Restlessness

183 12 2
                                    

Terima kasih untuk kamu dan luka yang kaucipta. Dengan ini, rasaku tak hanya bahagia saja.

***

Hari itu berakhir setelah Aldee ditemukan tak sadar diri di kantin dengan botol air mineral kosong. Agaknya remaja laki-laki itu kesusahan bernapas dan hanya dibantu air mineral. Mungkin juga karena pikirannya terlalu santar sehingga mengacaukan kesehatannya.

Sehingga hari ini, seminggu sejak hari itu, Aldee masih dirawat di rumah sakit.

Chalya juga tak mendapat kabar lagi atau menanyakan kabarnya. Sungguh, bagi Chalya itu adalah hal menyenangkan karena dengan begitu tak akan ada yang mengusik hubungannya dengan Krisna.

Namun, salah, bukannya senang, entah mengapa seperti ada yang kosong dari gadis itu. Terakhir kali ia juga lebih banyak bersama laki-laki itu. Mungkin efek terlalu lama bersama. Beberapa hari ini ia seperti mencari-cari seseorang. Ia juga seperti merasa sesuatu di hatinya.

Jatuh cinta?

HELLAW, MASA GUE CINTA SAMA SI CUPU, SIH? NGESELIN BANGET, EMANG MAU JILAT LUDAH SENDIRI? SEMUA YANG GUE LAKUIN WAKTU ITU, KAN, SANDIWARA!

Chalya akan menolak dengan keras fakta dia menyukai Aldee. Sungguh, tak pernah ia pikirkan tentang itu. Di pikirannya hanyalah Krisna, Krisna, dan Krisna. Sepertinya begitu, entah di hatinya benar atau tidak.

Bukan hanya itu, Chalya merasa sangat tidak tenang. Hidupnya serasa berada di ujung duri. Seperti ada yang mengganggu pikirannya, tetapi entah apa itu. Ia sendiri tidak yakin sampai tidak fokus dengan segala hal.

Bahkan, terkadang ia merasa gemetar dan terkejut saat seseorang menyapanya. Lalu, hilang begitu saja dan akan kembali beberapa waktu kemudian.

"Grit? Lo lihat Ira?" tanya Chalya pada Grita yang duduk berdua di gazebo dengan Aji. "Pacaran mulu kalian, mah."

Chalya mengentakkan kaki dengan bibir manyun. Ia mengalihkan pikirannya supaya tidak terus merasa bersalah.

Bagaimana bisa mempunyai dua sahabat tak ada yang mengingatnya? Padahal, kan, jelas-jelas Chalya malas gabung dengan orang lain selain mereka berdua.

"Daripada lo, punya pacar malah kek jomlo, jalannya sendiri," sindir Aji.

Wajah Chalya galak, siap menyantap Aji saat itu juga. Namun, sepertinya ia terlalu malas berurusan dengan dua sejoli itu, Chalya hanya butuh teman. "Ih, gue beneran. Kalian lihat Ira, enggak?"

"Tau, tuh, ke mana. Mending lo cari Krisna, deh, biar ada pacar daripada nyari temen yang belum tentu ke mana arahnya." Grita mengunyah keripik singkong, yang malah membuat Chalya menatapnya sadis.

"Males, ah. Ikut kalian, dong, tapi jangan dikacangin. Bodo amat jadi obat nyamuk." Gadis itu akhirnya ikut duduk di samping Grita, mencomot keripik singkongnya.

"Dih, lo, mah." Gadis berambut lurus dikucir kuda itu mengerucutkan bibir sebal. Ia jauhkan jajannya dari Chalya dengan wajah tertekuk.

Chalya masih manyun, kembali bermain ponsel saat Aji mengambil topik bersama Grita. Dalam hati, ada yang aneh dengan dirinya. Entah tentang ia sendiri, Grita, atau yang lain. Atau bahkan ia sedang kesepian saat ini?

"Eh, si cupu enggak masuk sekolah, ya?"

Tiba-tiba Grita mengambil topik yang lebih menakutkan bagi Chalya. Ah, lagi-lagi laki-laki itu. Namun, tak bisa dimungkiri, Chalya juga sedikit berharap ada yang membahas laki-laki itu. Meskipun hatinya terasa semakin ketakutan.

"Udah lama gue enggak lihat. Kayaknya kapok beneran sama kalian. Terakhir kapan, sih?" Aji menopang dagu, mencomot keripik Grita dan mengunyahnya pelan.

Caraphernelia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang