Sebelum baca cerita ini, saya ingin kasih tahu tentang sebutan untuk para pembaca setia cerita Detikan Pelukan Mama.
Namanya adalah Raneyers (Rana Journeyers).
Selamat menjadi saksi kisah Rana Asfar semua.
.
.
Jangan mengumbar sesuatu yang orang lain tidak punya.
•••••
Sore ini, Rana tengah membantu ayahnya yang sedang bersiap. Besok pagi sekitar pukul 6, Rana akan mengantarkan ayahnya ke Bandara Juanda yang berada di Surabaya.
Usai membantu ayahnya. Rana kembali ke kamar. Melanjutkan membaca buku yang sempat tertunda. Sedari kecil Rana selalu mendengar cerita-cerita dari ayahnya. Raffin sangat suka menceritakan semua kisah yang menurutnya dapat menjadi semangat diri.
Di sela membaca buku, Rana lupa bahwa ada anak kecil di sini. Lebih baik ia ajak dia bermain, bukan?
Kania Salmazfar. Putri pertama dari Salma— pekerja di rumah Rana. Salma memang memiliki satu orang putri bersama mantan suaminya. Wanita itu berstatus janda setelah tiga bulan Kania dilahirkan.
Talakan jatuh pada Salma. Hingga membuat Salma dan mantan suaminya itu tidak memiliki status hubungan apa-apa lagi. Rana melangkahkan kakinya menuju keberadaan Kania. Rupanya anak kecil itu berada di dapur sedang bermain, didampingi Salma yang tengah memasak. Rana melangkahkan kakinya menghampiri Kania.
“Hai, Kania.”
Kania mendongak, anak itu lalu tersenyum ketika mengetahui bahwa Rana yang datang menghamprinya. “Hai Kak Rana.” Cukup terkejut karena anak seusia Kania tidak cadel.
“Kania lagi apa?” tanya Rana ikut duduk di samping Kania.
“Lagi main boneka, Kak,” jawab gadis cilik itu sembari tersenyum. “Kak Rana mau ikut main?” imbuhnya.
“Mau dong. Boleh, nggak?” Kania terlihat antusias mengangguk membuat Rana terkekeh. Sedari kecil, anak laki-laki itu memang menginginkan seorang adik, tapi bagaimana bisa, jika ibunya saja lebih dulu pergi.
“Boleh. Kakak main boneka yang ini, ya.” Kania memberikan Rana boneka barbie dengan wajah yang sudah penuh coretan spidol. Rana jadi begidik ngeri sendiri. “Nah, kalau Kania yang ini,” lanjut gadis itu sambil menunjukkan boneka barbie yang memiliki sayap indah di belakang punggungnya.
“Bonekanya cantik, kayak Kania.”
“Nggak. Boneka ini cantik kayak Mama. Karena, boneka ini Mama yang beliin.” Rana memangut-mangutkan kepalanya.
“Kalian berdua cantik.”
“Rana anak yang baik,” ujar Salma di dalam hatinya ketika melihat Kania tertawa lepas bersama Rana.
“Kania.” Kania menatap ke arah Rana. “Mainnya di kamar Kakak aja, gimana? Kalau di sini, Mamanya Kania, ‘kan, lagi masak. Takutnya ganggu.” Kania melirik ke arah ibunya. Gadis itu lalu mengangguk setelah ibunya menganggukkan kepalanya.
“Yuk ke kamar Kakak!” Kania mengangguk dengan antusias. Rana membantu anak itu berdiri, lalu berjalan mendekat ke kamarnya.
“Em ... Rana tunggu.” Ucapan dari Mba Salma menghentikkan langkah Rana dan Kania. Keduanya melihat ke belakang. “Kania emang nggak papa main di kamar kamu?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Detikan Pelukan Mama [END]
Teen Fiction[Teenfiction - Sekuel Selembar Kisah] Laki-laki itu terjebak pada toxic relationship yang membuatnya harus kehilangan banyak hal; termasuk ibunya. Dunianya sudah berakhir. © stories 2020 by Syadira Hr. © cover 2021 by Pinterest. All rights reserved...