan lelaki itu.

"Gue? Di sini." Krisna muncul dengan empat teman laki-lakinya. Mereka menyeberang jalan dengan santai dengan tangan dimasukkan celana dan wajah songong.

Rahang ketua geng SMA Nusantara itu mengeras, tangannya mengepal sampai memperlihatkan buku-buku jari memutih.

"Mau lo apa, hah? Gue kira lo enggak lebih hanya seorang pengecut yang beraninya ngirim kacung ke hadapan gue!"

Aldee segera berdiri, ia rasa, tugasnya telah selesai. Keributan telah tercipta, sehingga sekarang saatnya ia pulang.

Cowok itu berjalan ke seberang jalan, menuju anak perempuan berada. Di sana terdapat Chalya yang menatapnya selidik, mengamati setiap pergerakan.

"Mau ke mana lo?"

"Pu-pulang."

Melotot, empat perempuan di sana langsung menatap Aldee tak suka.

"Enak banget lo pulang! Lo kira, tugas lo udah selesai? Lo, tuh, harusnya bantu my lovely Krisna supaya dia bisa ngalahin Reo!" Chalya menunjuk Krisna dkk, bola matanya melerok dari Aldee.

"Iya, dih, enak banget mau pulang!" Grita ikut menimpali.

Aldee diam. Menoleh ke seberang jalan, tempat anak-anak itu mulai melancarkan aksi. Bukan tawuran atau gelut di depan warung kopi, tetapi membuat lawan mati kutu dengan cara lain. Pasti seperti yang Krisna dkk rencanakan sebelum ini.

"Heh, Chalya! Barangkali dia pengen deket sama lo, tapi malu, makanya alibinya mau pulang." Ira malah memanasi keadaan.

Membuat Chalya langsung bangkit dan bertanya dengan suara cempreng. "Apa lo bilang? Dia? Suka sama gue? NO! Gue enggak suka sama dia, ih! IYUH, JIJIK!"

"Siapa yang tau perasaan orang? Kali aja dia enggak berani bilang." Nova mencebikkan bibir dengan dagu menunjuk Chalya, sedang matanya menatap Aldee. "Tuh, dibantu Ira ungkapin perasaan lo."

Caraphernelia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang