Semenyakitkan apa pun, bersyukur akan tetap menjadi jalan ninja.
•••••
Kalimat sakral terdengar begitu lantang dari mulut Raffin. Semua orang serempak mengesahkan keduanya yang baru saja menikah.
Acara pernikahan Raffin dan Kamelia berjalan dengan lancar sesuai dengan keinginan Rana. Sungguh anak itu saat ini sangat bahagia.“Selamat, Nak. Semoga ini menjadi yang terakhir.” Vindy memeluk putranya, mengelus punggung itu hangat.
Rana ikut memeluk ayahnya. “Ayah, I wanna say thank you so much udah ngabulin permintaan Rana. I’m very happy today.”
Raffin melepaskan pelukan. Membelai rambut Rana. “Apa pun itu akan Ayah lakukan selagi kamu bahagia.”
“Ciye punya Mama baru.” Tama menyeru, membuat Rana tersipu malu.
“But Bunda is number one.” Keduanya lalu terkekeh.
Jauh dari ini, sebenarnya Raffin merasa tak nyaman. Bagaimana ia bisa menikahi seorang wanita hanya untuk kebahagiaan putranya meskipun dalam hati ia tak mencintai. Semoga wanita itu tidak terluka karena ulahnya.
“Ana, maaf. Bukan karena aku tidak setia, tapi ini permintaan putra kita yang tidak bisa aku tolak mentah-mentah.”
Rana berjalan mendekati Kamelia yang masih dipeluk oleh mamanya. Penantian panjang untuk sang mama melihat putrinya menikah. Ia sudah puas sekarang melihat putrinya yang menikah dengan pria yang tepat.
“Tante Melia, sekarang boleh nggak Rana panggil Mama?” tanya Rana malu-malu. Kamelia mengangguk sambil tersenyum di balik niqab. Seketika Rana berhambur memeluknya.
“Terima kasih sudah bersedia menjadi ibu untuk Rana, Ma.”
“Terima kasih juga sudah mau menerima Mama sebagai Mama sambung kamu, Rana.”
Sementara di balik dinding tebal itu, seorang wanita kini menatap kecut pemandangan yang begitu menyakitkan. Sejak awal ia memang tak akan pernah berada di posisi Kamelia, ia apa? Hanya seorang buruh. Hatinya butuh obat, ia putuskan untuk berhenti bekerja mulai besok.
Air matanya tiba-tiba menetes. Salma cepat-cepat menghapus sebelum putrinya menyadari.
“Kania kila Ayah Raffin bakal jadi suami Mama, tapi ternyata jadi suami Tante itu.”
Salma menatap putrinya. “Kamu ngomong apa, Kania? Jodoh sudah Tuhan atur. Kita tinggal jalani aja. Pulang, yuk?” Kania mengangguk. Anak itu juga kecewa dengan keadaan sekarang.
Wanita itu percaya bahwa dekat bukan berarti jodoh. Di ujung dunia mana pun, keduanya tetap akan bersatu dengan cara uniknya masing-masing.
—————
Malam ini anak bapak itu sama-sama berkutat di depan laptop masing-masing. Keduanya sama-sama menyelesaikan tugas yang tertunda karena acara tadi pagi.
Dari arah dapur senyuman itu tampil pada wajah cantik Kamelia. Pemandangan manis yang baru pertama kali ia dapat setelah menikah. Maka nikmat Tuhan-mu manakah yang kamu dustakan?
Wanita itu akhirnya berinisiatif untuk membuatkan minuman supaya dapat sedikit menghangatkan suasana. Sepuluh menit berlalu, Kamelia meletakkan dua gelas teh hangat di depan meja yang keduanya pakai.
“Selamat menikmati tehnya.”
Raffin menoleh. “Ah terima kasih, seharusnya tidak perlu repot-repot.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Detikan Pelukan Mama [END]
Fiksi Remaja[Teenfiction - Sekuel Selembar Kisah] Laki-laki itu terjebak pada toxic relationship yang membuatnya harus kehilangan banyak hal; termasuk ibunya. Dunianya sudah berakhir. © stories 2020 by Syadira Hr. © cover 2021 by Pinterest. All rights reserved...