Demi Untung

198 15 1
                                    

Aneh, hati memang bukan panca indra, tapi bisa merasakan pedasnya kata-katamu.

***

Beruntung sekali pagi selanjutnya ia sempat lolos dari orang-orang di rumah. Bau alkohol dan penampilan acak-acakannya tidak ada yang sempat memergoki. Aldee menghela napas, berjanji pada diri sendiri tidak akan melakukan hal itu lagi.

Saat ini, ia sedang berada di pinggir lapangan yang panasnya lumayan membuat kulit menghitam. Aldee menyingkir ke gazebo dekat lorong kelas X IPA.

"Cha-Chalya! A-aku ma-u ...."

"Mau apa?" hardik gadis itu.

Chalya sedang duduk di gazebo sambil asyik bermain ponsel sendiri. Ia menunggu teman-temannya yang sedang mengerjakan soal ujian, tetapi malah kedatangan tamu tidak spesial, yaitu Aldee.

"Ma-u minta ma-maaf, ja-jangan ka-sih ta-tahu siapa pun te-ntang a-ku yang memecahkan-"

"Oh, itu, ya udah, kenapa juga, sih, ngomong gitu aja susah banget sampe setahun. Gedek gue dengernya." Chalya memotong sebelum sempat Aldee melanjutkan.

"Ma-maksudku ... ka-kamu bu-butuh apa?"

Mata Chalya menatap tajam Aldee yang masih berdiri. Laki-laki itu memang tidak akan duduk apabila tidak disuruh.

"Hah? Lo mau nyogok gue?" tanya Chalya, meletakkan tangan di dagu, lalu melambaikan tangan. "Duduk dulu, deh, gue kasih tau lo, ya. Gue cuma mau lo nurut sama gue, Krisna, dan yang lain. Kalau sampai lo nolak, ya, terpaksa gue bocor. Lagian ada Nova yang waktu itu sempat rekam."

Aldee sedikit mendesah mendengar penjelasan Chalya itu. Ia meletakkan air mineral di atas pahanya sembari mengulum bibir. Niatnya ingin mencegah Chalya bocor, malah harus berakhir pada jebakan.

"Cie ... Chalya pedekate sama si cupu."

Chalya segera menjauhkan tubuhnya, menatap tajam beberapa siswi yang berjalan melewati gazebo.

"Kayaknya hubungannya sama Krisna renggang, padahal udah diumumin ke semua orang di sekolah ini. Aneh, ya, beloknya jauh banget ke si cupu. Hahaha!"

Chalya hampir saja berdiri dan menonjok mulut tidak aturan milik gadis itu. Ia melotot, bagaimana bisa ia digosipkan tepat di hadapan?

"Iya, bener banget, mending gue, dong, pacaran diem-diem udah setahun aja."

"Iya, gue salut sama lo, enggak kayak primadona sekolah itu." Gadis yang merupakan anak kakak kelas itu menekankan pada tiga kata terakhirnya.

Akhirnya, Chalya tidak tahan untuk diam, ia segera berdiri dan menunjuk gadis yang berbicara sembarangan itu. "Diem kalian, Bitch!"

Tiga gadis itu mencibir sebentar. "Ayo, pergi, marah, tuh."

"Iya. Cih!"

Chalya kembali duduk, memainkan kuku-kuku cantiknya dengan wajah merah padam. Kekesalannya memuncak saat Aldee malah memberikan sebotol air mineral. Lagi.

"Kenapa, sih, lo? Ganggu banget, tauk! Gue kasih peringatan ke lo, jangan sampai gue harus main tangan!" Nada suara Chalya naik satu oktaf, sudah badmood, harus bertambah kesal karena satu orang ini.

"A-aku cuma mau ka-sih ini su-paya kamu te-tenang."

Prak!

Chalya menampar botol air mineral itu sampai terjatuh dan mengeluarkan suara. Beruntung tidak pecah, sehingga masih bisa dikonsumsi. Napasnya naik turun seiring dengan rautnya yang merah padam. "Pergi!"

Caraphernelia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang