Random Question

187 10 0
                                    

Malam setelah perhatian Chalya di UKS itu, Aldee mendapat pukulan bertubi-tubi dari tangan Krisna. Ia diundang lagi oleh Krisna untuk ke rumahnya, tetapi kali ini tidak perlu diajak ke klub seperti malam sebelumnya.

"Ah," desis Aldee lagi ketika mendapat pukulan yang lebih keras, dan ia harus jatuh tersungkur di tanah pekarangan rumah Krisna. "Hik!" Suara napas sesaknya kambuh lagi, seperti ada yang mengganjal di dadanya.

Aldee diperintah agar keluar jam delapan langsung ke depan rumah Krisna. Jujur, laki-laki itu tidak mau melakukan hal seperti ini. Akan tetapi, nyatanya ia hanyalah anak laki-laki cupu yang tidak akan berani menolak atau ancaman yang lama kembali berlaku. Sehingga, inilah yang ia dapat.

Krisna memberi isyarat mata kepada teman-temannya untuk membawa Aldee ke gudang persembunyian. Mereka segera mengangkat tubuh laki-laki itu tanpa kesusahan.

Padahal laki-laki itu sama sekali tidak pingsan, tetapi bisa diyakinkan tidak bisa bangun dengan baik. Itu karena tubuh Aldee yang lemah dan jarang—bahkan, sama sekali tidak pernah berkelahi. Olahraga pun tidak berlama-lama.

Gudang belakang rumah Krisna yang berdebu itu tidak terlalu sempit untuk berkelahi. Tentu saja itu akan lebih memuaskan.

"Ke-kenapa? A-apa sa-lahku, Krisna? Hik!" tanyanya dengan sudut bibir menahan karena terkena tonjokan.

Bugh!

Darah segar mengalir pelan dari hidung Aldee, tetapi masih diabaikan. Lumayan sakit juga saat kepalan tangan Krisna kembali mengenai hidungnya. Padahal baru saja ia dimasukkan di gudang dan masih dipegangi oleh teman-teman Krisna.

"Masih nanya lagi, lo introspeksi, dong, Cup!" Indra melemparinya menggunakan gabus stereofoam. Ia tidak ikut memegangi tubuh Aldee.

"Hak hik doang bisanya!"

"Apa yang lo lakuin di sekolah beberapa hari terakhir, hah?!" sentak Yoga.

Satriya yang memegangi tangan kiri Aldee, merasa kesusahan karena ternyata badannya berat juga saat melemas seperti ini. "Lo enggak punya tulang, ya? Lembek banget kayak bikicit."

"Bekicot, Sat." Indra meralat, seperti mempunyai banyak mulut saja.

"Bekicot yang punya rumah, yang enggak namanya bikicit. Nih, si bicit bikicit Cipi."

"Bacot kalian! Pegang yang bener!" bentak Krisna pada mereka. Satriya dan Yoga segera memegangi kedua tangan Aldee dengan benar supaya laki-laki itu bisa tegak dan mudah untuk ditonjok.

Krisna mendekat, berbicara tepat di depan wajah Aldee yang mulai semakin ketakutan. Alis tebal dan menukik itu membuat Aldee mengkeret, terlihat kejam dan penuh kesadisan. "Malem ini, lo bakal habis di tangan gue!"

Jari Krisna menyentil kasar dahi Aldee sehingga laki-laki itu mendongak paksa.

Bugh!

Sekali lagi, Aldee meringis kesakitan saat kepalan tangan Krisna kini ganti mengenai perutnya. "A-aku minta maaf. Aku—"

Bugh! Bugh!

Dua pukulan itu terasa mengenai tulang rusuk Aldee. Hampir saja laki-laki itu langsung pingsan di sana, tetapi tetap berusaha disadarkan oleh teman-teman Krisna.

Caraphernelia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang