Someone From the Past

157 13 3
                                    

Mana percaya dengan cinta kalau yang jadian saja bisa putus.

***

"Loh? Susu kotak rasa nanas gue mana?!" pekik Shalwa dari dapur.

Gadis itu sudah mengobrak-abrik isi kulkas dan tidak menemukan satu pun susu kotak yang ia beli di Indomaret tadi pagi. Padahal tadi sudah membeli lima kotak untuk persediaan hari ini. Malam belum tiba, ia masih minum satu, sisanya sudah hilang entah ke mana.

"KAK CHALYA!" teriaknya marah. Ia yakin pasti kakak perempuannya itu yang mencuri. "KAAAKK!"

Padahal ia baru saja pulang sekolah dan langsung ke dapur, jadi, tidak mungkin omanya atau pembantu yang mengambil. Mereka di rumah itu hanya berempat.

"APA, SIH, TARZAN, TERIAK-TERIAK MULU KAYAK DI RUMAH TARZAN!" balas Chalya dari ruang televisi. Ia sedang tengkurap sembari menyedot susu kotak. Matanya sesekali menatap televisi, sesekali melihat ponsel.

"Chalya, enggak usah teriak-teriak," tegur Oma yang duduk di sofa belakang Chalya. Sesekali ia pegangi tongkat bantu jalan yang berada di samping sofa.

"Oma, masa iya, sih, susu kotak Shalwa diminum Kak Chalya!"

Shalwa berderap menuju ruang televisi dan melotot melihat di sekitar kakaknya terdapat empat kotak susu nanas yang ia yakin miliknya.

"TUH, KAAAANNN, HIIHHH!"

Chalya melotot garang, adiknya berisik sekali sehingga ia timpuk dengan kotak susu yang masih berisi sedikit.

"Teriak lagi gue sate lo!"

"Hush, kalian ini bisa diem, enggak, sih? Enggak capek apa teriak-teriak gitu? Kayak orang lagi kesusahan aja! Ini di rumah, bukan di sawah." Oma langsung berdiri, mengambil tongkatnya, lalu meninggalkan dua cucunya dengan wajah kesal. Acaranya menonton televisi terganggu padahal lagi seru.

"Lo, tuh!" Jari Chalya menuding wajah Shalwa dan melempar lagi kotak susu yang telah habis.

"Gue enggak mau tahu, lo harus beliin susu kotak lagi sekarang! Enggak tau apa adekmu yang cantik, cakep, cute alias tiga C ini pengen banget minum susu nanas?"

Chalya memutar bola mata malas. Benar-benar malas menanggapi adiknya yang terpaut usia dua tahun darinya itu.

"Kalau lo, mah, 3C-nya; cempreng, cerewet, cablak." Chalya segera berdiri sembari mencebik kesal. Tangannya terapung di udara. "Mana duit?"

"Ya, duit lo-lah, masa punya gue? Kan, sebagai ganti yang udah lo minum!"

"Enggak, ya, sedekah napa sama kakak sendir? Mana duitnya?"

"Orang susah, gitu aja minta ke adik."

Tatapan Chalya berubah 'awas lo!' yang malah dihadiahi cebikan. Ia segera menyambar kunci motor bebeknya dan masker yang ia pakai dengan cepat. Daripada harus membawa mobil yang malah menyulitkan, ia memilih yang simpel saja.

Beberapa menit Chalya sampai depan pintu dan segera melepas helm. Ia memasuki Indomaret masih mengenakan masker, langsung menuju tempat minuman.

"Eh, kok, gue tolol, harusnya tanya dulu si Salua itu mau yang rasa apa kalau nanas abis," gumam gadis itu.

Pada deretan susu kotak, Chalya mencari-cari yang mana rasa nanas, barangkali terlewat. Namun, sudah dua kali matanya bolak-balik dari kanan ke kiri, tidak ia temukan satu pun.

"Apel aja kali, ya." Chalya bergumam sembari menunjuk-nunjuk susu kotak berbagai varian rasa.

Sementara Chalya masih bergumam sendiri, seseorang di depannya sedang bergumam juga sepertinya. Ia melirik sebentar dan merasa wajah orang itu tidak asing. Mata Chalya melebar kala melihat satu susu rasa nanas berada di deretan atas agak belakang.

Caraphernelia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang