Hujan dan Sendiri

270 12 0
                                    

Terasa sama. Mendengar kenyataan dari orang lain membuat kita marah, mendengarnya secara langsung malah kecewa.

***

Grita maju, matanya menatap Chalya tak percaya. Ia memutus pembicaraan. "Jadi, lo udah enggak percaya sama kita lagi? Kejam banget lo, Chal. Gue bantu gini-gini, jelasin sampe nahan emosi, eh, jatuhnya enggak lagi dipercaya. Gue juga selalu dukung pilihan lo—"

Chalya mendengkus, ia melirik salah satu kursi yang ada. Hendak duduk, tetapi debunya setebal bedak cabe-cabean.

"Dukung? Kemarin apa?" Chalya mengungkit lagi kejadian saat Grita dan Aji menyudutkannya tentang Aldee.

"Jadi, gue salah benerin lo yang belum bener?"

"Enggak ada yang tau, Grit."

Krisna berdecak  memegang pundak Chalya. "Kenapa jadi ributin hal lain, sih? Udah, deh, kalian diem dulu. Lebih baik kita lurusin si Nova ini. Enaknya diapain? Tanggung jawab, 'kan? Karena udah bikin kita dihukum. Atau suruh dia ceritain semuanya tanpa ada yang ditutupi? Kalau sampai bohong dan nyembunyiin sesuatu, kita bully sampe mampus."

Jelas, Krisna sesantai itu. Ia tak peduli apabila dihukum oleh Bu Puri atau guru mana pun. Tujuannya adalah ingin memutar Nova menjadi yang di bawah. Krisna mana pernah takut dengan guru.

Nova masih diam dengan tatapan datarnya. Ah, ingin rasanya Chalya menimpuk wajah itu. Bisa-bisanya dahulu semanis madu, pahit akhirnya.

"Dahlah, males gue sama dia." Chalya melepas sedekapan tangan di dada, hendak berlalu dari gudang.

"Tenang aja, ada kita, Chal."

Krisna dan Satriya maju. Mengambil paksa ponsel milik Nova, lalu memojokkannya di dinding. Sedangkan Grita dan Ira hanya diam memerhatikan.

"Oke, gue bakal jelasin semuanya. Tapi, gue harap, kalian enggak nyela atau ngehakimi."

Langkah gadis bernama lengkap Chalya Lova Ozawa itu terhenti. Ia berbalik dan menunggu apa yang akan dikatakan Nova. Tangannya bersedekap dada dengan tatapan datar dan mengerikan.

Krisna dan Satriya menjauh, memberi ruang untuk gadis itu berkata jujur.

"Pertama, gue bukan admin lambe turah."

"Lagi enggak bahas itu, kok," sambar Grita cepat. Saat genting seperti ini, bisa-bisanya gadis itu mengalihkan topik utama, pikirnya.

"Gue belum selesai ngomong, jangan disela."

Grita diam. Yang lain menyimak.

"Terserah kalian mau ngapain ke gue nantinya, yang jelas gue bakal buka semua kartu gue. Tujuan gue simpen semua video tingkah kalian, karena gue udah muak sama kalian! Terutama lo, Chal. Lo udah ngerebut Krisna dari kita!" Nova menatap Chalya tepat pada manik matanya.

"Sejak kapan gue rebut Krisna dari lo?!"

"Gue enggak bilang lo rebut Krisna dari gue."

Krisna menggeram. "Lo jangan ngibul, Nov! Maksud lo apaan?"

"Gue serius. Gue suka ke Krisna lebih dulu. Lo tau itu—"

Chalya melepas sedekapan tangannya di dada. "Oh, jadi, lo enggak terima? Iya?!" Chalya mengibaskan tangan di depan wajah. "Dah, ya, Nov, kita bukan sahabat lagi. Inget, 'kan?"

Nova tersenyum licik.

"Gue enggak nyangka otak lo kek gitu! Beneran enggak nyangka, Nov! Cih, sama kek manusia lain, temen, tapi nusuk!" seru Grita berapi-api.

Caraphernelia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang