Karena hati yang telah tersakiti, tak akan mudah diperbaiki.
***
Sakit Aldee sebentar lagi akan sembuh, kata dokter. Sehingga suster mengizinkannya jalan-jalan ke taman rumah sakit sebentar.
Laki-laki itu menuju tempat bersejarah itu dengan bantuan kursi roda, didorong oleh Kak Saras bersama anak kecilnya. Ingatan tentang masa kecilnya kembali. Tentang saat ia merasa jatuh, tidak punya semangat, dan seolah ia hidup tidak lama lagi. Hingga akhirnya seorang anak perempuan memberinya semangat.
Anak itu Chalya. Yang selalu ia ingat kebaikannya. Akan tetapi, entah mengapa gadis itu telah lupa.
"Ini sandal kamu, ya?" tanya anak perempuan yang sepertinya seumuran dengan Aldee itu.
Aldee hanya diam di kursi rodanya. Tidak menanggapi keberadaan gadis kecil yang bernama Chalya itu. Membuat Chalya menghela napas, menatap kesal padanya. Padahal niatnya baik, mengambilkan sandal yang terjatuh tadi.
"Nih, pakai. Aku sudah mengambilkan."
Aldee hanya menatap Chalya tak minat, ia lebih suka memandangi rerumputan di taman rumah sakit itu. Padahal mamanya sedang pergi mencari sandal itu. Namun, justru gadis itu sudah menemukannya lebih dahulu.
"Chalya!"
"Kak Chal, dipanggil Oma." Seorang gadis kecil lainnya—yang ia kira adik kandung Chalya—menjawil lengan gadis itu. Shalwa—adik Chalya itu—menunjuk Oma yang sedang duduk di bawah pohon ketapang.
"Bentar dulu," ucapnya, lalu menghadap Aldee lagi. "Kenalin, namaku Chalya. Kamu lagi sakit apa? Semangat, dong! Pasti sembuh, kok." Senyum Chalya tulus, sampai terlihat gigi pepsodent-nya. Tangannya mendadah Aldee, sebelum segera menyingkir dari hadapan anak laki-laki itu.
Aldee memang anak laki-laki yang disukai banyak orang, tak heran kalau Chalya saja langsung 'klik' ketika melihat wajahnya. Ya, meskipun saat itu ia terlihat sedang berwajah pucat.
Ia masih memandangi Chalya dari tempatnya duduk. Beberapa kali Chalya masih menatapnya. Berkali-kali juga ia melengos, tak mau ditatap seperti itu. Sampai akhirnya Rumi datang.
"Loh, kok, sudah ketemu sandalnya? Mama nyari ke sana kemari padahal."
Aldee masih diam, memerhatikan tingkah lucu Chalya bersama Oma dan Shalwa. Ia juga tahu, Chalya banyak memerhatikan dirinya.
"Kak, kita keluar sebentar, yuk. Pengen lihat suasana luar," ujar Aldee pada Saras yang sedang mengawasi anaknya bermain-main dengan kupu-kupu.
"Kita, kan, udah di luar. Mau ke mana lagi? Nanti dimarah suster, loh, Dee."
Saras menolak, itu ide buruk. Sekalipun Aldee sudah sembuh, tetapi bisa saja udara luar membuatnya kembali kambuh. Selain itu, Saras tidak mau berurusan dengan ibunya. Siapa lagi kalau bukan Oma, si tukang pilih kasih.
"Di sini aja, ya, kita cerita-cerita. Kemarin Kakak ketemu sama temen SMA, tau." Wajah Saras berubah semangat, mungkin karena terdapat memori menyenangkan tentang ceritanya.
"Ya elah, si kakak malah nostalgia."
"Ya, biarin, atuh. Kan, sekali-kali kakak balik muda lagi. Enggak cuma kamu aja yang pernah SMA."
Aldee mencebikkan bibirnya. Bukannya apa, untuk saat ini, ia terlalu malas mendengarkan cerita. Ia hanya ingin diam dan mengingat kembali sedikit kenangannya bersama Chalya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caraphernelia [END]
Teen Fiction"DASAR CUPU, JELEK, NGESELIN! UDAH GITU KUNO, JADUL, BURIK! JAUH-JAUH DARI GUE!" Semenjak Chalya Lova Ozawa tahu Aldevaro Axelle Daniswara menyukainya, Krisna Raditya, kekasih Chalya, merencanakan ide untuk mem-bully si cupu Alde. Alhasil, bukan ha...